tiga

2.4K 222 81
                                    

Sinar mentari yang masuk lewat celah-celah kamarnya serta suara jam weker yang sedari tadi berbunyi nyaring membuat tidur seorang pemuda tampan nan manis terganggu. Kelopak matanya terbuka perlahan menampilkan bola mata hitam bening. Ia menoleh kesamping, helaan nafas terdengar ketika tak menemukan sosok pemuda yang tadi malam menemaninya.

Dengan perlahan ia bangkit dari tidurnya, berjalan perlahan menuju kamar mandi yang terletak diujung kamarnya. Sesampainya disana, ia menuju wastafel, menatap dirinya di cermin dengan pandangan kosong. Tangannya terulur mengusap pipi gembulnya yang berwarna kebiruan serta ujung bibirnya yang sedikit terluka. Ternyata tamparan kekasihnya kemarin begitu keras.

"Ternyata meninggalkan bekas" ia berucap pelan kemudian membasuh mukanya. "Kak Hyunsuk pasti nanti khawatir, aku harus mencari alasan agar dia tidak ribut dengan Haruto" setelah itu ia pun memutuskan untuk membersihkan tubuhnya.

Tak membutuhkan waktu lama, pemuda tampan nan manis yang diketahui bernama Doyoung itu telah selesai bersiap dan penampilannya pun terlihat lebih segar. Ia berjalan keluar kamarnya menuju dapur, disana ia mendapati kekasihnya-- Haruto yang tengah berkutat dengan peralatan memasak.

Doyoung terkekeh, ia pun berjalan kearah Haruto dengan sedikit berjijit agar tidak menimbulkan suara, dirinya berniat mengagetkan kekasihnya yang tengah serius itu.

"Jangan mengagetkan ku, bby!" ujar Haruto tanpa menoleh kearah Doyoung yang tengah mengerucutkan bibirnya lantaran aksinya ia gagalkan.

"Kau tidak asik, Haru!" Kesal Doyoung.

Haruto tersenyum atas kelakuan kekasihnya yang menggemaskan.

"Kenapa kau tak membangunkanku?" Doyoung memeluk tubuh kurus kekasihnya itu. Tapi jangan salah, dibalik tubuh kurusnya itu terdapat berlipatan-lipat roti sobek yang menggiurkan. Doyoung sendiri yang telah membuktikannya.

"Haru hari ini tampan sekali" ujar Doyoung sambil menghirup aroma tubuh Haruto. "Wangi lagi, aku suka bau parfum Haru"

Kekasihnya itu memang tampan, Doyoung akui itu. Apalagi penampilannya yang sekarang. Dengan kemeja putih ketat yang membentuk sempurna tubuhnya, lengan kemeja yang digulung sampai siku, memperlihatkan lengannya yang putih berotot. Tak lupa celana bahan hitam yang melekat di kaki jenjangnya. Serta surai hitamnya yang ditata kebelakang memperlihatkan dahi lebarnya

Doyoung mentautkan alisnya bingung ketika melihat apron yang Haruto kenakan.

"Haru, kenapa kau memakai apron Kelinci punyaku?"

"Eoh.. tadi aku mencari apronku tapi tak ketemu, makanya aku pakai punyamu. Maaf ya, sayang" Haruto mengelus tangan Doyoung yang masih melingkari perutnya.

"Baiklah, kali ini aku maafkan. Oh ya, Haru lagi masak apa?" Doyoung masih memeluk tubuh Haruto erat. Sepertinya tak ada niatan untuk melepaskannya.

"Sayang, bisa kau lepaskan pelukkanmu" pinta Haruto  yang dibalas gelengan oleh Doyoung.

"Oh ayolah... aku kesulitan, bby" Tetap saja Doyoung menolaknya, malah semakin mengeratkan pelukkannya.

Trang.

Haruto yang tengah memotong wortel langsung menyentakkan pisaunya dengan keras yang membuat Doyoung terlonjak kaget.

"KIM DOYOUNG! JANGAN KEKANAKAN!" Bentak Haruto, reflek Doyoung melepaskan pelukkannya dan mundur beberapa langkah menjauh dari kekasihnya yang tengah mengatur emosi terlihat dari punggungnya yang naik turun.

"M-maaf, H-haru. Aku yang salah. Kau berhak menghukumku" ujar Doyoung sambil menundukkan kepalanya.

"Duduk tenang dimeja makan! Jangan menggangguku!" Ujar Haruto dengan nada datar, seketika Doyoung menurutinya.

POSESIF [Harubby] ☡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang