Under The Rain

4 0 0
                                    

Jika ditanya apa kegiatan Vanka dan teman-temannya saat ini jawabannya pasti sama, 'pulang kampung'. Liburan semester tentu saja menjadi saat yang sangat membahagiakan bagi siapapun. Setelah berbulan-bulan dengan menyandang sebutan 'anak rantau' kini mereka bisa kembali ke kampung halaman masing-masing dan menikmati masakan rumah yang selalu mereka rindukan. Diantara Vanka, Bella, dan Alya saat ini mungkin hanya Alya yang harus mengundur rencananya untuk kembali ke kampung halamannnya dikarenakan terhalang kegiatan rapat akhir tahun organisasi yang diikuti gadis itu. Sedangkan Bella sudah meluncur menuju kampung halamannya dengan kereta api sekitar dua jam yang lalu. Lain halnya dengan Vanka yang kini tengah menempuh perjalanan menuju kota kelahirannya dengan motor.

Beberapa hari yang lalu gadis itu memang sudah berencana untuk pulang kampung dengan menumpang motor Fatih. Walaupun tidak tinggal di satu kota yang sama, kampung halaman keduanya rupanya searah. Alhasil gadis lugu itu kini berboncengan dengan Fatih untuk pulang ke kampung halaman masing-masing. Perjalanan menuju kota Vanka memakan waktu sekitar tiga jam dengan kondisi jalanan yang sedikit ramai. Tentunya banyak obrolan yang mereka bicarakan demi membunuh waktu yang mereka habiskan dalam perjalanan.

"Makanan kesukaan kamu apa Van?" ujar Fatih tanpa mengalihkan fokus pada jalanan di depannya.

Hembusan angin yang cukup kuat dan kondisi Vanka yang tengah memakai helm membuatnya tidak dapat mendengar ucapan pria itu dengan jelas. "Hah??? Kamu ngomong apa??" ujar Vanka sedikit keras agar terdengar Fatih.

"Makanan kesukaan kamu apa??" kali ini Fatih berbicara sedikit keras.

"Ohhh.. aku suka semua sih nggak ada yang spesifik asalkan bukan sayur, kalau kamu?" balas Vanka.

Fatih membalas ucapan Vanka seraya memikirkan makanan kesukaannya, "Aku suka Kupang, kamu pernah makan Kupang nggak?" ucap pria yang sedang menyetir itu.

"Ohhh yang dari kerang-kerang kecil itu kan? Aku Cuma pernah makan sekali aja sih dulu waktu aku kecil" balas gadis yang sedang diboncengnya itu.

Obrolan mereka terus berlanjut hingga akhirnya mereka sampai di rumah Vanka tepat pada pukul tiga sore. Rumah Vanka letaknya tidak begitu jauh dari pusat kota sehingga akses jalan untuk kerumahnya pun tidak begitu sulit. Rumah minimalis dengan cat dinding berwarna hitam dan abu-abu itu seakan telah menyambut kedatangan mereka berdua. Vanka tidak pernah lupa untuk membalas budi, gadis itu menawarkan Fatih untuk beristirahat dan makan terlebih dahulu di rumahnya. Tentu saja Vanka tidak menerima penolakan Fatih dan menyeretnya agar mampir ke rumah gadis itu.

"Pa! Liat siapa yang datang!" seorang wanita paruh baya yang sedari tadi ternyata sudah memperhatikan Vanka dan Fatih di ambang pintu itu terdengar antusias.

Vanka segera menghampiri wanita paruh baya itu dan memeluknya dengan erat. Wanita itu rupanya adalah ibu Vanka. Fatih yang mengikuti Vanka di belakang gadis itu segera bersalaman dengan ibu gadis itu.

"Assalamualaikum tante" ucap Fatih seraya mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan ibu Vanka.

"Waalaikumsalam, aduh Vanka pulang-pulang bawa calon mantu" balas Wanita ramah itu sambil menanggapi uluran tangan Fatih.

"Ada apa ini kok Papa dengar ada yang sebut-sebut calon mantu?" ucap pria dengan kumis tipis yang tiba-tiba muncul dari dalam rumah Vanka.

Vanka dengan wajahnya yang semerah kepiting rebus bersalaman dan memeluk ayah yang sudah lama tidak ia temui itu. "Ihh mama apasih.. Ini Fatih ma, pa. Fatih ini teman sejurusan Vanka" Jelas anak semata wayangnya itu.

Pemuda yang diperkenalkan itu kini tersenyum simpul pada kedua orang tua Vanka. "Saya Fatih, om, tante. Temannya Vanka" jelasnya. Ada sedikit rasa aneh dalam diri Vanka saat Fatih menyebut dirinya teman Vanka, namun apa yang salah? Bukankah memang benar mereka berteman.

Remembering FarewellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang