The Lost Feeling

6 0 0
                                    


Riiiinggg... Riiinggg.... Riiingggg...

Bunyi lonceng pergantian jam kuliah memenuhi seluruh ruang kampus. Matahari nampak belum terlalu terik, satu persatu mahasiswa-mahasiswi mulai keluar dari kelas masing-masing. Beberapa dengan segera menuju ke kantin dan beberapa dari mereka melakukan kegiatan lain. Sama seperti mahasiswa lainnya, Alya, Bella, dan Vanka baru saja menyelesaikan mata kuliah pertama mereka. Kelas pagi memang tidak pernah gagal membuat mereka bertiga merasakan kantuk yang luar biasa.

Mereka bergegas menuju kelas berikutnya yang bertempat di ruangan di dekat ruang dosen walaupun dengan sedikit malas. Vanka tidak dapat menghindari kegelisahan yang ia rasakan tentang rencananya untuk berbicara dengan Bayu hari ini. Ia bahkan tidak mampu memberitahu Alya dan Bella mengenai rencananya itu.

"Ke toilet dulu yuk! Kebelet nih" celetuk Bella yang memang sudah menahannya sejak kelas pertama tadi. Vanka dan Alya tidak perlu banyak bicara, mereka hanya mengangguk dan mengikuti Bella ke arah kamar mandi yang terletak tidak begitu jauh dari kelas berikutnya.

"Pegangin bentar ya" Ujar Bella sambil menyerahkan tas selempangnya pada Vanka. Vanka dan Alya menunggu di luar toilet ketika seorang pasangan berjalan kearah mereka. Riza dan pacar barunya, Sofia. Vanka yang pertama kali melihat mereka berusaha keras mengalihkan perhatian Alya agar tidak melihat hal yang dapat menyakitinya. Namun usahanya sia-sia, pasangan itu rupanya menuju ke toilet yang sama dengan mereka yang membuat Alya suka ataupun tidak harus melihat wajah itu lagi. Sofia masuk kedalam toilet kedua yang masih lowong untuk digunakan. Sementara menitipkan tas tangannya pada Riza.

Riza, Alya, dan Vanka sama-sama menunggu diluar dalam keheningan yang menyesakkan. Tentu saja mereka enggan melihat satu sama lain. Alya tidak akan pernah bisa semudah itu menghapus sakit hati yang Riza sebabkan. Begitupun Riza yang tidak akan pernah sanggup menghapus rasa bersalahnya pada Alya. Gadis itu tidak membencinya, hanya saja rasa kecewa telah menjalar di tubuhnya.

"Sudah selesai" ucap Bella saat keluar dari dalam toilet sengaja untuk memecah keheningan yang ada di luar.

Bella menatap Riza tajam seakan benar-benar marah dan mengumpatnya dalam hati sebelum mengajak teman-temannya beranjak meninggalkan tempat itu. Mereka bertiga bergegas menuju ruangan selanjutnya karena waktu istirahat hanya tinggal sepuluh menit lagi. Bahkan dari kejauhan Vanka sudah sangat hafal dengan postur tubuh pria yang sedang berjalan lima puluh meter di depan mereka itu. Pria tinggi nan tampan itu memiliki karisma dan daya tarik tersendiri yang sepertinya mampu membuat siapapun jatuh hati padanya. Bayu, pria yang akan Vanka ajak bicara itu berjalan kearahnya. Vanka berusaha untuk berpura-pura tidak melihat Bayu dan berjalan di balik teman-temannya berharap Bayu tidak melihatnya.

"Vanka!" sapa pria itu tiba-tiba. Gagal sudah taktik Vanka untuk menghindarinya, bodohnya lagi yaitu kondisi hatinya yang tidak bisa diajak bekerjasama setiap saat Bayu menyapanya.

Vanka hanya tersenyum sambil tetap berjalan di balik teman-temannya. "Katanya mau bicara? Mau bicara apa?" lanjut pria yang kini berjarak hanya dua meter darinya. Alya dan Bella hanya saling menatap dan menuntut penjelasan dari Vanka.

"Eh iya bentar naruh tas dulu di kelas" balas Vanka gugup.

Bayu menunggu Vanka di luar kelas, mengingat mereka tidak mengambil kelas yang sama untuk mata kuliah ini. Sementara itu di dalam kelas, Alya dan Bella terus saja memperhatikan kegugupan temannya itu. Mereka benar-benar tidak mengerti hal apa yang akan Vanka bicarakan dengan Bayu karena gadis itu memang tidak mengatakan apapun pada mereka. Apakah mungkin Vanka akan menyatakan perasaannya pada Bayu? Pikir mereka.

Vanka melangkahkan kakinya untuk menemui Bayu diluar kelas sebelum bel masuk kelas berbunyi. Kini mereka sudah berhadapan satu sama lain, keramaian disekitar mereka seakan tidak tertarik untuk mengganggu waktu mereka.

Remembering FarewellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang