BAGIAN SATU | RHUNA

15 4 3
                                    

Suara tawa jelas terdengar, bersautan dari berbagai arah. Menertawakan seorang gadis yang berdiri di tengah lapangan dengan kostum konyol dan wajah yang di hias menjadi konyol.

"Syafira!"

Gadis dengan kostum konyol itu menoleh saat mendengar namanya di teriaki. Matanya melotot sempurna saat seorang laki-laki berlari kearahnya dengan wajah panik.

"Lo ngapain, Syafira!" sentaknya marah, terselip nada khawatir di dalam intonasi bicaranya.

"A-aku..." Syafira menunduk, tak berani menatap laki-laki yang berdiri di depannya yang menatap tajam kearahnya.

"Rhuna lagi?" Tahma bertanya dengan di akhiri geraman dalam dari cowok itu. Kedua tangannya sudah terkepal kuat menahan amarah yang kapan saja akan meledak.

"Seratus buat lo."

Tahma dan Syafira kompak menoleh, mendapati gadis blonde berjalan angkuh kearah mereka. Menyeringai kecil saat dirinya sudah berdiri di samping Syafira, matanya balas menatap tatapan tajam Tahma.

"Ini ulah gue. Lo mau apa?" tanya Rhuna, menantang.

"Gue peringatin lo—"

"Gue peringatin lo buat jangan ganggu pacar gue lagi," ledek Rhuna. Gadis itu tertawa sarkas, "Tahma... Tahma, omongan lo nggak akan pernah mempan buat gue."

"Tahma udah, Aku gapapa kok." Syafira berujar membuat kedua orang itu kompak menoleh pada Syafira. "Aku gapapa kok, Udah jangan di perpanjang."

Tahma menghela nafas berat. Tanpa berkata dia merangkul Syafira, membawa sang kekasih dari tengah lapangan. Sebelum beranjak Tahma sempat menatap tajam Rhuna.

Senyuman Rhuna mengembang, menatap punggung sepasang kekasih tersebut yang akhirnya hilang di belokan koridor.

***

"Apa yang mau lo omongin?" Rhuna bertanya. Gadis itu duduk di kursi usang, matanya menatap datar Tahma yang berjalan kearahnya dan berakhir berdiri di depannya yang mengharuskan Rhuna mendongkak.

"Stop gangguin cewek gue," ujar Tahma tegas. Tatapan matanya semakin menajam menatap Rhuna.

Rhuna menghembuskan nafas santai, punggungnya dia sandarkan pada punggung kursi. Tatapan Rhuna tetap santai meskipun Tahma menatapnya tajam seolah ingin membunuh dirinya sekarang juga.

"Never."

"Syafira emang punya salah apa sama lo?"

Terdiam beberapa detik sebelum akhirnya Rhuna tersenyum miring. "Nothing."

"Terus kenapa lo bully pacar gue. Sialan!"

"Karna gue mau. Sialan!" balas Rhuna, menirukan umpatan Tahma di akhir kalimat.

Tahma menggeram tertahan, mengacak rambutnya secara beruntal. Tahma tidak paham, dari banyaknya siswi di sekolah kenapa harus kekasihnya yang menjadi sasaran kegabutan gadis di depannya.

Dari yang terlihat, Syafira tidak pernah sekalipun bermasalah dengan Rhuna. Syafira cukup pendiam, bahkan gadis itu cukup jarang bersosialisasi atau bisa di bilang Syafira itu introvert.

"Gue ada penawaran bagus."

Perkataan Rhuna membuat Tahma menoleh pada gadis itu. Kakinya reflek bergerak mundur saat Rhuna berdiri dari duduknya.

"Putusin Syafira dan jadi pacar gue," lanjut Rhuna, dengan lancang tangannya mengusap pelan kerah seragam Tahma.

Tersadar dengan yang di lakukan oleh Rhuna, Tahma segera mundur menepis kasar tangan putih Rhuna.

"Gue nggak sudi pacaran sama cewek yang hatinya busuk kaya lo!" ujar Tahma sinis.

Rhuna tertawa pelan. "Sesuci apa sih lo?"

Terdiam beberapa detik, tidak ada kata balasan dari Tahma namun mata lelaki itu tajam menatap gadis di depannya. Bergeram dalam, lalu begitu saja Tahma pergi dari sana meninggalkan Rhuna sendirian.

Tahma mengatur nafas, berusaha mengontrol emosinya sendiri. Mau bagaimana pun Tahma tidak akan pernah menang melawan Rhuna.

Gadis itu memiliki banyak koneksi, dari desas desusnya Rhuna merupakan anak dari pemilik sekolah, orang tuanya berteman dengan banyak orang penting, itu yang menjadi kekuatan gadis licik itu.

***

"Fakta yang mengejutkan... "

Rhuna tersentak kaget saat seseorang muncul dari balik pohon dengan wajah yang menyeringai.

"Jadi, alasan lo bully Syafira karna lo mau dapetin Tahma?" laki - laki itu bertanya setelah berdiri di hadapan Rhuna. Belum sempat Rhuna menjawab, sang lelaki sudah kembali berujar. "Bego."

Tidak ada balasan dari Rhuna, raut wajahnya sudah kembali datar dengan satu alis terangkat, berniat mempertanyakan lebih lanjut perkataan si lawan bicara.

"Tahma suka cewek yang... Polos, lemah lembut dan... Baik hati," ujarnya. "Sedangkan lo? Lo lebih pantes jadi devil dari pada manusia."

Hembusan nafas kasar terdengar, Rhuna melipat kedua tangannya di depan dada, menatap laki laki di depannya dengan angkuh.

"Rean... " ujarnya, melafalkan nama laki laki di depannya. "Sepantes apasih lo jadi manusia?"

"Gue lebih pantas dari lo."

"Oh ya?" Rhuna bergumam, gadis itu menyeringai, menggerakan kakinya mengelilingi tubuh Rean yang lebih tinggi darinya. "Rionli Rean, cowok yang dengan tega ngelecehin adiknya sampe trauma dan... " Rhuna berhenti tepat di samping tubuh Rean, gadis itu tersenyum miring saat mendapati tubuh Rean menegang dengan raut wajah gelisah menatap lurus kedepan.

"Masuk rumah sakit jiwa," lanjut Rhuna membuat Rean menoleh padanya perlahan. "Dan lo dengan tenang hidup sedangkan adik lo di rumah sakit jiwa, ngelawan traumanya gara gara lo."

"Tutup mulut lo!"

Nyaris sebuah tamparan mengenai pipi putih Rhuna jika Rhuna tidak menepisnya dengan cepat, menghempaskan tangan tersebut dengan kasar.

"Kalian nggak baik, kalian cuman... Pintar menyembunyikan aib kalian."

Rhuna melangkah hendak pergi, tapi gadis itu kembali menoleh ke belakang dan mendapati Rean yang masih tak berkutip dengan wajah gelisahnya.

"Inget kata - kata joker, orang jahat adalah orang baik yang tersakiti. Bye ijig."

Setelah itu Rhuna benar benar pergi dari taman belakang seraya tertawa kecil. Entah menertawakan apa, mungkin menertawakan raut wajah Rean yang memelas bercampur gelisah, mirip seperti pengemis pinggir jalan.

***

Tbc



























RHUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang