Sugar Daddy [2]

7.5K 511 14
                                    

"Bagaimana ? enak bukan ?" pertanyaan bernada antusias yang entah sudah berapa kali terucap membuat Sai lagi lagi menganggukkan kepalanya. Meski sudah bertahun tahun bersama, ia tak pernah bosan dengan sifat periang milik Ino, istrinya.

"Kali ini, mau makan es krim ? ada kedai yang baru buka di ujung jalan." tawar Ino.

Sai mengangguk "Boleh saja, aku akan pergi kemanapun asal bersamamu, Nona cantik."

Berbeda dengan Sasuke dan Sakura, pasangan yang satu ini memutuskan untuk berjalan jalan di sekitar toko manisan yang biasanya menyediakan menu khusus musim panas. Manisan dingin dan beku menjadi pilihan utama keduanya untuk menghilangkan panas yang menyengat itu.

"Ah, kau bisa saja, Sai - kun." Ino mengibas ngibaskan tangannya di depan wajah, mencoba mengusir rasa panas yang sebenarnya berasal dari dalam.

Keduanya kembali berjalan beriringan. Sai sudah memberitahu kenyataan bahwa Ino adalah istrinya di masa depan nanti, awalnya gadis itu sangat terkejut dan tidak percaya tapi setelah Sai menjelaskannya, Ino perlahan memahami semuanya.

Dan tentu saja, ia sangat bahagia.

'Tidak mengapa jika aku tidak mendapatkan Sasuke, tapi akhirnya aku mendapatkan yang paling baik untukku, suami yang perhatian dan lembut, akhh ini bukan mimpi kan ?'

Begitulah, bagaimana Ino menerima takdirnya dengan kelapangan dada yang luar biasa.

--------------------------000--------------------------

"Waah bermain di dekat sungai saat panas memang yang paling menyenangkan, benar bukan, Sai - kun ?"

Sai mengangguk, ia sedikit berlari untuk menyusul Ino yang sudah turun duluan ke dekat sungai. Gadis dengan gaya rambut Ponytail panjang itu mencelupkan ujung jari kakinya ke dalam kolam, sedikit meringis saat merasakan suhu dingin air yang berbeda jauh dengan udara.

"Kemarilah, Sai - kun, airnya segar sekali." ajak Ino dengan nada semangat

Sai mengangguk, ia berjalan mendekati gadis itu dan ikut mencelupkan kakinya ke dalam air. Rasa panas dan gerah yang tadi membungkus dirinya langsung hilang entah kemana, bahkan kakinya yang sedikit berkedut karena menemani Ino berjalan jalan sejak tadi langsung kembali normal.

Untung saja, ia sudah belajar untuk sedikit memilah perkataan yang boleh dan tidak boleh dikatakan di hadapan seorang wanita.

Salah satunya adalah keluhan lelah karena menemani belanja.

"Ayo kita main air saja, Sai - kun." Ino menggeret tangan Sai ke tengah sungai, masih cukup dangkal hingga tak membasahi pakaian bagian bawah mereka.

Dengan senyuman secerah mentari, Ino mulai menyerang Sai dengan beberapa cipratan air, Sai yang mengerti keinginan istri masa depannya ikut membalas, mencipratkan air segar sungai ke wajah ayu gadis itu.

Suara tawa gembira terus keluar dari mulut mereka, mengiringi percikan air yang terdengar menyegarkan.

"Nah, aku yakin kau tidak akan bisa menghindari yang ini, Sai - kun," ujar Ino dengan wajah percaya diri.

"Keluarkan semua kemampuanmu, Nona cantik."

Ino memasang senyuman lebar, menantang sekaligus senang. Ia dengan sangat bersemangat, memutar tubuhnya ke belakang untuk membuat sebuah ombak besar. Alih alih membuat putaran cipratan air yang besar, kakinya malah tak sengaja tergelincir karena dasar sungai yang cukup licin.

"HUWAAA," Ino refleks berteriak, ia tak bisa menyeimbangkan tubuhnya dan jatuh kebawah. Manik Aquamarine miliknya terpejam sembari menunggu hantaman air dan dasar sungai yang tentunya berbatu.

Is That You ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang