"Ugh... Dimana..."
Kiana bangun dalam keadaan bingung. Dia bisa merasakan dirinya terbaring di tempat yang empuk. Sementara itu, cahaya di atas dinding plafon sudah cukup untuk membuatnya lebih sadar.
Dia lalu mengangkat tangannya hanya untuk mengetahui bahwa luka bakar dari pertarungan sebelumnya telah hilang dan digantikan dengan kulit yang mulus. Dia juga mengelus wajahnya dan tidak merasa perih akibat terkena cipratan api dari pertarungan sebelumnya. Rambutnya sendiri yang hampir gosong juga kembali seperti semula seolah tidak ada yang terjadi.
Ruang perawatan, ya. Pikir Kiana saat kesadarannya semakin jelas.
Seperti yang diharapkan dari dunia sci-fi dan fantasi, sistem penyembuhannya lebih baik dibandingkan Bumi asalku.
Penyakit kangker serta TBC sudah bisa disembuhkan dengan teknologi sekarang. Meski Bumi sempat dilanda bencana dengan serangan mahluk-mahluk dari luar yang menyebabkan musibah pada zamannya, namun berkat itu juga umat manusia bisa berkembang lebih jauh dengan meneliti hal-hal baru seperti sihir, dan keberadaan monster yang bisa menjadi bahan obat ataupun senjata, serta tumbuhnya tumbuhan baru yang memiliki manfaat untuk peningkatan kekuatan manusia itu sendiri.
"P-Pertandingan bagus."
Pikiran Kiana harus ditarik dari tempatnya ketika mendengar suara seseorang.
Dia melihat sekeliling saat menggerakkan kepalanya untuk mencari sumber suara dan melihat seorang laki-laki berkacamata sedang duduk dengan punggung membungkuk di ranjang sampingnya. Wajahnya tampak canggung saat menunjukkan senyum terbaik yang dia bisa. Penampilannya seperti orang rapuh yang bila ditiup sedikit saja sudah membuatnya berubah seperti debu. Begitulah sosok yang dipancarkannya, Tapi Kiana tidak akan tertipu semudah itu.
Jelas Kiana tahu siapa ini, dia adalah orang yang menabraknya saat mencoba keluar dari kerumunan.
Berada di sini menandakan dia sudah menyelesaikan pertandingannya.
"Ohh, terima kasih. Bagaimana denganmu?"
Tanya Kiana saat menegakkan punggungnya yang terbaring.
Laki-laki berkacamata itu hanya menghela napas lelah saat menjawab, "Aku kalah."
Kiana hanya bisa tersenyum masam padanya. Sejujurnya, dia sedang menahan tawa karena akting orang ini lebih bagus dari yang dia harapkan.
"Begitu. Yahh, tidak perlu bersedih karena itu hanya latihan."
Kiana lalu mengulurkan lengannya dan membersihkan rambutnya karena terlihat kusam dan kotor. Ranjang mereka tidak terlalu jauh, maka dari itu tangannya bisa menjangkau kepalanya dengan mudah.
Laki-laki berkacamata itu terkejut dengan prilakunya dan hampir menjauh, namun mengingat ranjang di ruang perawatan tidak terlalu luas membuatnya hanya bisa tertegun.
Dia hanya bisa terdiam sampai Kiana berhenti melakukannya.
"Ah, maaf bila aku belum memperkenalkan diri. Namaku Kiana, dan kau?"
Kiana tampak acuh tak acuh pada apa yang baru saja dia lakukan seolah semua tampak alami ketika bertanya.
"U-Uhm namaku Glein. Maaf untuk yang tadi pagi karena telah menabrakmu, aku tidak sengaja melakukannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck In Novel As A Girl
FantasyKiana, menemukan dirinya berubah menjadi seorang gadis dan berada pada sebuah dunia novel yang pernah dia baca setelah mengalami kecelakaan. Kehidupannya yang dulunya santai kini harus berubah saat melihat bahwa ceritanya tidak berjalan sesuai alur...