Chanyeol menyesal keesokan harinya, hari sebelumnya dia terlalu banyak tidur. Dia bahkan melewatkan makan siang dan malam.
Sisi lain dirinya membuat pembenaran, bahwa dia butuh istirahat yang banyak, tetapi dia menyia-nyiakan kesempatan. Dia seolah-olah dikejar tenggat waktu, seakan-akan jika tidak menyelesaikan semuanya dalam hitungan jam, dia akan diadili dan diputus bersalah sepenuhnya.
Namun Wendy pun tak berkata apa-apa. Mereka seperti hidup di dunia yang berbeda, yang dibatasi tembok tipis di bawah atap yang sama.
Pagi itu, Wendy sudah tidak ada di rumah. Snow juga tidak ada. Dia menebak, mereka sedang pergi jauh. Mungkin Montreal, mungkin kota lain. Dia masih meraba-raba akan aktivitas Wendy yang sesungguhnya di sini. Dia cuma tahu Wendy punya kafe di Montreal, dan saudaranya juga masih tinggal di Kanada meski dia tidak tahu di kota mana.
Yang tersisa untuknya hanyalah roti lapis di atas meja, yang dimasukkan di dalam kotak bening lengkap dengan beberapa potong buah. Chanyeol teringat pada bekal yang sering Wendy buatkan untuknya saat mereka masih bersama dulu. Dia memakannya dengan lambat, menanti sesuatu yang tidak pasti.
Tidak tahu apa yang mesti dilakukan, Chanyeol pun menuju halaman belakang. Padang rumput luas yang berakhir di sebuah hutan kecil, yang terlihat begitu asing dan agak gelap. Pepohonan buah-buahan menghiasi di sisi lain, dan sisi lainnya adalah deretan bebungaan kecil yang dibiarkan tumbuh di tanah.
Ada kandang kecil di pinggir halaman dekat teras. Papan kayu dengan ukiran nama Snow terpampang di sana. Selain itu, ada meja kecil dan sebuah kursi serbaputih, sebuah termos minum kecil tertinggal di atas meja. Sebuah gudang kecil terletak di belakang, pintunya tidak rapat, dan ada beberapa peralatan berkebun yang terlihat dari dalam sana.
Langkah Chanyeol membawanya lebih jauh ke belakang. Tidak ada batasan dan peringatan bahwa bagian sana adalah properti orang lain, sehingga dia menganggap bahwa area hutan kecil itu masih bagian dari properti Wendy.
Pepohonan itu tinggi, kurus, dan jarang-jarang. Mirip dengan pepohonan yang dia lihat di sepanjang jalan menuju rumah Wendy. Ranting-ranting berserakan, dedaunan kering nyaris menyatu dengan tanah seperti hamparan permadani alami. Rumah putih Wendy terlihat seperti istana dongeng dari tempatnya berdiri sekarang. Tuan Putri pemiliknya memilih akhir yang bahagia tanpa Pangeran.
Hutan ini memberikan sensasi yang berbeda pada Chanyeol. Dia sudah sering menjelajah berbagai tempat, dan hutan seperti ini bukanlah sesuatu yang asing untuknya, hanya berbeda di vegetasi. Namun ini menekankan padanya bahwa dunia itu terlalu luas, punya banyak ruang untuk cerita-cerita baru dan jauh berbeda dari yang terjadi di belahan-belahan lain. Wendy memilih titik ini untuk memulihkan diri, dan seberapa lama ia bisa bertahan di sini adalah sebuah pesimisme untuk Chanyeol. Wendy mungkin akan bertahan selamanya. Dunia Wendy masih luas, ia masih punya banyak tempat untuk memulai dari awal.
Chanyeol bersandar di salah satu pohon, mengambil foto hutan tersebut dari berbagai sisi. Mungkin dia akan mengenang tempat ini sebagai ruang kesedihan, atau sebaliknya. Masa depan yang akan menentukan, masa depan akan membentuk memori dengan caranya sendiri.
Dia menatap rumah Wendy lagi. Matanya kosong tetapi masih punya harapan.
#
Wendy tidak kunjung pulang sampai sore. Chanyeol berinisiatif untuk membuka lemari dan kulkas, mencoba menganggap rumah ini adalah untuknya juga.
Dia menemukan fillet ayam, daging, sayur-sayuran, dan telur. Dengan bantuan resep dari internet, Chanyeol pelan-pelan membuat okonomiyaki. Dia teringat dulu saat mereka pergi ke Jepang, Wendy sangat menyukai okonomiyaki di kedai tepian kota Tokyo. Kedai kecil yang berada di bawah tanjakan jalan, terlihat tua tetapi tampaknya legenda. Banyak orang yang mampir, pemiliknya ramah dan barangkali sudah di generasi ketiga sejak perintisnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
none too good
FanfictionNorth Hatley menjadi rumah yang sangat nyaman untuk Wendy. Bolak-balik menyetir ke Montreal untuk menjalani hobinya adalah kesenangan setiap akhir minggu. Bersama Snow, samoyed yang ia adopsi beberapa bulan lalu, ia merasa baik-baik saja. Namun apak...