Vera hanya seorang remaja yang kesepian. Dia tinggal bersama orangtua angkatnya yang selalu berharap besar padanya. Harapan yang membebani jiwa dan raganya harus selalu di pikulnya setiap hari, setiap jam, setiap menit, setiap detik.
Awalnya hidupnya baik-baik saja, diapun sebenarnya sejak kecil adalah gadis ceria yang menebar senyum dimana-mana. Tetapi semenjak dia masuk SMA, orangtua angkatnya mulai memperlakukan dia dengan keras. Setiap hari harus belajar dan menjadi nomor satu di sekolahnya.
Saat ini, Vera tengah merenungi nasibnya seorang diri dikamar. Matanya fokus pada hal yang ada di luar jendela. Selalu membatin, Kenapa aku harus memenangkan olimpiade sekolah di hari itu?
Saat kelas tiga SMP, Vera pernah dipanggil untuk mengikuti olimpiade pelajaran Sejarah tingkat Provinsi. Siapa sangka dia memenangkan tempat kedua dan diberi Piagam.
Hal itu tentu saja membuat sekolahnya bangga dan membuatnya ikut gembira juga. Namun kegembiraannya hanya sementara. Orangtua nya mulai memberikan tekanan untuk belajar lebih giat lagi demi mendapatkan setiap tempat pertama dalam hal apapun.
Begitulah, semenjak masuk SMA dia kehilangan kebebasan dan senyuman yang selalu menghiasi wajah cantiknya telah memudar.
Suatu hari dia berangkat ke sekolah seperti biasa. Kali ini dia nampak sangat suram, membuat setiap orang yang dipandang nya berpikir bahwa ia tidak ingin diganggu oleh siapapun dan mereka segera menjauh darinya.
Dia duduk di bangku depan, tempat bagi murid teladan yang istimewa. Karena beban ini, dia hanya terus belajar semenjak awal masuk SMA dan tidak memiliki teman satupun.
Hari ini jam pertama adalah olahraga, Vera sangat benci olahraga. Kalau di pelajaran lain, nilai biasanya selalu didapatkan lewat buku. Tapi, oh, olahraga selalu menilai dari segi praktek dan Vera benci hal itu. Dia hanya seorang gadis yang memiliki tubuh kecil dan lemah, tidak dapat berbuat banyak dalam hal olahraga. Hanya ini kelemahan nya.
Guru olahraga masuk dengan penuh semangat. Dia seorang lelaki gagah yang membawa sekeranjang bola, mulai dari bola Voli, bola Sepak, bola Basket, dan lain-lain.
Tapi ada hal lain yang dia bawa masuk, itu adalah seorang murid baru!
Remaja lelaki ini terlihat sangat cerah. Langkahnya sangat ringan dan membawa suasana segar, bahkan sepertinya awan mendung pun tak ingin menutupi sinar diwajahnya.
Guru olahraga memperkenalkannya "Anak-anak, ini teman baru kalian. Berteman baiklah dengannya."
"Hai semuanya, aku Arya!" serunya.
Begitu memberitahu namanya, berbagai macam pertanyaan muncul satu persatu dari berbagai mulut:
"Hei Arya, dimana rumahmu?"
"Apa kau suka dengan sekolah ini?"
"Arya! Apa yang membuatmu bersekolah disini?"
"Arya, apa kau sudah punya pacar?"
....
Semua orang bersemangat menyambutnya dan memperlakukannya dengan baik kecuali Vera. Vera masih kesal karena pelajaran olahraga ini.
Arya merasakan aura suram yang dikeluarkan oleh Vera, itu terlalu jelas apalagi Vera duduk di bangku paling depan.
Oh ada yang sedang suram. Selagi aku disini, teman sekelas ku akan kuhibur semua. Lihat saja nona cantik, aku akan segera melihat wajahmu tersenyum lebar.
Setelah berganti seragam, mereka berhamburan di lapangan. Mereka bebas untuk memainkan apa saja, dan bagi mereka ini adalah waktu untuk bermain sepuasnya. Jam pelajaran favorit semua orang.
Vera yang terbiasa menggunakan otak daripada ototnya, berjalan lesu untuk melihat-lihat apakah ada permainan bola yang sesuai untuknya.
Tidak ada angin, tidak ada badai, tiba-tiba sebuah kok melayang mengenai wajahnya. Lalu terdengar suara teriakan dari lapangan Badminton "HEY NONA LESU! DARIPADA KAU BENGONG TAK ADA KERJAAN DISANA, AYO BERMAIN BADMINTON!"
Vera melihat ke arah asal suara tersebut, Murid baru sialan... Kau ingin perhatian dari semua orang ya? Bahkan dari orang seperti aku? Baiklah.
Vera berjalan mendekati Arya yang sedang senyum-senyum tak jelas berdiri di lapangan itu. Begitu Vera berada di depannya, Arya langsung menyodorkan sebuah raket pada Vera.
"Nona lesu, aku tahu kau terkenal karena kejeniusanmu hampir dalam semua mata pelajaran. Tapi kulihat, nilai olahraga mu lumayan buruk. Dengan senang hati akan kuajari semua hal tentang olahraga."
Dahi Vera mengkerut "Siapa yang kau panggil 'nona lesu'?! Aku punya nama tahu!"
Arya memegang tangan Vera dan meletakkan raket itu di tangan Vera "Aku tahu, namamu adalah 'Lidya Vera Shabila'. Sebelum aku masuk ke kelas tadi, guru-guru di kantor selalu membicarakan prestasimu. Tapi karena wajahmu yang selalu lesu, apa salahnya memanggilmu 'nona lesu'?"
"Penghinaan. Dasar kucing hitam!" Vera berteriak tepat di depan wajahnya.
Senyuman di wajah Arya kian melebar "Aku suka panggilan itu! Kebetulan aku memelihara seekor kucing hitam."
Vera berkata "Apa kau tidak tahu kalau kucing hitam itu pembawa sial? Kau membawa kesialan untukku."
"Tidak, aku tidak percaya hal itu. Ah sudahlah, ayo kita main sebelum jam olahraga habis. Sayang sekali kalau waktu berharga ini hanya di isi dengan obrolan tak jelas."
Vera juga tak ingin membuang-buang waktu bicara dengannya. Nilai adalal hal terpenting. Jadi mereka menentukan posisi masing-masing dan mulai bermain.
Arya dengan mudahnya mendapatkan poin karena dia gesit dan kemanapun arah kok menuju, tangannya dengan lincah mengarahkan raket tepat pada waktunya dan selalu mengenai sasaran.
Vera kesal karena hal itu, dia belum mendapat poin satupun. Arya bisa melihat amarahnya dengan jelas. Jadi kali ini, dia sengaja memperlambat gerakannya agar kok yang di pukul Vera melewatinya dan Vera mendapat poin pertamanya.
Vera terkejut sekaligus senang karena mendapatkan poin itu. Wajahnya yang tadinya menahan segala amarah, seketika menjadi cerah dan tersenyum lebar.
Nona lesu, ternyata wajahmu sangat berbeda antara marah dan bahagia. Kemana saja selama ini senyum indah itu kau sembunyikan? Harta karun berharga itu pasti akan sering kau berikan padaku mulai dari sekarang.
Tidak tahu kenapa tapi Vera merasa beban yang di pikulnya terasa lebih ringan. Seperti ada sepasang sayap di punggungnya yang membawa tubuhnya terbang dan membantu mengangkat beberapa beban itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Protect That Smile?
Novela JuvenilHari ini ada seorang murid baru di kelas Vera, ia bernama Arya. Seorang anak lelaki yang penuh semangat dan suka bercanda. Vera awalnya tidak terlalu peduli tetapi setelah membantunya dengan pelajaran olahraga, Vera dan Arya menjadi teman. Vera adal...