5

19 7 2
                                    

"Aku dan kamu bagaikan air dan minyak, sama sama termasuk zat cair namun sulit untuk disatukan"

••🦋••

Happy reading❤


5. Aku dan kamu bagaikan air dan minyak, sama sama termasuk zat cair namun tidak bisa disatukan

Sudah setengah jam Iqbal berdiri di teriknya sinar matahari menunggu kedatangan seseorang yang tak kunjung datang. Ia sudah berkali kali mengecek handphone nya namun tidak ada notifikasi yang masuk dari seseorang yang ia tunggu.

Iqbal kini berada diparkiran bersama dua sahabatnya yaitu Chandra dan Putra. Dua sejoli itu masih setia menemani Iqbal untuk menunggu kedatangan Fanny yang tak kunjung datang. Iqbal ingin sekali menyusulnya didalam kelas, entah apa yang dilakukan Fanny didalam kelas itu sampai selama ini. Fanny hanya menyuruhnya untuk menunggu di parkiran saja.

"adek gua mana sihh" beo Iqbal yang bolak balik melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 16.30 "eh lu berdua coba cek Fanny dikelas ngapain aja kok lama banget" suruhnya.

Chandra dan putra menghela nafas kasar. Lagi lagi mereka yang disuruh untuk memata matai Fanny. Kalau ditolak nanti Iqbal tidak akan pernah traktir makan mereka lagi. tidak ditolak malah ngelunjak. 

Huftt harus ekstra sabar mah kalau punya sahabat kayak Iqbal.

"aelah bal males gua" ucap Putra seraya menyenderkan kepala nya di kursi plastik. Katanya kursi itu hasil mereka nyolong dari pos satpam. Entahlah biarkan mereka berbuat sesuka hatinya.

"lo aja sana yang ngecek sendiri, kita udah capek jadi babu lo seharian. Ya gak" Chandra menyenggol bahu Putra dan dibalas anggukan olehnya.

Iqbal berdecak sebal kemudian ia menendang betis milik Chandra dan Putra bergantian hingga menyebabkan ringisan kecil keluar dari mulut mereka.

"lo bukan sahabat gue lagi" ucap Iqbal

Dengan berat hati Chandra dan Putra menuruti perintah sang majikannya itu alias Iqbal Baralana "iye bos" ejek Putra dengan menekankan kata 'bos'

Baru saja mereka menginjak kakinya di pintu masuk sekolahan, mereka sudah menemukan Fanny yang nampak kewalahan membawa tumpukan buku. Chandra dan Putra menghampiri Fanny yang tergesa gesa dengan membawa tumpukan buku itu

"lo kemana aja Fan" tanya Chandra

"sini gue bantu" Putra mengambil tumpukan buku tersebut dari tangan Fanny "Iqbal udah nunggu lo lama banget diparkiran"

"gue tadi ada urusan bentar, disuruh sama Bu Liya buat ngurusin buku LKS ini" ucap Fanny.

"terus kenapa bukunya lo bawa?" tanya Chandra yang masih belum paham dengan maksud Fanny membawa tumpukkan buku LKS ini.

"gue disuruh bagiin buku LKS ini ke temen sekelas buat latihan sebelum ujian sekolah. Seharusnya yang disuruh itu Rachel, tapi tadi dia udah pulang duluan jadi gue deh yang harus ngambil bukunya ke bu Liya" ucap Fanny menjelaskan.

Putra mengerutkan dahinya tidak paham dengan penjelasan Fanny "hah? Gimana gimana? Otak gue lemot" Putra mengaruk garuk kepalanya yang tidak gatal.

Fanny menghela nafasnya kasar, berbicara dengan dua babu Iqbal ini selalu membuat naik darah. Mereka tidak ada beda nya sama sekali dengan majikannya, Iqbal.

"gue sama Rachel kan sekretaris, nah seharusnya yang ambil buku-buku kek gini itu Rachel, nah berhubung Rachel udah pulang duluan jadi gue deh yang ambil" jelas Fanny.

Friend Zone (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang