When The Feeling Changes

6 0 0
                                    

Vanka berjalan mengelilingi rak-rak buku yang tersusun rapi di hadapannya. Aroma buku merupakan salah satu hal yang disukai Vanka. Perustakaan kampus mereka bisa dibilang memiliki koleksi buku yang agak lengkap dan sangat disukai mahasiswa. Entah sekedar nongkrong, mencari buku referensi, atau bahkan kerja kelompok, perpustakaan itu tidak pernah sepi pengunjung setiap harinya kecuali pada hari libur.

"Udah ketemu bukunya?" ucap Laki-laki yang tiba-tiba muncul dari balik rak buku itu mengangetkan Vanka.

"Ngagetin aja sih kamu Fat!" balas Vanka sedikit gemas. Sementara Fatih hanya tertawa pelan dengan reaksi Vanka walaupun ia tidak bermaksud untuk mengagetkan gadis berkemeja hitam itu.

"Kayanya buku yang aku cari nggak ada deh, kamu sendiri udah dapat buku yang kamu cari?" Tanya Vanka pada Fatih yang terlihat belum mengambil buku apapun di tangannya.

"Belum, kayanya nggak ada di sebelah sini" Jawab Fatih sambil berjalan mendekati Vanka. Mereka berdua kini mengelilingi tiap-tiap rak buku itu bersama-sama, mencari buku yang mungkin membuat mereka tertarik untuk membacanya. Sesekali lengan mereka membentur lengan satu sama lain ketika berjalan berdampingan menyusuri rak-rak buku itu. Entah kenapa Vanka merasa jantungnya berdegup sangat cepat karenanya. Fatih sepertinya tidak berbeda dengan Vanka. Keduanya kini saling tatap tanpa sepatah kata pun. Keheningan di sekitar lokasi mereka seakan membuat keduanya terbawa perasaan. Hingga momen itu dibuyarkan dengan derap kaki seorang pengunjung dan membuat keduanya reflek menjauh. Sepuluh menit berlalu, Vanka dan Fatih kembali ke meja baca dengan masing-masing membawa beberapa buku di pelukannya.

"Loh, Alya mana?" Vanka mencari-cari gadis yang datang bersama mereka tadi.

"Tadi katanya mau liat-liat buku di sebelah sana" Fatih menjawab pertanyaan Vanka sambil menunjuk arah deretan rak buku yang letaknya agak jauh dari meja baca mereka. Keduanya duduk berhadapan sambil membolak-balikkan buku di hadapannya masing-masing.

"Kamu baca buku apa itu?" suara seorang gadis di sebelah Vanka mengalihkan perhatiannya. Alya baru saja tiba dari melihat-lihat buku dari rak paling pojok dan memeluk beberapa buku novel di tangannya.

"Eh, ini aku liat-liat buku puisi aja sih" Balas Vanka sambil memperlihatkan bukunya. Alya juga tidak lupa menanyai buku apa yang Fatih baca. Mereka bertiga kini tengah serius membaca buku masing-masing, rencana untuk kerja kelompok mengerjakan tugas Bu Mira mereka awali dengan membaca buku di perpustakaan terlebih dahulu.

Vanka benar-benar terkejut saat sesuatu menyentuh kakinya di bawah meja. Ia melihat kebawah untuk melihat apa itu. Ujung jari kaki Fatih menyentuh kakinya. Vanka mengabaikan hal itu dan melanjutkan kegiatan membacanya, ia tidak menarik kakinya mejauhi kaki Fatih dan membiarkannya tidak bergerak. Beberapa detik dirinya seperti tersengat listrik saat kaki Fatih menindih sedikit jari kakinya di bawah meja. Gadis itu merasa bahwa Fatih sedang menggodanya, hingga ia membalas perlakuan Fatih dengan membalikkan keadaan dimana kakinya kini menindih kaki Fatih di bawah meja. Keduanya saling mencuri pandang sambil menggelitik kaki satu sama lain di bawah meja. Saling melempar senyum-senyum nakal pada satu sama lain.

"Ada apa?" Vanka dan Fatih menghentikan kegiatan mereka saat Alya merasakan ada yang aneh dengan mereka berdua.

Vanka menjawab dengan tergugup-gugup sementara Fatih memilih untuk meneruskan bacaannya tanpa melihat Alya. "Ehh nggak.. nggak ada apa-apa kok" ucap Vanka.

Alya memperhatikan wajah Vanka. "Vanka, kok wajah kamu merah banget? Kamu sakit?" pertanyaan Alya membuat Fatih juga menoleh pada Vanka.

"Masa sih? Ya ampun pasti gara-gara panas banget disini" Jawab Vanka sambil mengibas-ngibaskan tangannya ke wajahnya.

Mereka bertiga kembali membaca buku masing-masing dan memutuskan untuk pulang setelah tiga puluh menit berlalu.

Kejadian-kejadian bersama Fatih selalu menancap dan terus terulang-ulang di pikiran Vanka akhir-akhir ini. Ia tidak mengerti kenapa setiap kali pikiran-pikiran itu muncul, dirinya tanpa sadar tersenyum sendiri. Sejak berada dalam kelompok yang sama dengan Fatih, Vanka menjadi semakin dekat dengannya. Fatih semakin sering mengunjungi Vanka di kosannya sekedar untuk mengerjakan tugas atau pun mengajaknya ke toko buku, entah mengapa semua itu mereka lakukan secara rahasia. Tidak ada hubungan khusus diantara mereka, namun keduanya sama-sama tidak ingin terlihat bersama di hadapan orang lain.

Remembering FarewellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang