Seseorang sedang termenung di balkon kamarnya, matanya menyorotkan kerinduan yang mendalam.
"Kia lo sebenarnya dimana
si," Ujarnya sembari memegang sebuah kalung dengan liontin huruf R."Gue kangen banget sama lo, lo tau gak disekolah gue ada anak baru yang mirip banget sama lo," Lirihnya.
"Lo masih hidup kan, lo janji bakal balik lagi tapi kapan Ki, gue kangen banget sama lo, balik Ki pliss," Matanya berkaca kaca, ia merindukan teman kecilnya, namun takdir belum mau mempertemukan mereka.
"Raka, jangan sedih ya."
"Kia pasti balik lagi kok."
"Raka jangan lupain Kia ya."
"Raka ayo kejar kia."
"Raka, Kia cantik kan."
"Raka jangan marah dong."
"Maafin Kia ya."
Kalimat kalimat itu terus berputar seperti kaset rusak, ia benar-benar merindukan teman kecilnya, ia sangat menyayangi teman kecilnya.
Awalnya ia membenci gadis itu, karena menurutnya Kia adalah gadis kecil yang cerewet dan manja, namun seiring berjalannya waktu ia mulai menyayangi gadis itu.
"Ki gue sayang lo, lo bilang bakal balik lagi tapi kapan," teriaknya dengan mata memanas hingga akhirnya air mata yang sendari tadi ia tahan meluncur begitu saja.
Sedangkan ditempat lain namun dengan waktu yang sama, seorang gadis tengah memandangi sebuah foto yang didalamnya terdapat seorang gadis kecil tengah tersenyum cerah dengan anak lelaki yang menggendong gadis itu.
"Raka kamu dimana si," ujarnya.
"Kia punya pacar, dia mirip banget sama Raka."
"Kia kangen banget sama Raka"
Gadis itu menangis sambil memeluk erat foto yang ia pegang, ia merindukan teman kecilnya, ia menyesal telah meninggalkan teman kecilnya.
"Kia janji bakal nemuin Raka secepatnya, tapi Kia gak tau Raka dimana" isaknya
***
Seorang lelaki dengan tubuh yang tinggi dan badan besar itu berdiri dibalik pohon besar, matanya menatap tajam seorang wanita didepan sana dengan senyum yang terlihat menyeramkan.
Lelaki itu berjalan dengan perlahan dan mulai mendekati wanita yang akan menjadi mangsanya, jalanan begitu sepi karena hari sudah larut. Saat jaraknya dengan wanita tadi sudah dekat tanpa berperasaan lelaki itu menusukkan pisau kecilnya pada punggung wanita yang sudah menjadi incarannya sejak beberapa jam yang lalu.
"Arghh," erang wanita itu, punggungnya terasa sakit, saat ia berbalik betapa terkejutnya ia mendapati seorang lelaki berbadan besar dengan memakai pakaian serba hitam tengah menatapnya tajam.
"A-apa yang k-kau lakukan" ujarnya dengan tersengal sengal.
"Gue gabut, dan kebetulan gue ketemu lo disini. jadi mari kita bersenang-senang," Jawab lelaki itu dengan seringainya.
Tanpa banyak bicara lelaki itu kembali menusukkan pisaunya pada dada wanita itu, darah segar mengalir dengan deras dan ia menyukai ini.
"T-tolong ja-jangan bunuh saya" ucapnya dengan lemah.
Tubuhnya terasa remuk, banyak sayatan di kaki dan tangannya, juga bekas tusukan tadi pada punggung dan dadanya.
"Gue suka gambar, gimana kalo kita gambar pohon diperut lo?" Ujar lelaki itu dengan dingin dan jangan lupakan senyumannya yang terlihat menyeramkan.
"Jangan" lirih wanita itu.
Tanpa menghiraukan ucapan mangsanya, kini lelaki itu mulai menggoreskan pisaunya pada perut sang korban, bau anyir menyeruak dan ia sangat menyukai ini, menurutnya bau darah adalah bau favoritnya.
"Pohonnya bagus, kalo ada pohon berarti harus ada bunga jadi gimana kalo kita gambar bunganya di pipi lo aja" ujarnya dengan senyum yang terus mengembang.
Wanita itu hanya pasrah sambil terus menangis, ia ingin melarikan diri namun tubuhnya sudah tidak kuat.
Lelaki itu kembali menggoreskan pisaunya, seperti perkataannya tadi ia akan menggambar bunga pada pipi korbannya menggunakan pisau.
"Say goodbye to word" ujarnya dengan senyum manis namun terlihat menyeramkan dimata korbannya.
Setelah puas dengan menggoreskan pisaunya pada tubuh korban, kini ia beralih pada sebuah balok kayu yang tergeletak di sampingnya dan menghantamkan balok itu ke kepala korban dengan kuat.
Crakkk
Darah segar kembali mengalir kemana mana, bajunya yang semula wangi kini berganti menjadi bau anyir dan wanita itu menghembuskan nafas terakhirnya.
Lelaki itu tersenyum senang saat melihat hasil karyanya, goresan panjang pada kaki dan tangan, juga gambar pohon pada perut dan gambar bunga pada pipi sang korban, jangan lupakan tusukan yang berada pada punggung dan dada, serta kepala yang sudah hancur tak berbentuk, percikan darah dimana-mana dengan bau anyir yang menyeruak, ahh ia sangat menyukai ini.
"Maaf sayang, aku melakukannya lagi" lirihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Handsome but psycho [HIATUS SEMENTARA]
Teen FictionAzkayla Kiara Alexander seorang gadis berdarah Indonesia-Amerika yang tengah mencari teman kecilnya namun siapa sangka teman kecil yang dulu ia Kenal sebagai lelaki yang baik, penuh perhatian, hangat, dan lembut kini berubah menjadi seorang psychopa...