- MATURE CONTENT , PLEASE BE WISE -
•
•
•Malam ini cuaca terasa hangat, suara hewan malam terdengar merdu dan bersahutan, seolah bernyanyi memecah kesunyian malam.
Di sebuah ruangan yang tidak begitu besar namun terlihat asri dengan beberapa tanaman hijau di sana, tampak dua presensi saling duduk berhadapan dengan secangkir minuman di hadapan masing-masing. Dua presensi wanita cantik yang terlihat anggun dan berwibawa. Dua sosok Dewi di Minas, yakni Dewi Nemesis sang dewi Pembalasan dan Dewi Selene, sang dewi Bulan.
Tak ada bait kalimat apapun yang menguar dari belah bibir kedua dewi itu kendati keduanya telah bertemu dari sekitar Sepuluh menit yang lalu. Atau lebih tepatnya, Nemesis yang datang menemui Selene.
Sebuah helaan napas menguar dari belah bibir Selene. Sorot mata dewi itu terangkat, menatap dewi Nemesis yang bahkan tak mengendurkan tatapannya kepada sang dewi Bulan itu.
"Jadi, apa tujuanmu datang kemari wahai Nemesis? Apa tujuan mu tetap sama?" Suara Selene menguar, memecah keheningan.
"Waktu yang di miliki keturunan ku semakin menipis. Sampai kapan kau akan menahan ingatan keturunan mu itu, Selene?"
Dewi Selene terdiam.
"Jawab, Selene." Tegas Nemesis.
"Tenanglah, Nemesis..." Salah satu tangan Selene terulur, meraih cangkir di hadapannya dan menyesap isinya perlahan.
"Jika keturunan ku telah mengingat segalanya, apakah kau bisa menjamin jika mereka bertiga akan baik-baik saja?"
Nemesis menghela napas kasar. "Tentang itu, percayakan saja pada mereka apapun itu. Aku yakin mereka bisa melaluinya dengan baik." Tandas Nemesis.
Suasana kembali menghening. Tak ada perbincangan apapun yang terjadi untuk beberapa saat. Hingga akhirnya Selene kembali menghela napas panjang seraya meletakkan cangkir di tangannya ke tempat semula.
"Aku bisa saja mengembalikan ingatan keturunan ku itu. Akan tetapi, kau pasti tahu kan jika keturunan ku telah memilih, maka salah satu dari keturunan mu itu akan menghilang. Apa kau siap Nemesis?"
•••
Sementara itu di depan televisi yang tengah menyala, Lisa mendudukkan diri dengan tenang. Di genggaman gadis itu terdapat sebuah keripik kentang yang menemani aktivitasnya kali ini. Dan di sebelahnya, terdapat sosok Jungkook hitam yang juga mendudukkan diri namun dalam diam.
Tak ada percakapan apapun yang menguar dari belah bibir keduanya. Lisa tetap fokus pada layar televisi dan Jungkook dengan wajah datarnya.
Sebenarnya bukan Lisa tidak peduli pada Jungkook, namun gadis itu lebih memilih untuk berdiam diri demi damainya malam ini. Karena jika mengingat apa yang terjadi beberapa saat lalu, Lisa tentu paham jika saat ini suasana hati Jungkook tidak berada dalam kondisi yang baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
60 DAYS || Lizkook [END] ✓
Fanfic[M] Lalisa Afreeda tidak hidup dalam dunia fantasi, gadis itu tinggal di Seoul dan bukan di Neverland atau negeri dimana peterpan berada. Bahkan ia hidup di dunia modern dengan segala tekhnologi canggih yang mengisi hari-hari gadis itu. Setidaknya s...