[TELAH TERBIT OLEH HAEBARA PUBLISHER]
Sebuah kisah mistis menyebar di seluruh penjuru desa Yokihora. Kabarnya ada Hantu Bertopeng yang mendiami wilayah hutan di sebelah selatan desa. Namun tanpa warga ketahui, yang mereka sebut Hantu Bertopeng itu...
Darah segar mengalir dari seekor kambing yang baru saja dibunuh. Robin menusukkan pedangnya yang penuh darah ke tanah. Ia berjongkok mengecek keadaan kambing tersebut. Setelah memastikannya mati, pria itu membawanya pulang ke rumah. Tak lupa ia juga membawa beberapa ayam yang telah ditangkapnya.
Robin membersihkan pedangnya dan menyimpannya kembali. Kemudian ia menguliti dan mencuci bersih hewan buruannya hari ini. Ah, kini tidak ada lagi topeng yang dikenakannya. Wajah pria itu tampak bersinar di bawah sinar matahari yang menyinari. Ia tidak takut lagi kepada orang lain karena seorang gadis yang telah membuka pandangannya.
Setelah daging mentah itu dibersihkan, Robin menyimpannya dalam sebuah kotak. Daging itu telah cukup untuk orang banyak. Pria itu berinisiatif untuk memberikan daging segar kepada para warga. Setelah mendengar apa yang terjadi di desa Yokihora, tentu membuat pria itu ingin menolong. Sebab ia pula yang membuat para warga tak berani menginjakkan kaki kembali ke hutan, jadi ia yang harus membawakannya.
Robin kembali melangkah ke luar rumah. Ia mendongakkan kepalanya menatap matahari yang bersinar di atas kepala. Pria itu mengangkat baskom besar dan berjalan menuju selatan hutan.
Buah-buahan segara telah tampak dalam pandangan pria itu. Segera saja ia memetiknya dan memasukkan ke dalam baskom yang dibawa. Pria itu mengamati buah yang tampak segar dalam genggamannya. Baru kali ini ia dapat memandang alam dengan bebas tanpa ada topeng yang menjadi penghalangnya. Robin bahkan lebih sering tersenyum dengan hal kecil sekalipun. Ia seperti menemukan dunianya yang hilang. Ia memiliki alasan untuk tersenyum setiap saat.
Setelah baskomnya terisi penuh, pria itu bergegas kembali. Sebentar lagi malam akan tiba. Ia ingin pergi ke desa Yokihora lebih dulu sebelum gadis itu mengunjunginya.
Kotak-kotak telah tertata rapi di samping pria itu. Ia telah berada di depan rumah Eren. Sebuah kotak terakhir diletakkannya bersusun di atas kotak lain. Ia membawa begitu banyak barang bawaannya menggunakan kereta dorong yang dimilikinya.
Tepat saat matahari terbenam, pintu rumah gadis itu terbuka. Eren yang baru saja melangkah keluar terkejut dengan kehadiran pria itu. Terlebih lagi, pria itu kini tak mengenakan topeng yang selalu dipakainya.
"Robin, apa yang kau lakukan di sini? Huh? Semua kotak ini kau yang membawanya?" tanya Eren.
"Iya, siang tadi aku berburu hewan di hutan. Kemudian membersihkannya dan membaginya ke dalam beberapa kotak. Aku juga pergi ke kebun buah untuk memetik buah segar," jawab pria itu.
"Lalu untuk apa kau membawa semua ini kemari? Aku baru saja ingin menemuimu di hutan," ucap gadis itu kembali.
"Aku ingin meminta bantuanmu untuk membagikannya kepada para warga. Aku merasa sedikit bersalah mereka ketakutan karenaku. Aku juga ingin memberikan makanan yang sehat untuk mereka, agar tak ada lagi yang keracunan makanan," jawabnya.
Eren menyunggingkan senyumannya. "Kau benar-benar seorang pria yang baik. Bahkan kini kau telah melepaskan topengmu," ucapnya seraya mengambil beberapa kotak.
"Ayo, aku akan membantumu membagikannya," ucapnya kembali.
Satu demi satu pintu rumah warga diketuk. Setiap warga yang membuka pintu pun terkejut dengan kehadiran Robin. Mereka belum pernah melihat seorang pemuda yang begitu tampan.
"Ibu, ini ada daging juga buah segar untuk dikonsumsi. Jangan mengonsumsi makanan basi kembali," ucap Eren sembari memberikan sekotak penuh daging segar juga buah-buahan.
"Terima kasih, Nona Eren. Siapa pemuda tampan ini? Saya belum pernah melihatnya di desa ini," tanya seorang Ibu tadi.
"Ah, saya Robin. Saya tinggal di tengah hutan," ucap pria itu memperkenalkan diri. Eren tak bosan menyunggingkan senyumnya. Ia merasa melihat sisi lain dari pria itu. Pria yang awalnya terasa sangat tertutup kini perlahan mulai membuka dirinya.
Begitu seterusnya pada pintu rumah yang diketuk selanjutnya. Setelah mendapatkan sekotak persediaan makanan, para warga bukan kembali masuk ke dalam rumah tetapi justru terus mengikuti Eren dan Robin mendatangi rumah selanjutnya. Tampaknya mereka begitu penasaran dengan pria itu. Robin pun tak merasa terganggu dengan para warga yang terus menatapnya ramah dan penasaran. Ia dengan senang hati menjawab pertanyaan dari warga tentang dirinya.
Ki Septo baru selesai mengobati salah seorang warga. Ia memandang ke arah balai desa yang penuh dengan para warga. Ia dapat melihat putrinya yang duduk tersenyum di sana. Ia merasa sudah lama tidak melihat senyum lebar dari putri semata wayangnya itu.
"Sudah lama aku tidak melihat para warga berkumpul seperti ini," ucap Ki Septo bergabung bersama warga desa lainnya.
"Ayah," ucap Eren seraya melambaikan tangannya.
"Selamat malam, Ki Septo. Apakah Ki Septo baru selesai mengobati warga yang sakit?" tanya salah seorang warga.
"Iya, itu benar. Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya tabib desa itu penasaran.
"Nona Eren dan pemuda bernama Robin ini memberikan kami daging segar juga buah-buahan. Kami sangat berterima kasih kepada dua pemuda ini," jawab seorang Ibu muda.
"Kami berkumpul karena ingin mendengar kisah tentang pemuda tampan ini," timpal warga lainnya.
Malam itu terasa sangat menyenangkan bagi Eren juga Robin. Gadis itu bahagia melihat ia dapat berkumpul dengan para warga desa seperti dulu kala, berbincang-bincang ria juga tertawa bersama. Sementara Robin, ia dapat merasakan sisi dirinya yang lain. Ia dapat terbuka kepada orang lain dan tidak bersembunyi lagi. Rasa hangat pun menyelimuti hati kedua pemuda itu.
- To be continue -
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.