04 | Malam Itu.

15 1 1
                                    

🍪🍪🍪

Nafas Taehyung terengah-engah pasokan oksigen rasanya telah habis untuk paru-parunya, penglihatannya mulai mengabur tapi ia masih berusaha mempertahankan kesadarannya, berharap bahwa seseorang akan menolongnya dari keadaan sialnya ini. Kepalanya sakit luar biasa sebab para bedebah tadi mengkroyoknya dengan brutal untung saja ia tak langsung mati seketika, wajah Taehyung tentu sudah sangat tidak bagus untuk dilihat.

Bagaimana muka itu dipenuhi lebam di pipi kanan dan kiri serta pelipisnya yang robek lalu masih mengeluarkan darah segar walau tidak begitu banyak tapi tetap saja keadaan Taehyung ini sangat mengenaskan apabila dilihat. Ia diseret oleh para bajingan yang telah merampoknya itu ke arah gang kecil yang tidak tahu dimana tempatnya, sangat sepi dan terlihat tidak akan dilewati oleh siapapun, mungkin hanya orang-orang sinting yang berani untuk melewati gang gelap yang kecil ini, ya contohnya seperti bajingan bajingan tadi.

Taehyung mengerang mencoba bangkit untuk mencari pertolongan dan keluar dari gang sialan ini, seluruh hal yang Taehyung bawa sudah lenyap dirampas oleh para bandit. Motornya, dompetnya, handphone sampai helm pun mereka rampas semuanya, Taehyung tidak dapat menghubungi jimin atau siapapun untuk meminta pertolongan. Hingga akhirnya ia berhasil untuk bangkit dan terseok seok berjalan tanpa tujuan asal ia bisa menemukan rumah atau seseorang yang bisa menolongnya.

Kini ia sampai pada sebuah halte yang benar-benar kosong, berpenampilan layaknya zombie yang membutuhkan pasokan makanan. Jika besok ada berita bahwa seorang pemuda mati disebuah halte dengan luka diwajah dan tubuhnya dipastikan bahwa itu Taehyung. Taehyung merasa pasrah hingga akhirnya ia merasa bahwa tubuhnya diangkat oleh seseorang laki-laki dengan rambut gondrong, dan ia juga mendengar suara perempuan yang sangat panik dan setelahnya pandangan total gelap.

Selama perjalanan menuju rumah sakit kedua orang itu sangat panik, bagaimana tidak mereka menemukan seseorang yang sedang sekarat duduk terengah-engah di sebuah halte, untung saja Jina menyadari kehadiran seseorang itu dan memberi tahu Jungkook untuk berhenti dan menolongnya. Jika tidak, bisa saja pemuda itu tewas secara mengenaskan dengan lebam diseluruh wajahnya.

Mobil Jungkook kini sudah berada tepat didepan lobby rumah sakit, ia langsung menghampiri petugas medis yang memang sedang berjaga didepan yang memang tugasnya untuk menangani pasien dengan cepat, Jina yang memang dibelakang memangku kepala pemuda itu sekarang sudah terbebas sebab pemuda itu telah diangkat dan dibawa menuju ruang UGD. Sekarang pemuda itu telah ditangani oleh pihak medis dan setelah beberapa saat ditangani pemuda itu sudah bisa dipindahkan keruang rawat inap.

Segala tagihan rumah sakit ditanggung oleh Jungkook dan Jina menghela nafasnya meminta maaf karena telah merepotkan Jungkook sebab Jina yang awalnya mengajak Jungkook menolong orang asing itu dan justru Jina tidak mengeluarkan uang sepeser pun untuk ikut membayar biaya pemuda perawatan pemuda itu.

"Na, santai aja. Gue juga emang ikhlas kok nolong dia, gue juga kasian bukan juga terpaksa karena lo ajak. Jadi gak usah mikir kayak gitu apalagi minta maaf ya?." Mungkin Jungkook sedikit tersinggung dengan apa yang Jina maksud, demi Tuhan Jungkook sangat ikhlas menolong pemuda itu dan sangat tidak keberatan untuk membayar seluruh biaya rumah sakit.

"Oke sorry lagi." Jina menunduk tak enak.

"Eh udah ah kenapa sih? Lo nunduk terus deh kalo minta maaf." Terdengar kekehan dari pemuda dengan gigi kelicinya itu, tangan itu terangkat hingga pucuk kepala Jina ia mengacak gemas rambut Jina, seolah mengatakan gapapa, gapapa.

Kini mereka sedang berada diruangan yang didominasi warna putih, tercium bau obat-obatan menyeruak memenuhi ruangan, lelaki itu masih terbaring dengan tenang diatas ranjang rumah sakit, dengan keadaan yang lebih baik sekarang. Pelipisnya yang robek telah diobati dengan kini telah dibungkus oleh perban, baju yang tadi kotor dan dinodai bercak darah telah diganti dengan piyama rumah sakit yang bersih dan wangi. Jina turut senang melihat keadaan pemuda itu sekarang.

DESTINY | KTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang