Sisi Lain Dunianya // Eps. 3

60 2 0
                                    

Menyenangkan diri melalui hobi adalah hal yang paling penting dalam hidup. Terlebih lagi jika hobi yang kita punya dapat menghasilkan pundi-pundi uang, pasti akan menjadi pekerjaan paling menyenangkan didunia. Termasuk Raihan. Waktu Raihan menjalankan hobinya ada pada hari selasa dan kamis. Tidak ada yang paling menyenangkan daripada basket, olahraga kegemarannya. Bergabung pada club basket sudah Raihan lakukan sejak Satu SMP. Hingga kini, ia masih tetap di tempat yang sama, bersama dengan tim yang juga tidak berubah. Berjuang bersama, memenuhi lemari piala yang begitu besar. Memang lemari itu dibeli secara sengaja oleh pelatihnya untuk dasar sebuah motivasi. Caranya sudah terbukti, dilihat dari slot lemari tersebut yang hanya tersisa beberapa, dan mungkin akan terisi dalam waktu dekat.

"Eh, Nat, baru dateng lo," ujar salah satu dari mereka, yang mendapatkan Raihan baru masuk dari pintu utama, masih menggendong tasnya, juga belum berganti baju. Sementara laki laki itu hanya mengangguk, sekaligus menyapa mereka dengan mengangkat tangannya. "Gue ganti baju bentar ya," ucap Raihan, ia sekilas melihat Aldi dan Vino yang sedang fokus bermain.

Raihan Adinata. Atlet basket yang dikenal dengan segudang prestasinya. Semua orang mengenalnya dengan panggilan nama belakangnya. Dua kepribadian itu sungguh berbeda. Nata yang ramah, juga mampu mengalahkan musuhnya dengan mudah, juga Raihan yang hanya seorang siswa biasa disekolahnya. Meski kadang masih saja banyak orang yang menganggapnya sebagai Nata disekolah, menurutnya, itu sangat menyebalkan.

Aldi dan kembarannya, Vino pun sudah diomeli berkali kali oleh Raihan, membuat mereka terlatih untuk memanggil dua nama pada dua keadaan. Mereka sudah berlatih selama lima belas menit, sebelum Raihan datang. Laki laki itu memang sedikit terlambat sampai di tempatnya.

"Nata, ayo cepat, bergabung bersama mereka," ucap Alif, sang pelatih yang sudah beranjak 35 tahun. Masih terlalu muda untuk dipanggil Bapak. Laki laki itu bergegas bergabung bersama dengan yang lainnya untuk mulai berlatih.

***

Ranya dan ketiga temannya kini tengah bermain di dalam kamar gadis itu, dengan sudah berganti pakaian menggunakan pakaian santai. Mereka memang sengaja membawa pakaian ganti untuk hari ini.

"Ra, tadi gimana abis di sidang?" ujar Naya. Mereka memang tidak sempat melihat Ranya dihadapan Raihan saat itu, karena sedang membeli beberapa camilan pada minimarket dekat dengan rumah Ranya.

Gadis itu melirik sinis, ketika ketiga temannya benar benar menunggu jawabannya, membuatnya kembali merasa kesal. Apalagi mengetahui kenyataan ketiga temannya tidak ada yang mau membantunya. "Keringet dingin sampe se-ember!" serunya, merasa gemas dengan teman temannya. Raya yang sedang menikmati camilannya hingga tersedak, terkejut dengan suara gadis itu.

"Serius? emang lo tadangin?" ujar Raya, menatap gadis itu dengan tatapan polosnya. Alis gadis itu tengah mengernyit, menunggu jawaban temannya itu. Yang lainnya, ketika sibuk tertawa, menjadi terdiam karena pertanyaan Raya. Mereka sedang merasa gemas, ingin menjambak bersama rambut gadis itu. Nadhira yang sudah tidak tahan, menoyor kepalanya. "Pas pembagian otak, lo nggak dateng sih," ujar Nadhira, geram. Raya dibuat hingga cemberut karena ulahnya.

"Eh iya, gue baru ketemu drama korea kemaren, baru nonton dua episode sih, mau nonton nggak nih?" ujar Nadhira, seseorang yang selalu menjadi pelaku utama Raihan selalu mengomel pada Ranya. Namun gadis itu selalu sama antusiasnya ketika Nadhira menawarkan. "Mau dong!" seru gadis itu. Sudah lima belas menit layar tab nya membuka website legal untuk menonton series, namun ia belum bisa memutuskan akan menonton apa, karena ada begitu banyak pilihan. Kebetulan sekali Nadhira menawarkan. Padahal list drama gadis itu sudah banyak sekali, namun selalu ingin mencari judul baru.

"Konfliknya agak berat sih, He Is Psychometric," ujar Nadhira, menunjukan layar ponselnya yang sedang menampilkan poster dari drama korea yang ia sebutkan. Yang lainnya melihat, namun gadis itu tengah mempersiapkan laptop.

FriendzoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang