5. Arti Sebuah Janji

23 13 12
                                    

Aku tertawa, "Aku rasa kau pria yang baik, Harys."

    "Dan kau adalah wanita baik. Jadi kita adalah jodoh yang sempurna," jawabnya.

    "Baiklah, baiklah. Kita akan menemukan jawaban kecocokan kita on our next date," sahutku. "dan untuk pertemuan berikutnya, aku menginginkan tempat spesial. Tanpa paparazi tentunya."

    "Kenapa Luna? Bahkan paparazi akan menambah rating popularitasmu, bukan?" tanya Harys.

    "Percayalah. Pertemuan ini tak akan berhasil dengan adanya paparazi di sekitar kita," sahutku.

    "Baiklah. Aku mengerti," jawabnya.

    Aku menutup panggilan telepon.
    "Dia pria yang cukup tampan, baik dan matang, bukan?"

    Gerald mengangkat wajahnya dan menatapku. "Kau meminta pendapatku?"

    "Iya, aku rasa tak ada orang lain di sini selain kau," balasku sambil mulai menyendok lasagna-ku.

    "Kemarilah, temani aku makan." Aku mendorong seporsi spaghetti yang belum terbuka.

    Aku mengambil sebotol anggur dan dua buah gelas lalu menuangkannya.

    "Nona, maaf. Aku tidak minum," kata pria di hadapanku itu.

    "Aku tak akan menyuruhmu mengemudi kemanapun," sahutku. "minumlah. Temani aku."

    Pria itu mengabaikan perkataanku. Ia bahkan tak menyentuh gelas anggurnya. "Ah sudahlah. Aku tak akan memaksanya," kataku dalam hati.

    "Sebagai seorang laki - laki, bagaimana kau menilai sosok Harys?" tanyaku.

    "Aku tak akan mempengaruhimu. Lakukan saja menurut kata hatimu."

Aku tertawa sambil menggelengkan kepala, "Kau benar - benar lucu, Ger. Mana mungkin aku terpengaruh."

Aku menyesap anggurku cepat - cepat dan kembali berkutat dengan naskahku di taman samping rumah, mempelajari, menghafalkan dialog dan berusaha mencari emosi yang harus disampaikan.

Hari mulai gelap ketika Gerald menghampiriku. "Nona, jika tidak ada lagi yang bisa aku lakukan, aku akan --"

"Kemarilah. Aku butuh bantuanmu untuk mempelajari naskah ini."

Gerald menghampiriku, menyelimuti punggungku dengan sebuah selendang rajut.
"Sudah mulai dingin, sebaiknya nona masuk ke dalam rumah," katanya menasihatiku.

Aku masuk ke dalam rumah. Suatu perbedaan suhu yang drastis membuatku bersin.
"Hatchii!"
"Hatchii!"

"Kau tidak apa - apa nona?" tanya Gerald.

"Entahlah, aku merasa kedinginan sekarang," jawabku. "bawakan aku segelas anggur, supaya badanku lebih hangat."

Gerald mendekatiku, pria itu menyentuh keningku. "Kau demam. Sebaiknya kau minum obat dan beristirahat."

"Tidak. Aku masih harus mempelajari naskah ini," sahutku. "jika kau ingin aku cepat istirahat, bantu aku agar segera memahami naskah ini."

"Tapi nona --"

Aku menepuk kursi di sampingku sambil menyodorkan naskah yang baru setengah selesai aku pelajari.

Gerald menerima naskah yang aku sodorkan padanya.

"Baiklah. Tolong kau baca bagian selain dialogku," pintaku.

"Tapi Jeanie, aku tak mencintaimu." Gerald mulai membaca naskahnya.

I Hate To Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang