Depression

4 0 0
                                    

Tidak banyak perubahan dalam kehidupan Vanka hingga selama ini. Hubungannya dengan Bayu juga berangsur membaik seiring berjalannya waktu. Sesekali ia memikirkannya, sesekali ia menyesali ucapannya saat itu. Masih tidak ada pembicaraan apapun dengan Bayu sejak hari itu, mereka berdua lebih memilih untuk saling mengabaikan walaupun rasa ingin bertegur sapa dengan Bayu dalam diri Vanka sangat besar. Setiap hari tekatnya selalu sama, "Aku akan menyapa Bayu hari ini!" namun tekat itu selalu berakhir menjadi wacana hingga detik ini. Setiap kali Vanka hendak menyapa pria jangkung itu entah mengapa lidahnya kelu dan matanya tidak mampu menatap pria itu.

Riiiiiingggg....

Bunyi lonceng itu membuyarkan lamunan Vanka yang sejak tadi mengikuti kelas Pak Andri tanpa memperhatikan apa yang sang dosen jelaskan.

"Baik, sampai jumpa minggu depan dengan tugas yang saya berikan" ucap Pak Andri sebelum meninggalkan ruangan.

Bella terkejut dengan ucapan Pak Andri, tidak beda jauh dengan Vanka, Ia malah tertidur saat perkuliahan berlangsung dan terbangun saat lonceng berbunyi.

"Hah?? Tugas? Tugas apa????" ujar Bella panik hingga sambil mengguncang-guncang badan Vanka.

Vanka menghentikan kegiatan Bella yang mengguncang-guncang tubuhnya. "Aku juga nggak tahu Bel, aku dari tadi nggak dengerin hehe" Vanka membalas dengan sebuah cengiran terbentuk di wajahnya. Disanalah hanya ada satu harapan mereka, Alya. Orang yang menjadi harapan mereka itu rupanya sudah bisa menebak apa yang ada dalam pikiran kedua temannya itu. Alya menjelaskan tugas yang diberikan pak Andri dengan detail pada kedua mahasiswa yang tidak memperhatikan dosen tadi.

Bella dan Vanka sangat bersyukur masih ada Vanka yang rajin mencatat materi yang disampaikan dosen sehingga mereka tidak ketinggalan informasi. Mereka bertiga bergegas meninggalkan ruang kelas dan memutuskan untuk sarapan di kantin seperti biasanya. Mereka berjalan melewati kelas-kelas yang juga telah ditinggalkan oleh mahasiswa lain. Vanka tidak pernah menduga bahwa Ia akan berpapasan dengan Bayu dan teman-temannya yang lain. Pikirannya memutuskan untuk mencoba menyapanya tepat saat mereka melewati satu sama lain. Dua meter lagi hingga mereka melewati satu sama lain, Vanka masih menundukkan kepalanya.

"Van!" sapa salah satu laki-laki di gerombolan itu.

Jantung Vanka berdegup kencang bukan main, sayang sekali bukan Bayu yang menyapanya melainkan Fatih yang saat itu juga berjalan bersama Bayu. Vanka hanya mengangguk sambil tersenyum simpul.

"Van!" sapa laki-laki yang berbeda dari sebelumnya. Bayu. Seakan-akan telah menanti kesempatan untuk menyapa Vanka, Bayu menyapanya mengikuti Fatih sambil tersenyum ke arah Vanka.

Wajah Vanka menjadi sangat panas dan terasa terbakar. Wajahnya sangat merah seperti kepiting rebus. "Eh, Iya Bay" balas Vanka salah tingkah namun buru-buru memalingkan wajahnya agar tidak terlihat oleh Bayu. Mereka kini berjalan berlawanan arah dan semakin jauh. Alya dan Bella yang memperhatikan itu tidak bisa berhenti menggoda Vanka. Mereka tidak mengerti mengapa Bayu selalu menyapa Vanka saja walaupun Alya dan Bella juga berjalan di sebelah gadis itu.

Perkuliahan mereka hari itu berakhir lebih awal dikarenakan dua mata kuliah yang diliburkan karena dosen pengampu mata kuliah tersebut sedang berada di luar kota. Salah satu kebahagiaan mahasiswa ialah saat ada jam kosong pada mata kuliah yang mereka tempuh. Vanka memutuskan untuk terlebih dahulu kembali ke kosannya, sementara Alya masih ada urusan dengan dosen pembimbing akademiknya dan ditemani oleh Bella. Waktu yang menunjukkan masih pukul empat sore membuat Vanka memutuskan untuk tidur karena rasa kantuknya yang tak tertahankan.

Tepat pukul enam sore Vanka terbangun karena kumandang suara adzan. Ia bergegas mengambil wudhu dan menjalankan ibadah sholat magrib, dan melanjutkan aktivitas belajar setelahnya. Pukul sembilan tepat perutnya mulai merasakan lapar sehingga membuatnya harus turun ke dapur dan membuat mi instan kebanggaan anak kos. Ia tidak memikirkan apapun malam itu, Vanka menyantap mi instan dengan menghadap layar laptop di depannya. Alunan musik terdengar dari laptop di depannya.

Remembering FarewellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang