Beberapa waktu sebelumnya di saat duel mereka belum dimulai.
"Baiklah Glein, karena kita akan bekerja sama sebagai satu tim, bisakah kau menyebutkan kemampuanmu secara umum?"
Kiana bertanya pada Glein karena dia saat ini adalah partnernya dalam duel melawan kadet lain. Atau itu hanya alasan baginya untuk memulai percakapan karena dia sudah mengetahui status kekuatannya saat ini.
Glein menatapnya dengan ekspresi yang agak kusut dan terlihat tidak terlalu terbiasa bicara banyak saat menjelaskan dengan suara yang terbata-bata.
"Y-Yahh, aku seorang penyerang jarak jauh, dan senjata yang aku gunakan adalah busur. M-Meski begitu aku juga cukup lincah jika harus terdesak dalam pertarungan jarak menengah."
"Hmm, jadi kau pemain lini belakang dan orang yang gesit ya. Itu sebenarnya cukup bermasalah."
Ujar Kiana saat dahinya mengkerut sementara tangannya menggosok dagunya. Itu jelas hanya sebuah akting. Jika seandainya dia masuk ke dalam kelas film dan opera, dia akan diberi nilai bagus oleh tutornya.
"K-Kenapa itu bermasalah? Bukankah itu akan cukup menguntungkan kita karena mereka bertarung dengan pedang?"
Glein bertanya-tanya.
"Nah, kau harusnya tahu hanya dengan sekilas. Alex, meski dia pengguna pedang tapi kekuatan serang areanya juga luas. Sementara itu, Zen juga, ilmu pedangnya kokoh, selain itu dia juga memiliki atribut yang sama denganku. Dia juga menghafal mantra sihir yang aku keluarkan selama pertandingan sebelumnya. Jadi dia mungkin akan segera berteleportasi ke belakangmu jika ada kesempatan untuk menyerangmu."
Jelasnya saat menatap ekspresi Glein.
Glein sendiri terkejut karena selama pertandingan sebelumnya Zen hanya menggunakan ilmu pedang, dan bahkan dengan itu saja penyihir yang dia lawan tidak dapat memberinya serangan yang berarti saat keuntungan jarak masih ada padanya. Memikirkan orang itu akan menggunakan kekuatan yang mampu membuatnya berteleportasi ke hadapannya dengan cepat sudah cukup menakutkan.
"T-Tapi dari mana kau mendapatkan informasi itu?"
Tentu saja dia tahu karena dia membaca novelnya. Apalagi semua informasi mengenai ukiran mantra dan lain-lain masih ada di kepalanya. Tapi dia tidak mungkin akan mengatakan itu.
"Nah, aku seorang informan yang cakap~"
"..."
Kiana mengedipkan matanya dengan cara yang centil sehingga dia terdiam terhadap prilakunya. Tapi, itu masih sedikit mengejutkan mendengar dia mengaku sebagai informan.
"Karena itu, tingkat kemenangan kita sangat tipis. Jadi, bisa kau menyerahkan tanganmu padaku?"
Tanya dia saat mengulurkan lengannya.
"U-Uhh, tentu. Aku akan berusaha sebaik mungkin."
"Aku tidak mengatakannya secara harfiah, aku benar-benar memintanya. Serahkan tanganmu."
"O-Ohh."
Glein dengan polos segera menuruti apa yang dikatakannya dengan membiarkan Kiana memegang telapak tangannya.
"Tahan sedikit."
"Ap- aakh!"
Tapi bahkan sebelum dia bisa bertanya untuk apa, Kiana tiba-tiba menggigit telapak tangannya. Gigitannya cukup kuat hingga itu menembus kulitnya dan mengeluarkan darah.
"Maaf... Tapi tampaknya itu lebih sakit dari yang diharapkan."
Kiana tampak tidak memperdulikan pikiran batin Glein saat menjilati darah yang mengalir keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck In Novel As A Girl
FantasyKiana, menemukan dirinya berubah menjadi seorang gadis dan berada pada sebuah dunia novel yang pernah dia baca setelah mengalami kecelakaan. Kehidupannya yang dulunya santai kini harus berubah saat melihat bahwa ceritanya tidak berjalan sesuai alur...