06 | Suka?

5 1 1
                                    

Terhitung sudah satu minggu setelah kejadian sial yang Taehyung alami dan sudah terhitung pula selama satu minggu ini nama Jina terus-menerus menghiasi isi kepala pemuda itu. Entah kenapa seperti ada sesuatu yang membuat Taehyung selalu teringat kepada Jina, contohnya seperti pemikiran apakah Jina akan menghubunginya untuk menanyakan keadaannya atau Jina yang mungkin tiba-tiba mendatanginya untuk benar-benar memastikan seseorang yang telah ia tolong sudah sembuh atau belum namun itu hanya pikiran konyol yang terus-menerus berlarian dikepala Taehyung karena mana mungkin Jina akan menghubunginya, mereka bertukar nomor handphone pun tidak apalagi sampai datang melihat keadaannnya, tentu saja itu hal yang mustahil.

Jika kalian ingin tahu Taehyung itu adalah manusia paling diam seribu bahasa bila itu bersama orang lain, tak terkecuali kepada Jina. Sebenarnya banyak kalimat yang sangat ingin Taehyung ungkap kepada Jina, menurut Taehyung kata terimakasih saja tidak cukup untuk disampaikan karena bagaimanapun malam itu nyawa Taehyung berhasil diselamatkan oleh Jina.

Taehyung sekarang sedang terbaring diatas ranjang kamarnya, keadaannya telah jauh membaik malah mendekati kata pulih hanya saja mungkin bagian belakang kepalanya yang masih diperban namun Taehyung sudah bisa melakukan aktifitas seperti biasanya sejak kemarin.

Selama satu minggu ini ia absen dari kelasnya mengatakan bahwa ia harus bed rest selama seminggu penuh, Taehyung tidak sama sekali mengabari ayahnya tentang kondisi yang ia alami karena menurut Taehyung ayahnya juga tak akan bisa menjenguknya paling paling hanya menanyakan kabarnya karena memang beliau terlalu sibuk dengan pekerjaan atau terlalu gila lebih tepatnya dalam bekerja.

Mungkin nanti suatu saat ketika ayahnya baru menyadari bahwa Taehyung sudah tidak memiliki si jaguar lagi (a.k.a motor taehyung yang dibegal) Taehyung akan mencari alibi yang tepat kenapa ia tak datang kepada sang ayah ataupun menghubunginya, Taehyung harus memikirkan itu nanti.

Menatap langit-langit dengan keadaan berbaring dikamarnya, Taehyung merasakan bosan yang luar biasa, apakah ia harus keluar untuk menghilangkan rasa bosannya? Mungkin ada baiknya ia menghubungi Jimin untuk datang kerumahnya dan mengajaknya untuk pergi mengelilingi kota atau sekedar menyesap secangkir kopi disebuah coffe shop.

Detik berikutnya Tehyung segera bangkit dari ranjang untuk mengambil ponselnya yang berada diatas nakas, ia segera meyalakan layar ponsel dan langsung mencari kontak sahabatnya dan menekan tombol call. 

Pada dering ketiga terdengar suara jimin dari sebrang sana sebelum Taehyung sempat membuka mulutnya, 

"gue lagi kuliah kalo lo lupa, ngapain segala nelfon? Kalo mau minta anterin keluar gak bisa. Suparno masuk ngabsen muka pula, untung surat dokter lo gue bawa." Ucap Jimin panjang lebar padahal Taehyung belum mengucapkan kata apapun. 

Taehyung mendengus kasar dan langsung mematikan sambungan telfonnya kepada Jimin, kelewat jengkel namun tetap saja ia membutuhkan Jimin untuk menghilangkan rasa bosannya yang luar biasa itu. Akhirnya ia mengetikan pesan biadab kepada teman nya itu. 

Bolos aja jim. temenin gue keluar, bosen sampe mau mati rasanya. 

Begitulah kira-kira pesan yang Taehyung kirimkan kepada Jimin terbilang hiperbola namun memang Taehyung merasa sangat bosan karena terus-terusan beristirahat dirumahnya itu. Tak lama kemudian Taehyungpun menerima balasan dari Jimin yang memang sudah seperti sahabat sehidup sematinya. 

Tai dah, oke tunggu 20 menitan gue sampe. 

Taehyung tersenyum puas karena ia berhasil membujuk-lebih tepatnya menghasut- Jimin untuk absen dari kelas.

***

Kini Taehyung sedang berada disebuah coffe shop yang tidak pernah ia kunjungi sebelumnya, ya karena jaraknya yang terlalu dekat dengan kampus yang sering dijadikan tempat nongkrong bagi mahasiswa dari kampusnya sehingga membuat Taehyung segan karena ia tidak begitu ingin disapa juga bertemu dengan teman-temannya atau mungkin kaka tingkat atau malah adik tingkat, Taehyung sangat enggan untuk diajak bicara bila itu sekedar basa-basi singkat ia hanya akan menanggapi bila itu berurusan dengan tugas atau hal penting lainnya.

Taehyung memasuki coffe shop mendahului Jimin karena sahabatnya itu harus memarkirkan mobilnya terlebih dahulu, Taehyung langsung mengarahkan langkahnya kearah counter pemesanan dan setelahnya Taehyung agak terkesiap karena ia tak nyangka akan bertemu dengan perempuan yang memenuhi kepalanya selama seminggu ini, betul sekali itu Jina dengan balutan pakaian kerjanya yang menurut Taehyung itu sangat manis dan cocok ditubuhnya. 

Jina menyapannya ramah dengan suara merdu miliknya serta senyum yang sangat menawan, Taehyung merasakan otaknya tidak dapat mengelola situasi ini secara cepat hingga ketika suara Jina menyapa gendang telinganya lagi ia baru tersadar akan kekagetannya barusan, 

"Taehyung kan?" Tanya Jina mengenali Taehyung, lalu Taehyung menanggapinya dengan anggukan. 

"lo keliatannya udah semakin membaik, syukur deh,..." Ia tersenyum tulus semacam senyuman atas kelegaannya telah melihat Taehyung lebih baik dibanding saat terakhir kali perempuan itu mengetahui keadaan Taehyung. 

"...Jadi mau pesen apa?." Tanya Jina mengingatkan Taehyung atas tujuan awalnya untuk memesan menu-menu yang ada di coffe shop tempatnya bekerja. 

" 2 cup Americano dingin." Ucap Taehyung singkat sebab tak tau harus berucap apalagi. 

"Oke, ada tambahan?." Taehyung hanya menjawabnya dengan gelengan alih-alih mengucapkan kata tidak atau cukup itu saja¸ Taehyung rasanya harus mulai mengolah mulutnya agar terbiasa untuk berbicara dan melatih pita suaranya agak lebih sering mengeluarkan suaranya.

Setelahnya Jina menyelesaikan transaksinya dengan Taehyung dan tersenyum ramah lagi untuk memintanya menunggu sebentar pesanannya itu. Entah apa yang terjadi pada hati dan jantung Taehyung tapi yang jelas setelah mendapat senyuman ramah berkali-kali dari Jina ada perasaan yang membucah dalam dirinya entah apa yang jelas Taehyung senang sekali rasanya.

Taehyung akhirnya mencari keberadaan Jimin karena benar ternyata temannya itu justru telah mendapatkan tempat duduk untuk mereka berdua. Tempat duduknya tidak terlalu jauh dari counter pemesanan sehingga jika pesanannya telah siap ia akan tetap bisa mendengar namanya dipanggil. 

Taehyung sekarang duduk berhadapan dengan Jimin dengan posisi Jimin yang membelakangi counter pemesanan itu, "Jim, Jina disini." Ucap Taehyung spontan memberi tahu Jimin bahwa perempuan yang telah menolongnya itu berada didalam satu tempat.

"Suruh gabung ajalah sini tae, ngobrol."

"Bukan, dia tuh kerja disini, tadi pas gue mesen itu sama dia."

"Eh serius?." Tanya Jimin memastikan. "Iya." Jawab Taehyung.

"Ajak pulang bareng kalo gitu abis ini, katanya lo mau ngomong."

"iya juga sih, tapi emang dia mau? Lagian gue gak tau kapan jam dia pulang."

"abis ini pas nama lo disebut dan ambil pesanan, lo langsung tanyain aja dia pulang jam berapa terus baru deh kalo sekitar jam 5 lo bisa ajak dia ngobrol atau traktir sebagai ucapan terimakasih." Begitu saran Jimin, dan tak berapa waktu kemudian benar saja pesanannya telah jadi dan Taehyung mengikuti arahan Jimin untuk bertanya kepada Jina.

Setelah mengambil pesanan beberapa saat lalu dan kembali ke arah tempat yang diduduki Jimin, wajah Taehyung datang dengan ekspresi senang yang berlebihan karena ternyata ia berhasil mengajak Jina untuk pulang bersama dan Jina setuju soal ajakan makan malamnya hari ini. Sungguh rasanya aneh juga bingung kenapa ia bisa sesenang itu, mungkin karena akhirnya hal yang ia pikirkan akhir-akhir ini akan segera lenyap dari kepalanya atau ada hal lain seperti kemungkinan...Taehyung menyukai Jina.

[]


DESTINY | KTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang