Wendy masih yakin bahwa dirinya terlalu banyak berpikir.
Chanyeol, di sisi lain, lebih spontan dan jika dia merasa sesuatu perlu dilakukan, dia langsung mengeksekusinya. Risiko bisa dipikirkan belakangan. Apa yang sekarang perlu dilakukan, maka akan dia lakukan sekarang juga.
Wendy berkeliling rumah untuk mencari mainan Snow. Ia sampai ke lantai atas, mencari di ruang musik, tapi yang ia temukan bukanlah mainan Snow.
Di gitar putihnya, terselip lipatan beberapa lembar kertas. Agak kusut, tetapi masih dapat dibaca dengan jelas. Tulisan tangan ini sangat familiar untuknya.
Susunan kalimat di sana bukan lirik lagu apapun yang ia kenal, begitu pula dengan kunci-kunci yang dituliskan di sana. Ia mencoba menyanyikannya dalam hati, dan meyakini bahwa ini adalah lagu yang baru. Wendy bersimpuh di depan gitarnya dan bergeming hingga sekian lama. Lagu itu ia ulangi terus-menerus di dalam kepalanya, dan itu membuatnya kehabisan kata-kata.
...
my star, my summer wind,
if we can't find the old love
let's love again
let's love again
let's love again
'til it's better than the firstlet's love again
....
#
Apartemen ini adalah milik kakaknya, baru ditinggalkan penyewanya bulan lalu. Wendy memutuskan untuk menginap di sini. Sebelumnya ia ingin tinggal bersama Seulgi dulu, tetapi Seulgi sedang berada di luar kota. Sahabatnya itu sempat kaget karena ia tiba-tiba saja datang, seandainya ia bilang duluan sebelumnya maka jelas ia akan mengatur ulang jadwalnya untuk menunggu Wendy dulu.
Ia sebenarnya bisa langsung datang ke apartemen yang sebelumnya ia dan Chanyeol tempati, tetapi ada sesuatu yang kurang. Ia pergi cukup lama sehingga rasanya ia tidak lagi sepenuhnya terhubung dengan rumah itu. Ia bukan Chanyeol yang bisa tiba-tiba muncul di depan pintu orang lain setelah serangkaian peristiwa mengejutkan.
Seulgi baru tiba di Seoul besok sore, dan sementara menunggu, ia merasa perlu menemui seseorang.
#
"Nggak kusangka kamu datang mendadak begini."
Wendy menyunggingkan senyum. "Hidupku banyak sekali berubah dalam hitungan hari belakangan, Kyungsoo-oppa."
Kyungsoo membalas senyumnya.
"Like, everything could change in a blink of an eye," Wendy duduk di hadapannya dengan punggung tegak. Restoran yang dikunjunginya sedang sepi, sebuah keuntungan baginya. "Apa yang terjadi antara aku dan Chanyeol benar-benar mengajarkanku bahwa segalanya bisa berubah seketika. Perjalanan dia ke Tokyo dengan perempuan itu, kencannya di Jepang sana, benar-benar menyadarkanku, mudah untuk berpaling. Kejadian-kejadian yang cepat itu ... somehow membuatku trauma."
"Dan semuanya berubah juga dengan cepat saat dia nekad pergi ke Kanada setelah pontang-panting mencari alamatmu," Kyungsoo menyebutkannya seolah-olah fakta itu adalah darinya.
Wendy tahu bahwa Kyungsoo lebih dari sekadar tahu. "Dia bilang, aku bisa percaya padamu soal apa yang dia lakukan selama enam bulan ini."
"Oh, well, apa aku harus mulai dari seribu origami bangau?" Kyungsoo tertawa kecil. "Atau dia yang menginap di studio karena nggak mau pulang ke rumah? Kerja sampai pukul empat pagi demi distraksi karena ditinggal istri?"
Wendy mengangkat kedua tangannya ke udara, "Hold on, hold on—maksudmu? Origami burung bangau? Menginap di studio?"
"Yeah. Kamu mau mulai dari mana?" Kyungsoo menangkupkan tangannya di atas meja sambil tersenyum penuh arti. "Ah, aku benar-benar menunggu hari ini."

KAMU SEDANG MEMBACA
none too good
FanfictionNorth Hatley menjadi rumah yang sangat nyaman untuk Wendy. Bolak-balik menyetir ke Montreal untuk menjalani hobinya adalah kesenangan setiap akhir minggu. Bersama Snow, samoyed yang ia adopsi beberapa bulan lalu, ia merasa baik-baik saja. Namun apak...