Bunyi rebana, duduk(semacam seruling), dan tepukan tangan masyarakat sangat rancak terdengar di tengah alun-alun kota Lazur mengajak semua orang yang sibuk berbelanja terpanggil untuk menontonnya. Pertunjukan wanita paling cantik seantero jagad, Carmen, membius pria-pria yang mengelilinginya. Tariannya enerjik, seakan menjadi magnet para pria itu untuk ikut menari berputar. Padahal mereka tidak tahu di balik senyumnya dan rambutnya yang bergelombang hitam pekat, ia mempunyai niat buruk untuk membalas dendamnya.
"Carmen, sorakan mereka lantang memanggil wanita yang memakai gaun hijau dan selendang merah muda yang mencolok. Gelangnya emas, menutupi hampir satu perempat tangannya, menghasilkan suara gemerincing setiap ia bergerak, aku sampai diam menatapnya dari kejauhan. Namun, aku tidak bisa menggapainya. Ia terlalu jauh untukku dari segi apapun."
"Ia hanya wanita pelacur dari Karmir. Bukankah kau tahu itu?" Ucapan Derenik membangunkan pria yang duduk di halaman bar tua yang tutup. Estefan, pria bangsawan yang melamun sejak tadi menggusah tangan sekretaris ayahnya yang memegang pundaknya.
"Aku tidak mungkin suka dengannya, Derenik. Aku hanya melihatnya kagum."
Derenik tertawa, "Ini info khusus untukmu bila ingin mengejarnya, Tuan Estefan. Aku tahu kau akan sering mencuri-curi waktu seperti ini untuk melihatnya. Namun, bila kau ingin lebih, ia ada di Karmir."
"Kau gila. Ayah bisa membunuhku bila tahu aku pergi ke Karmir. Mungkin akan ada gosip aku mempunyai anak haram di sana."
"Benar juga." Pria yang jauh lebih tua dari tuan muda itu tersenyum. "Mari pulang."
Daerah yang mereka maksud adalah distrik hiburan Karmir yang ada di dekat pelabuhan. Karena kota Lazur adalah kota pelabuhan yang banyak dikunjungi wisatawan, khususnya wisata malam, Karmir menjadi salah satu daerah tujuan wisata yang wajib untuk dikunjungi. Deretan rumah bordil tersohor yang saling berlomba untuk menjadi nomor satu benar-benar membuat kota ini tidak tidur. Lilin yang menyala terang, kain-kain sutera yang dikibarkan menjadi ornamen, hiasan-hiasan gantung dari logam mulia, dan musik yang bersahutan benar-benar membuat Karmir terlihat ramai. Apalagi rumah bordil yang ada di paling tengah, itu tempat Carmen, maksudku Carnig, dibesarkan.
"Carnig! Kau lihat selendang biruku?" Suara Mama yang menyahutinya dari bawah membuat Carnig melongo dari atas tangga. Ia baru saja selesai mandi dan hanya handuk yang menutupi perutnya.
"Aku tidak tahu. Kau butuh bantuan?"
Mama yang mendekatinya terbelalak kaget. "Tuhan! Carnig, cepat pakai bajumu! Bagaimana bila yang lain lihat?"
"Lihat apa? Penisku?" Suara tawanya mengundang amarah. "Mereka juga tidak akan percaya kalau aku yang sering mereka jadikan fantasi."
"Cepat pakai baju kemudian bantu aku keluarkan Levon dari kamarnya!"
"Baik, Mama."
Carmen, yang bernama asli Carnig sesungguhnya adalah pria. Namun, semua orang tertipu dengan bentuk fisiknya yang pendek, kontur yang halus, dan suara yang cempreng. Apalagi ditambah wajahnya sangat cantik, membuat wanita saja jadi tidak percaya diri bila harus disandingkan dengannya. Menurutmu, bagaimana itu terjadi? Jelas karena ia adalah castrato, lelaki yang telah dikebiri sebelum ia beranjak dewasa.
"Levon, kau di sana? Mama memintamu keluar dari kamar." Malam setelah ia memakai baju, ia mengetuk kamar teman semasa kecilnya, Levon, yang sudah tiga hari tidak keluar dari kamar. Ia tidak khawatir temannya meninggal dunia karena ia tahu dalam beberapa hari kemudian, naskah pertunjukkannya yang baru akan segera ia pegang. Ya, Levon adalah penulis naskah karavannya.
"Aku baru saja menyelesaikannya. Kau bisa tunggu sebentar?" Suara dari dalam membuatnya tersenyum. Akhirnya, ia akan mempunyai pertunjukkan yang baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vosku Fantazia
FantasyBerkisah tentang seorang pemilik karavan yang berasal dari Karmir, distrik hiburan di kota Lazur yang semua pertunjukannya berasal dari kisah nyata. Ia hanya ingin mendekati Wali Kota sialan yang telah merusak hidupnya. Namun, ia bisa apa? Ia hanya...