"Kau harus terus berlari tanpa melihat ke belakang, oke? Aku akan mencarimu setelah ini."
"Tidak, Maria! Aku tidak ingin sendiri!"
"Jangan cengeng! Kau sudah menjadi kakak, bukan? Sana kau pergi!"
Gelap sekali rasanya. Kaki kecilnya melangkah dengan cepat memasuki salah satu kamar yang ada di pojok lorong. Suara tangisan bayi terdengar dan derapan langkah kaki mendekatinya.
"Kumohon, Tuan Marten, kita bisa bicarakan hal ini, bukan? Aku membawa bayi, kau tidak mungkin membunuhnya, kan?" Itu suara Maria. Matanya mengintip dari lubang pintu kamar pojok itu sambil memohon ibu tirinya baik-baik saja.
"Diam kau wanita jalang! Lazur adalah milikku, bukan suamimu. Dan ia sudah mati, yang tersisa hanya anak-anaknya saja. Di mana putra sulungnya?"
"TIDAK! AKU TIDAK AKAN MENYERAHKAN LAZUR DAN ANAK-ANAKKU PADAMU! AHH!" Terpenggal kepalanya. Bocah yang bersembunyi di balik pintu itu membungkam mulutnya dan menahan napas. Ibu tirinya dibunuh, di depan mata kepalanya sendiri. Sedangkan bayi yang ada di tangan Beliau menangis kencang.
"Bayi ini laki-laki, Tuan Marten!"
"Musnahkan saja dia." Sambil menutup mata dan menyumpal telinganya, ia berjongkok tegang di balik pintu. Suara tangisan bayi itu menghilang. Nahas, adik kesayangannya sudah dibunuh oleh bangsawan sialan itu. "Halo, aku menemukanmu, kakak." Dari belakang, ia mendengar suaranya.
Sialan, ia tertangkap.
"HUA!" Carnig terperanjat bangun dari tidurnya. Keningnya dipenuhi peluh, napasnya tersengal, dan matanya terbelalak. Mimpi apa ia barusan?
"Pagi, kau sudah bangun?" Namun, ketukan pintu kamarnya membuatnya tersadar. Itu hanyalah mimpi buruk.
"Ya, masuk!" Ia menyahuti wanita yang datang dengan jubah transparan yang memegang cerutu. Itu adalah Shouxana, yang sejak 2 minggu lalu tinggal di rumah bordil tempat Carnig dan Levon dibesarkan. Matanya menelaah pria yang baru bangun tidur dengan wajah pucat.
"Kau mimpi buruk?" Shouxana bertanya sambil mendekat.
Carnig menyeka peluhnya dan menggeleng. "Apa yang membuatmu ke sini?"
Wanita itu mengitari kasurnya dan duduk di sampingnya. "Aku hanya ingin mengajakmu pergi. Levon dan Mama pergi ke gudang yang ada di pelabuhan. Sedangkan kita berdua menganggur di sini."
Carnig hanya terdiam dan duduk meringkuk. Kepalanya berat sekali setelah mimpi buruk semalam. Ia berharap bisa bangun, namun, ia tidak bisa dan akhirnya menyerah. Melihat parasnya yang pucat, Shouxana tersenyum dan mengangguk.
"Namun, melihat keadaanmu seperti ini, aku jadi tidak ingin mengajakmu pergi. Lebih baik aku buatkanmu sup agar kau lebih enak. Tunggu sebentar, oke?"
Gila, pikir Carnig. Wanita yang barusan pergi benar-benar bisa membaca pikirannya. Ia sedikit takut bila saja orang itu adalah penyihir. Namun, setelah 2 minggu tinggal bersamanya, ia percaya wanita ini hanya sedikit gila otaknya.
Ia kembali lagi. kali ini membawa nampan berisi sup dan segelas air. Supnya kental, ia tidak biasa melihat sup sekental itu.
"Apapun rasanya, kau harus makan." Shouxana menyodorkan mangkuk sup itu ke pangkuan Carnig. Dengan lambat Carnig menerimanya.
Dimakanlah supnya itu, dan ia tidak bisa merasa apa-apa. Pahit mulutnya, dan ia tidak selera makan. Namun, mau bagaimanapun ia takut Shouxana terluka bila ia tidak memakannya.
"Kau tidak perlu memaksa dirimu untuk tampil, Carmen." Shouxana mulai lagi. Ia duduk sambil menengadah di sampingnya, membuat pria yang pucat itu menatapnya. "Kau tidak bisa tidur dan selalu bermimpi buruk?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Vosku Fantazia
FantasyBerkisah tentang seorang pemilik karavan yang berasal dari Karmir, distrik hiburan di kota Lazur yang semua pertunjukannya berasal dari kisah nyata. Ia hanya ingin mendekati Wali Kota sialan yang telah merusak hidupnya. Namun, ia bisa apa? Ia hanya...