.
atmosfer ruang guru saat ini benar-benar beda. sumpek dan hawanya panas. entah karena perasaan gue yang jengkel atau memang kesalahan di pendingin ruangannya.
dan sepertinya, opsi pertama lebih tepat.
"kamu punya cita-cita?" sambil membenarkan letak kacamata bulatnya, pak fredi mendelik, menatap gue seolah menyimpan dendam yang membengkak sejak peradaban dinosaurus.
mulut gue mengatup kalem, "punya, pak."
pria paruh baya itu terlihat berpikir sebentar, "apa cita-cita kamu?"
sama seperti yang dia lakukan tadi, gue ikut-ikut berpikir sebentar.
gue menjawab ragu, "mungkin... dokter?"
ah, gimik lo nggak bagus, ra!
pak fredi terkekeh berat, "kamu ingin jadi dokter, tapi nilai ipa kamu hancur semua."
dari dulu, 'kan.
gue mengangguk.
"kamu merasa gitu, nggak?"
nggak juga.
sekali lagi, gue mengangguk.
"saya beri kamu waktu satu minggu untuk belajar," guru fisika itu menuliskan sesuatu di secarik kertas, "minggu depan, saya akan tes kemampuan kamu. tidak ada remedial."
untuk yang ketiga kalinya dalam jangka waktu kurang dari dua menit, gue mengangguk memastikan.
::::
permen kapas. atau bahasa kerennya cotton candy, adalah cemilan keseharian gue.
yang sering gue denger, terlalu banyak mengonsumsi gula bisa terkena diabetes dan penyakit sejenisnya. tapi, diabetes dalam cerita ini punya arti yang beda.
"three point, van!" seru tora, kapten basket di sekolah gue. cowok jangkung itu merangkul seorang makhluk sempurna, ivan namamya.
mereka berdua tertawa bersama, membuat seorang cewek anti sosial merentangkan senyumannya. gue.
- dan tentang diabetes sesungguhnya adalah,
saat doi senyum.
.
sesaat, dunia ini rasanya berhenti berputar. ada perasaan aneh yang mengocok perut, berujung pada warna merah yang menghiasi pipi.
konteks barusan terlalu lebay, tapi gue akui, dua kejadian itu terangkum jadi satu ekspresi campur aduk. entah kayak gimana wajah gue saat ini, mengingat sebuah besi panas kembali memanaskan semuanya.
seorang cewek berambut ombre merah bata berjalan modis ke tengah lapangan. di tangannya sudah tertera sebotol air mineral dan handuk kecil yang membuat siapapun dapat menebak kejadian apa yang akan terjadi setelah ini.
"ivan!" panggil cewek itu sambil berlari kecil menuju tempat dimana dia berada.
ini klise. dimana seorang cewek centil berpacaran dengan kasanova sekolah yang digilai banyak siswi.
dan nyebelinnya, doi nerima dua barang itu lengkap dengan senyuman khasnya.
"oh, iya. thanks, ra."
kesalahan pertama: kenapa nama panggilan si manekin hidup itu mirip kayak gue?
::::
a/n
HAI!
akhirnya bisa benerin cc setelah sekian lama dilanda keambiguan luar biasa🎉
jumlah words yang tadinya 100, sekarang nambah jadi 400. tapi untuk alur cerita (termasuk ending), dirubah total. disini juga ditambahin beberapa tokoh baru. semoga gak bingung deh, hehehe
okelah, semoga hasil perombakan ini lebih baik daripada yang sebelumnya.
DAN JUGA, cerita ini lowercase. tidak ada huruf kapital, semuanya diketik dalam tulisan kecil
(+)
yang geli sama teenfic klise jangan baca. karena ini ftv banget wgwgteri-makasih!
salam momogi :-)warm regards,
raisa6690
KAMU SEDANG MEMBACA
cotton candy
Krótkie Opowiadaniaw e a r e n o t g o o d w i t h f e e l i n g s • 2015, lintang [REWRITTEN]