begin again

178 48 2
                                        

Snow tampak antusias, berputar-putar di ruangan dan sesekali mengendus Chanyeol, wajahnya cerah seperti biasanya saat dia ingin mengajak Wendy main. Wendy tidak tahu dari mana Snow bisa mengenali aroma Chanyeol dan bersikap ramah padanya; seolah-olah Chanyeol adalah penghuni tetap di rumah ini. Snow selalu punya reaksi tertentu pada orang-orang asing. Dia bisa membedakan aroma orang yang baik dan yang bermaksud tidak baik pada Wendy.

Chanyeol bahkan berkali-kali terdistraksi karena Snow mengelilingi sofa tempat dia duduk. Dia bahkan bilang, tunggu ya, nanti kita main. Sebentar, Manis, aku mau bicara dulu. Chanyeol mengulurkan tangannya pada Snow dan Snow mengendusnya, mengulurkan lidah ke arahnya sembari menggoyang-goyangkan ekornya.

"Sori," ucap Chanyeol pelan saat Snow bisa sedikit tenang karena Wendy memanggilnya untuk duduk di sampingnya. "Sori aku datang mendadak. Tadi pagi waktu aku kirim pesan, aku sudah siap-siap mau ke sini. Aku sudah menginap dua hari di Montreal ...."

Montreal, pikir Wendy. Mereka sudah satu kota sejak tadi sore, saat Wendy ke kafenya dan berbelanja. Bahkan mungkin mereka sempat berselisih jalan.

"Kukira kamu nggak bakal kembali," Wendy menegaskan di kata terakhir. Ia tidak bsia menyembunyikan kepahitannya. Enam bulan di belakang sana adalah serangkaian cerita yang mengajarkannya bahwa ada hal-hal yang bisa kembali, dan ada yang tidak. Sebagian hal yang disayangi mungkin tak akan pernah dimiliki lagi, dan menyendiri bukanlah pilihan terburuk.

"Dengar, aku minta maaf."

"Aku sudah memaafkanmu."

"Tapi kamu nggak menginginkan aku kembali." Chanyeol menegakkan punggungnya. Dia menggeleng seolah-olah telah memutuskan.

"Kalau begitu kenapa kamu keras kepala?"

"Karena aku masih mencintaimu."

Hening. Wendy menelan bulat-bulat kata-kata itu. Ia sudah mendengar ini enam bulan yang lalu, dan tetap tidak bisa menghentikan langkahnya untuk angkat kaki dari Seoul dan menyepi di North Hatley.

"Aku ingin memperbaikinya."

"Sudah berakhir, Park Chanyeol."

"Aku tidak menceraikanmu."

"Lakukan saja sekarang."

Chanyeol menggeleng. "Kamu bilang begitu tapi kamu pun tetap nggak mengajukannya ke pengadilan. Aku tahu aku masih punya kesempatan, Seungwan-ah."

Wendy masih ingat bahwa panggilan itu yang selalu membuatnya luluh di masa lalu. Tapi apakah Wendy yang sekarang adalah Wendy yang dulu? Seungwan-nya Chanyeol yang selalu memberinya kesempatan atas nama kasih sayang?

"Kenapa kamu kembali?" Wendy masih perlu pembenaran, hatinya masih menolak keberadaan Chanyeol di hadapannya. Setelah apa yang dia lakukan enam bulan lalu, Chanyeol yang tiba-tiba muncul di depan pintunya dan minta pengampunan adalah hal terakhir yang ia harapkan.

"Aku mau minta maaf."

"Sudah kubilang kamu kumaafkan."

Chanyeol yang sekarang diam. Dia menatap Wendy dalam-dalam, sudah tahu bagaimana tabiat Wendy kepada setiap orang yang punya salah padanya. Wendy bukan orang yang pendendam, dia mudah memaafkan, tetapi merebut hatinya kembali adalah hal yang berbeda.

"Tapi bukan berarti kamu harus muncul di depan pintuku."

Chanyeol paham bahwa itu isyarat dari Wendy bahwa dia tidak perlu lagi kembali.

"Kita bisa memulai lagi dari awal."

"Dan kamu akan mengulang kesalahan yang sama."

"Kamu bilang begitu seolah-olah aku nggak akan memperbaiki diri."

none too goodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang