"Aku tak menyangka tempat ini bisa berubah seindah ini," ujar Temari sambil memandang takjub ke sekelilingnya. Bukit yang biasa mereka gunakan untuk melarikan diri dari pandangan orang orang saat kecil kini berubah menjadi ladang bunga berwarna warni, tentu saja, pohon dengan sebuah ayunan kayu yang menjadi ciri khas tidak hilang.
"Bernostalgia itu cara ampuh menghilangkan penat bukan ?" Shikamaru berjalan mendekat sambil memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana, mensejajarkan posisinya dengan Temari.
"Kau benar." Temari menjawab begitu pelan, seakan berbisik. Tapi bukan Shikamaru namanya jika melewatkan detail dari sang putri Suna. Oh ayolah, sudah berapa tahun mereka bersama ? Akan aneh jika Shikamaru tak memahami Temari.
Temari berjalan pelan ke arah ayunan yang ada dan mencoba mendudukinya, senyum tipis terukir saat mengetahui ayunan itu masih pas ia duduki, padahal sudah bertahun tahun berlalu. Kakinya tergerak untuk mendorong ayunan itu pelan, menikmati angin sepoi sepoi musim semi yang menerpa mereka.
Pria yang tadinya berdiri sambil memperhatikan setiap gerak gerik gadis yang akan menjadi istrinya di masa depan lebih memilih duduk bersandar di pohon besar yang ada, memainkan bunga bunga yang mekar di bawah kakinya.
"Jadi ? Kau mau mengatakan apa ? Tidak mungkin kau mengajakku ke tempat yang sampai tidak ada orangnya hanya untuk menemanimu bersantai."
"Kenapa tidak ?"
"Tuh kan ! Kau membalas ku dengan pertanyaan juga. Mengaku saja ! Apa yang mau kau bicarakan ?"
Shikamaru terkekeh, ia sepertinya lupa, mereka sudah sangat memahami satu sama lain jauh sejak sebelum menikah "Baiklah, aku menyerah, kau benar."
Temari mendengus, sedikit menyombongkan dirinya.
"Besok, semuanya akan kembali lagi seperti semula."
Hening
Tak ada sahutan dari sang putri Suna, bahkan keduanya sampai bisa mendengar suara hembusan angin.
Shikamaru tak perlu menoleh untuk mengetahui ekspresi Temari, ia tahu, gadis itu cukup cerdas untuk mencerna perkataannya barusan.
"Begitu... Ya...," Gumaman Temari tersapu oleh angin, ia terdiam, meresapi setiap kata kata Shikamaru seakan itu ada petuah rohani yang langka.
"Chakra Sasuke sudah cukup untuk mengembalikan kami ke masa yang seharusnya, tentu saja bersama 'kami' yang seharusnya ada di masa ini. Itu bagus bukan ? Aku tidak mau menemukan mayat Kakashi - sensei yang sekarang pasti sedang mengambil alih pemerintahan." Shikamaru memecah keheningan yang ada, rasanya canggung sekali.
Padahal, malam pertama mereka saja tidak ada hawa kecanggungan yang seperti ini !
"Jadi ? Hanya itu alasanmu membawaku kemari ?" Temari akhirnya membuka suara setelah sekian lama terdiam.
Shikamaru terkekeh "Ya, aku hanya ingin menghabiskan waktu bersama 'dirimu' sebelum kita kembali bertemu di masa depan."
Temari merasa pipinya memanas, ia kembali mengayunkan ayunannya dengan tempo lambat, berharap rasa panas aneh itu akan terbang dibawa angin sepoi sepoi.
"Aku mencintaimu, Temari."
"Heh kau salah orang, katakan itu pada diriku di masa depan."
Temari kelihatannya saja tenang, tapi itu hanya kamuflase saja untuk menutupi jeritan batinnya yang menggelora akibat pernyataan Shikamaru.
'KENAPA DIA TIBA TIBA BERKATA HAL TIDAK MASUK AKAL SEPERTI ITU ?! BODOH ! BOCAH CENGENG SIALAN ! KENAPA AKU JADI ANEH SETELAH MENDENGRNYA ?!'
"Sama saja, kalian sama sama Temari bukan ? Merepotkan jika harus kembali ke masa depan hanya untuk mengatakan hal seperti itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Is That You ?
FanfictionSebuah gulungan aneh membuat 4 pria di masa depan tertukar dengan diri mereka di masa lalu. Bagaimana cara mereka untuk kembali ? . . . . "Istriku memang sudah cantik sejak dulu." "Eh ?! Mereka adalah istriku ?!" [25 July 2021]