💚FIVE 💚

21 6 3
                                    

Diam bukan berarti kalah, dia hanya menunggu dimana ia bisa menang

— Author imoet

*******************

Regan dengan panik membawa Alfi ke ruangannya. Raut khawatir tercetak di wajahnya yang semakin sembab. Regan menangis? Tentu saja, Alfi dapat membuatnya menangis. Ia menjatuhkan diri di kursi dekat brankar Alfi. Tangannya menggenggam jemari Alfi yang hangat.

"Obat penenangnya dosis rendah tuan dan ia akan sadar satu jam lagi." Regan mengangguk.

Ia semakin menangis dengan menggenggam tangan Alfi. Ia merasa bersalah, Alfi melindunginya dengan segenap jiwa dan raganya. Biarlah orang-orang menganggap ia adalah pria cengeng. Menangis hanya karena sosok wanita, benar-benar bukan Regan sekali. Bahkan ia mengacuhkan ketiga temannya yang menatapnya heran ditambah Hawa dan juga Septi yang duduk sambil melihat kedekatan Alfi dan Regan.

"Eeugh, aku dimana?" Tanya Alfi, setelah satu jam ia pingsan.

"Kamu udah sadar? Mana yang sakit? Bilang sama aku mana yang sakit! Aku panggilan dok—" Alfi memeluk Regan erat, seperti ada arti ketakutan di pelukan ini.

"Jangan kaya gitu lagi hiks Regan, aku sakit liat hiks kamu kaya gitu. Hiks Jangan munculin dia  lagi Gan hiks."

"Aku janji ini yang terakhir Alfi, ini yang terakhir. Biar kamu seneng, kamu mau apa dari aku?"

"Aku mau sekolah."

"Besok aku daftarin ke Gandaria oke? Sekarang minum obatnya!"

"Ga, aku pengen ngobrol bareng temen-temen kamu."

"Minum! Aku mau pergi." Dan dengan terpaksa Alfi meminum obatnya. Dia kali ini akan mengalah pada Regan karena Regan sudah banyak berkorban untuknya.

"Aku pergi, Lo pada pergi! Alfi mau istirahat."

Regan tidak benar-benar pulang, dia menemui sang ayah di ruang rawat neneknya. Diruang rawat itu sudah ada saudara-saudaranya yang duduk melingkar. Menatap Regan yang baru saja membuka pintu ruang rawat itu. Bahkan sang nenek juga sudah bangun dari tidurnya.

"Sini Regan!" Neneknya tersenyum melihat Regan menghampiri neneknya.

Regan menghela nafas, ini kenapa semua orang natep dia kaya buronan? Senyum terpaksa ia lukiskan dibibirnya. Ia duduk di samping brankar neneknya sembari memegang tangan rapuh itu lembut.

"Siapa gadis itu, Regan?" Tanya neneknya

"Aku tidak akan menjawab, karena itu tidaklah penting untuk kalian." Jawab Regan

"Itu penting Regan!!" Bentak ayahnya

"Apa yang ayah maksud penting adalah tentang citra keluarga Abigail? Gadisku tidak akan menganggu citra keluarga Abigail yang sudah sempurna ini. Karena dia bukan seseorang yang mengharapkan harta tetapi yang ia harapkan adalah kebahagiaan. Jadi jangan menganggap bahwa gadisku merusak citra keluarga." Regan tersenyum kemenangan melihat raut kalah dari ayahnya.

"Jauhi gadis itu! Sebentar lagi kau bertunangan dengan Aurora." Ucap sang ibu.

"APA KALIAN INGIN AKU MENJADI GILA? ALFI ADALAH OBATKU!!"

Are You Okey? |[Jilid 1]|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang