1. Sang Ketos

32 12 13
                                    

Pria tampan bertubuh jangkung itu membawa banyak paper bag di tangannya sambil mengikuti langkahku. Sesekali aku meliriknya dan tersenyum puas.

Aku menghentikan langkahku dan menatap sepasang sepatu merah di etalase. Sepatu itu sangat anggun dan elegan dengan heels tingginya yang runcing dan sangat cantik.

Tiba-tiba pria itu menabrakku dan beberapa barang pun berceceran jatuh ke lantai mall.

"Apa kau sudah buta!" bentakku dengan tak sabar. "kau tak melihat aku berhenti? Kenapa harus menabrakku."

"Maaf nona," kata pria itu sambil memungut beberapa barang yang tercecer cepat-cepat.

"Kau sudah membuatku kesal," kataku lalu beranjak meninggalkannya yang masih sibuk dengan barang bawaannya. Aku masuk ke dalam toko, mencari ukuran sepatu yang sesuai sebelum sang pramuniaga membungkusnya untuk kubawa pulang.

Aku mengingat kembali kejadian 5 tahun lalu. Kejadian yang merupakan titik awal mimpi buruk yang tak pernah bisa aku lupakan. Mimpi buruk yang selalu hadir sebagai teror dalam tidur malamku. Namun sebaliknya juga telah membangkitkan semangatku untuk berubah sebagai sebuah pribadi baru.

"Kak Gerald!"

Teriakku sambil berlari menghampiri sang ketos pujaanku yang sedang berjalan menyusuri koridor sekolah.

Sang ketos berjalan dengan angkuhnya tanpa menoleh sedikitpun. Benar-benar menyebalkan. Entah kenapa aku saat itu benar-benar memujanya, jatuh cinta padanya. Sepertinya hanya dia pria paling sempurna lagi menawan di muka bumi ini.

Dengan terengah-engah aku mencoba mendahuluinya dan menghentikan langkahnya dari depan. Dia menatapku dengan pandangan angkuhnya. Namun begitu, tak urung jantungku berdebar kencang begitu menatap wajahnya yang menawan.

Gerald Apriliano, pria muda dengan tubuh jangkung, atletis dan tampan. Dengan kulitnya yang putih terawat dan hidungnya yang runcing, alis mata dan bibirnya yang tebal nan gagah. Dia adalah seorang ketua OSIS di sekolah kami. Tak sedikit gadis di SMU kami yang berusaha memenangkan hatinya. Termasuk aku, Luna Kichida. Gadis biasa dengan berat badan yang luar biasa. Huff... Aku akui. Hal ini membuatku tak percaya diri.

"Ada yang bisa aku bantu?" suara bariton itu memenuhi gendang telingaku. Terasa sangat merdu diucapkan olehnya.

Aku mengatur napasku. Semua gara-gara tubuhku yang overweight, pernapasanku jadi tersengal saat aku berlari, walau itu bahkan hanya sebentar saja.

"Kakak, terimalah coklat ini," kataku setelah berhasil mengatur napasku, sambil menyodorkan sekotak coklat berbentuk hati pada pria muda itu. Aku menyodorkan sekotak coklat itu dengan kedua tanganku, dengan mata tertutup. Aku benar-benar takut akan penolakan.

"Terima kasih," jawabnya mengambil sekotak coklat itu dari tanganku. "kau tak perlu bersusah payah untuk melakukan ini."

"Kakak, aku hanya ingin menyatakan bahwa aku... . Aku suka kak Gerald," kataku sambil lagi - lagi menunduk dan memejamkan mataku. Aku tak berani dan bahkan merasa malu untuk mengungkapkan perasaanku. Tapi entah kenapa, hatiku mengharuskan aku melakukannya.

"Terima kasih, tapi aku tak menginginkan perasaan sukamu," jawabnya dengan nada datar yang dingin. Pria muda itu berlalu sambil melemparkan kotak coklat berbentuk hati itu ke dalam kotak sampah yang dilaluinya.

Hatiku benar-benar hancur. Dia menolakku mentah - mentah! Bahkan sekotak coklat pemberianku langsung mendarat dan berakhir di tong sampah.

Beberapa gadis tiba-tiba mendatangiku, menarik dan mendorongku dengan kasar ke lorong sekolah yang sepi. Aku bingung dan takut. Apa kesalahanku? Mengapa mereka begitu marah padaku?

I Hate To Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang