CHAPTER I

42.5K 341 33
                                    

Undangan yang sudah diberitahu ke warga didesaku, terpakasa dibatalkan oleh pengundang pernikahanku.
Aku merasa malu. Menangis karena menyesali pembatalannya.

"Kau membuat aku malu. Kau hancurkan hidupku. Kenapa tidak dari dulu kau menolaknya Sintaaaaaa....." teriaku di suatu malam disinari Bulan Purnama di pinggir kebun kami.

"Bukan aku bang...bukan akuuuu" Sinta menangis tersedu.

"Siapaaaa....siapa yang buat gagal pernikahan ini..???"

"Ibuuuu ku..... Sejak kedatangan Arsa dari kota 4 hari yang lalu. Ibuku menyuruhku membatalkan pernikahan kita baaaang" masih dalam tangisnya Sinta menangis menggenggam tanah kebun itu.

"Ibumu...??." tanyaku heran.
Sinta hanya menunduk
Segera kutinggalkan Sinta berjalan agak cepat menuju rumah Sinta.

"Baaaang...tunggu...." Sinta mengejarku. Dia meraih bajuku hingga kami terhenti.

"Terus apa katamu waktu kau tau mau dibatalkan."

"Aku bilang aku akan kawin lari. Aku malu kalau sampai batal. Tapi ibuku bilang, dia akan bunuh diri bang"

"Tidak bisa dibiarkan"

"Percuma bang, percuma. Ibuku tidak akan merestui hubungan kita. Ibuku bilang akan bunuh diri dengan cara apapun kalau pernikahan kita diteruskan"

"Tidak bisa Sinta. Orang tuamu yang mengiyakan ketika Aku melamarmu. Jadi aku harus tau apa alasananya membatalkan sepihak"
Kutepiskan tangan kekasihku tak kuperdulikan lagi dia memanggil manggil aku.
Dadaku berguncang. Nafasku memburu. Pikiranku kacau.

Setibanya dirumah Calon mertuaku yang gagal, langsung ku gedor pintunya.

Burrr...burrr...bururrr.

"Vickyyyy....apa tidak bisa sopan mengetuk pintu, harus kasar begitu??" Ibunya Sinta membelalakkan matanya.

"Ibu yang mengajari saya tidak sopan." kataku ketus.
Arsa yang berada disana langsung menarik bajuku.
Tinjuku langsung melayang ke jidatnya.

"Urusan apa kau sama aku hahh, bajingan." sergahku. "Kalau kau tidak mau mampus, duduk kau situ" tunjukku ke Arsa.

"Heiii manusia gak tau diri, jangan teriak teriak di rumah orang. Lihat tuh tetangga menonton kau" Ibunya Sinta dengan marahnya.

"Oh...karena aku miskin,kau bilang tak tau diriiii....ibu macam apa kau. Menerima lamaran orang, liat orang kota yang kaya langsung berubah. Dasar mata duitan. Asal kau tau, kalian belum seberapa dibanding orangng kaya lainnya" kataku sudah darah tinggi.

Ketika kami masih berdebat, orang orang teriak bahwa Sinta pingsan.

"Baaaaang....baaang Vicky...Sinta pingsan bang" teriak mereka.
Aku lansung menghambur keluar tapi dicegah Arsa.
Dengan masih emosi, kutendang dia hingga terjengkang. Ibunya Sinta mendorongku. Orang orang menarikku. Aku menangis.

Aku melihat orang tuaku datang, karena dilaporkan warga ada keributan yang ku buat.

"Vicky" teriak ayahku. "Kau merendahkan derajat kita yang sudah rendah di mata orang, ayo pulang" Ayahku sudah mulai emosi. Ibuku menenangkan ayahku.

"Bukan hanya dia perempuan, banyak yang mau sama kamu. Lihat tampangmu, kegantengan dan ketampananmu rugi kau mendapatkan anak perempuan yang tidak tau malu itu, ayo pulang" Mata ayahku menatap ibunya Sinta yang sudah menjanda setahun yang lalu.

"Apa kau bilang, tak tau malu??? Kalian yang tidak tau diri" Ibunya Sinta berlari kedalam rumah dan mengambil pemberian orang tuaku sebagai ikatan antara Aku dan Sinta.

PETUALANGAN HASRAT (BISEXEUAL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang