Prolog

69 6 5
                                    

___

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

___

"Kita seumpama air di Selat Gibraltar. Sama, tapi tidak akan pernah bisa bersatu."

*****

Seseorang tampak keluar dari mobil yang ditumpanginya sambil menenteng tote bag berwarna hitam dengan motif kaligrafi, di tangan.

Setelah menutup pintu mobil, gadis itu berjalan memutar untuk mendekati kursi kemudi dimana disitulah sang ayah berada. Gadis itu tersenyum, kemudian mencium punggung tangan laki-laki paruh baya itu yang menyembul dari balik jendela mobil yang terbuka.

"Belajar yang ikhlas dan rajin ya, Inaya."

Inaya Azalea Naushin atau yang kerap disapa Naya itu menanggapi kalimat yang selalu ayahnya ucapkan ketika ia akan masuk ke dalam sekolah, dengan senyuman. "Siap! Ayah juga hati-hati di jalan."

Naushin tersenyum.

Naya melambaikan tangan saat sang ayah beserta kendaraan yang dibawanya perlahan menjauh setelah membunyikan klakson.

Ketika mobil ayah tak terlihat lagi, gadis pemilik senyum manis itu segera melangkah memasuki gerbang sekolah. Jilbab putih yang ia kenakan sedikit berkibar saat angin menerpa, membuatnya dengan cekatan memperbaiki agar auratnya tidak terbuka.

Tak ayal pemandangan menyejukkan mata itu membuat murid laki-laki yang berada di area yang sama, kecolongan. Menatap Inaya penuh takjub. "Ma sya Allah," gumaman lolos dari mulut beberapa murid.

Inaya sama sekali tak mendengar, gadis dengan wajah cantik alami itu terus melanjutkan langkahnya sambil sesekali membalas sapaan murid perempuan yang menyapa.

Di koridor, seperti hari-hari biasa, terlihat banyak sekali murid yang duduk bergerumul di beberapa sudut, mereka mengobrol dan tertawa ria.

"Eh, katanya ada anak baru ya?"

"Iya! Katanya pindahan dari UK! Gila!"

"Hah? Serius lo?"

"Gue juga sempat lihat dia masuk ke ruang kepala sekolah, sekitar lima menit yang lalu. Emang ganteng banget sih meskipun gue cuma ngelihat sekilas. Muka-muka blasteran gitu. Tinggi pula."

"Aish! Pantesan, di depan ruang kepsek rame banget daritadi, udah kaya ibu-ibu lagi rebutan sembako." Mereka kemudian tertawa.

Tawa tiga orang siswi tersebut tak sengaja tertangkap oleh telinga Naya yang persis sedang lewat di depan mereka, Naya dengan kerefleksannya tentu menoleh, tersenyum.

Selat Gibraltar [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang