The Place to Escape

4 0 0
                                    

Pukul delapan pagi, Vanka belum juga bangun dari tidurnya. Sinar mentari mulai memasuki kamarnya melalui jendela kecil kamar itu, membuat Vanka silau dan reflek menghalangi sinar yang menyinari wajahnya menggunakan telapak tangan. Gadis itu tidak memiliki rencana apapun di hari Minggu ini, ia menolak untuk bangun. Namun getar ponselnya membuatnya terpaksa untuk membuka matanya dengan berat hati. FATIH. Nama itu tertera di layar ponselnya, lelaki itu mengiriminya sebuah chat singkat.

Sudah baikan?

Pesan singkat itu membuat hati Vanka sedikit hangat. Masih dalam posisi tidurnya, Vanka mulai mengetik pesan balasan.

Sedikit hehe

Vanka tidak perlu menunggu lama untuk mendapat pesan balasan dari Fatih. Gadis itu memang tipe yang sangat benci menunggu.

Mau pergi ke suatu tempat yang jauh?

Balasan Fatih membuat Vanka bingung, tapi itu adalah ide yang bagus. Vanka jarang sekali bepergian jauh sejak pertama kali ia tinggal di kota ini. Gadis itu menerima ajakan Fatih dan bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Satu jam kemudian Fatih telah menunggu di depan gerbang kos Vanka. Gadis itu segera menemuinya dengan sebuah helm di tangan kanannya. Lelaki itu memakai kemeja hitam dengan celana jeans panjang yang robek dibagian lututnya. Sementara Vanka memakai sweater putih yang dipadukan dengan celana jeans berwarna navy dan sebuah tas selempang kecil yang bertengger di pundaknya. Keduanya kini tengah berada dalam perjalanan ke suatu tempat yang masih belum Vanka ketahui namanya.

Kencangnya hembusan angin yang menyapu wajahnya membuat Vanka sedikit mengantuk dan mempererat pegangannya pada bagian belakang sepeda motor Fatih. Vanka adalah gadis yang tidak suka sembarangan menyentuh orang lain, ia tidak pernah sekalipun berpegangan pada pinggang orang yang memboncengnya, siapapun itu bahkan pada pacarnya dulu. Ia merasa tidak nyaman untuk dirinya bersikap clingy pada siapapun, apalagi Fatih juga bukan siapa-siapa Vanka. Hembusan angin semakin terasa di wajahnya seiring perjalanan itu, Vanka sedikit susah membuka mata karena kantuk yang tidak tertahankan.

"Vanka!" Panggil lelaki yang sedang menyetir itu.

"Ya?" Sahut Vanka sedikit keras karena hembusan angin juga membuat suaranya tidak begitu terdengar jelas.

"Kamu ngantuk ya?" Ujar Fatih tak kalah kerasnya dengan Vanka agar gadis itu dapat mendengar dengan jelas.

Vanka sedikit tertawa, "Kok kamu tau?" ujarnya.

"Keliatan dari kaca spion! Tidur aja gapapa, nanti aku bangunin" Sahut Fatih sambil tersenyum dengan kelakuan Vanka.

"Ha?! Kamu gila ya? Nanti kalau aku jatuh kamu mau tanggung jawab?" Balas Vanka.

"Gapapa tidur aja, pegangan!" ujar Fatih lagi.

Vanka terdiam sejenak, ragu untuk menuruti perkataan Fatih, namun matanya tidak biasa diajak bekerjasama lagi.

"Gapapa nih aku pegangan?" Vanka meyakinkan dirinya sendiri dan meminta persetujuan Fatih.

"Iyaaa" Balas Fatih masih tetap fokus menyetir. Vanka sedikit ragu untuk berpegangan pada Fatih. Perlahan-lahan tangannya mulai memegang ujung kemeja Fatih. Vanka memutuskan untuk memegang ujung kemejanya dan tidak berpegangan pada bagian pinggang Fatih. Lelaki yang sedang menyetir itu rupanya diam-diam memperhatikan gerak-gerik Vanka dari kaca spion. Fatih sedikit tersenyum saat mengetahui Vanka berpegangan pada ujung kemejanya. Lucu sekali, pikir lelaki itu. Mereka melaju semakin kencang, dan Vanka kini sudah terlelap dengan kepala yang tersandar di pundak Fatih.

Deburan ombak menyejukkan mata Fatih dan Vanka. Mereka telah sampai di tempat tujuan yang jauh dari hiruk pikuk kendaraan di kota. Sepanjang mata memandang hanya ada pasir putih dan kumpulan batu-batuan di pinggir pantai itu. Kedua orang itu berjalan berdampingan menyusuri pantai. Suasana hati Vanka sedikit lebih baik dari sebelumnya. Sinar matahari sore tidak begitu menyengat seperti saat mereka berada di perjalanan tadi. Sejuknya hembusan angin pantai sore itu membuat mereka betah untuk sekedar duduk di tepi pantai itu dan menatap takjub pada hamparan lautan luas didepannya.

Remembering FarewellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang