Carmen Fantazia

35 6 3
                                    

Hujan mengguyur kota Lazur dengan deras dan anginnya cukup kencang. Carnig yang membawa sekotak kain sutera berlari sepanjang distrik Karmir dan mencari di mana rumah bordilnya berada. Bajunya basah kuyup, dan ia hampir saja membuka bajunya mendadak bila saja pergerakannya terhambat.

"Levon! Levon!" ia meneriaki teman kecilnya itu yang ikut berlari di belakangnya. Mereka habis pentas dan tiba-tiba saja hujan turun. Levon yang wajahnya sudah tertutup rambutnya tidak bisa menggusahnya dan sampir saja tersandung jalanan yang sangat licin. Mereka tidak bisa berteduh karena kencangnya angin yang melanda kota Lazur. "Kau tidak apa-apa?"

Levon yang membawa gulungan naskah berlari di antara orang-orang yang juga menyelamatkan diri. "Aku tidak apa-apa! Terlebih lagi..."

Ah, naskahnya basah semua. Keduanya tampak pucat dan tak berdaya. Bukan hanya karena mereka kedinginan diterjang badai, melainkan naskah yang baru saja ia selesaikan hancur terkena air hujan.

"Kita harus bagaimana?" Carnig yang pertama kali bertanya.

Mereka yang berdiri dengan tatapan kosong di depan perapian, meratapi gulungan naskah rusaknya yang ada di atas meja.

"Aku ingin mengurung diri saja." Levon yang terlihat seperti mayat hidup mencoba mengesampingkan emosinya. Namun, ia tidak bisa. "Besok pertama kalinya anak baru itu tampil dan naskahnya sudah rusak. Aku harus bagaimana?"

Carnig menggaruk kepala, "Kuharap ia pemain yang hebat. Bila saja ia bisa improvisasi bersamaku, aku tidak masalah." Namun, serentak dengan bunyi gemuruh, ia mendapat ide yang menarik. "Bagaimana bila aku memerankan prianya dan ia yang menjadi wanita? Aku masih menyimpan naskahku."

Mendengar ide yang cukup gila dari mulutnya, Levon menggeleng cepat. "Apa? Identitasmu bisa ketahuan."

"Persetan dengan identitasku, mereka pasti tidak akan sadar. Lagipula, bukankah itu dapat menarik perhatian penonton melihat "Carmen" yang bisa menjadi Carnig?"

"Tidak, ia bisa menggeser posisimu karena ia wanita tulen, Carnig. Bila saja ia yang berdandan seksi, semua pria akan memilihnya daripada kau."

"Mengapa? Ini angin segar untuk karavan kita. Aku menjadi lelaki dan anak baru itu tetap menjadi wanita. Kau jangan terlalu kaku, Levon. Kita lihat saja besok."

Levon menghela napasnya. Ia masa bodoh dengan ide Carnig yang cukup gila. Yang ia pikirkan hanya naskah yang akan ia tulis ulang untuk siapapun pemeran pria pertunjukan besok. Mungkin, ia bisa membuatnya dalam semalam.

Pertunjukan kali ini bercerita tentang anak haram "Martinius" yang dibesarkan di distrik Karmir, Leviathan, menyelamatkan seorang wanita bernama Carmen. Keluarganya dibantai oleh ayahnya dan Carmen pun melarikan diri ke Karmir. Cinta terlarang pun tumbuh. Walaupun Carmen tahu ia anak pembunuh keluarganya, ia dan Leviathan berniat untuk membalas dendam pada Martinius.

"Carmen, bila saja aku bisa mempunyai kesempatan untuk membunuhnya, aku akan melakukannya seperti apa yang telah ia lakukan pada keluargamu." Carnig yang kini berperan menjadi Leviathan bersimpuh di depan "Carmen".

Wanita yang memerankan Carmen itu membelai pundaknya lembut. "Apa yang bisa kau lakukan? Kita hanya warga Karmir."

"Aku akan lakukan apapun. Demi kau, demi aku dan ibuku."

"Carmen" memegang dagu Leviathan yang ada di depannya. Sambil membuat pria itu menengadah, ia mendekatkan dirinya, membungkuk, dan menciumnya tepat di bibirnya. Hal itu jauh dari naskah yang telah dibuat dan itu membuat Carnig dan para penonton kaget. Di mata penonton, Carnig adalah wanita yang memerankan tokoh pria, dan tindakan wanita itu sangat tabu di mata mereka.

Vosku FantaziaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang