.
i'm coming to town, fisika!
sesuai perjanjian dengan pak fredi, hari ini gue tes kemantapan mata pelajaran ipa. sampe rela nggak tidur cuma buat ngafalin rumus-rumus yang nggak pernah gue pelajari sebelumnya.
empat bulan menjelang ujian nasional, tapi gue bener-bener belum siap mental. tapi untungnya, catatan keramat racikan kakak gue (setidaknya) nampol.
sains, fisika, kimia, biologi, ipa, atau apapun itu, adalah satu-satunya mata pelajaran yang paling nggak bisa gue kuasain dari kecil. bercita-cita jadi dokter, tapi nggak ngerti sama sekali tentang anatomi makhluk hidup.
dasar, gue.
pulang sekolah hari ini, pak fredi minta gue untuk nunggu di ruangannya (re: ruang wakepsek). suasana sekarang lebih mencekam dari seminggu yang lalu, membuat bulu kuduk gue berjingkat seketika.
doi, peluk gue, dong.
abaikan kalimat di atas, kini ganti haluan pembicaraan menuju... dua sosok manusia di ambang pintu.
seorang di antaranya memakai kemeja biru donker dengan dasi putih--seragam guru arthajaya. sedangkan orang disampingnya, memakai seragam sekolah, sama seperti gue.
tapi yang beda adalah,
gender kita.
"kamu, silakan duduk di samping dia," pak fredi menunjuk kursi di samping gue, kutip: tempat dimana cowok itu duduk.
dia duduk. dia. duduk. di samping. gue.
musk cokelat langsung menyeruak ketika badan cowok itu ditubrukkan ke kursi. jaket hitamnya tersampir di bahu, menandakan bahwa dia adalah cowok populer. satu fakta yang harus kalian tau:
itu bukan ivan.
hapuskan bayangan tentang doi yang peka karena tadi gue 'panggil' lewat kekuatan batin, atau makhluk invisible yang bisa nongol dimana-mana. enggak. jawaban benarnya, itu tora.
"yaelah, ketemu sama lo lagi," tora terkekeh begitu sadar gue perhatiin, "jodoh kali, ya?"
demi dewa neptunus, gue nggak akan masukin dia dalam daftar kangen harian.
gue mendelik, "ha."
"nggak ketemu di aula, tapi ketemu di ruang wakepsek," tora menaikkan sebelah alisnya, membuat gue pengen guling-guling di pasir panas. "tempat ketemuan kita formal banget. buset."
sebagai kaum hawa yang urat malunya masih belum putus, gue memutuskan untuk diam.
"yee, cogan dikacangin."
chanyeol oppa, i need your helps!
"ra, ra," panggil tora, yang terpaksa gue balas dengan satu sentakan dagu. "lo suka ivan?"
.
puff.
penyok sudah kuping lo, ra.
.
gue menoleh sekilas, "kalo enggak, kenapa?"
tora tersenyum sombong, "kenapa harus boong?"
setengah berharap dia ini bukan dukun, gue terkekeh ringan, "tau dari mana gue boong?"
.
"tora have so many cenayang."
.
menit-menit setelahnya, semua hal yang gue lewati terasa berat dan nggak masuk akal.
::::
KAMU SEDANG MEMBACA
cotton candy
Short Storyw e a r e n o t g o o d w i t h f e e l i n g s • 2015, lintang [REWRITTEN]