Kerja yang menyenangkan bagiku, karena mulai hari itu perkenalan dalam administrasi pembukuan.
Betapa tidak, semua nya awam kurasakan.
Dengan belajar, atas saran Mei Hwang atasanku, kami bisa melakukannya dan akrab.
Biar kata Aku pulang agak terlambat dari jam kerja demi pinta, untuk menyelesaikan tugas harian aku lakukan. Biar cepat pintarnya. HemmmAda yang agak janggal dalam mengerjakan tugas hari itu.
Bossku, Mei Hwang mengajari ku berada di belakang ku menunjuk angka angka di laptopku.
Bagian dadanya mengenai bagian belakang tubuhku.
Aku agak merasa risih. Tapi si kecilku tak bisa diajak kompromi.
Kutahan dan kutahan.
Aku tidak berani berdiri ketika dia selesai mengajari ku."Vicky, kita pulang ya."
"Ya bu." sahutku sambil merapihkan dokumen dan laptopku, dan menunggu kendor si kecil ku yang bangun.
"Besok pulang agak malam ya Vick" kata bossku sambil memegang punggungku karena aku didepannya.
"Baik Bu" sahutku.
Mei Hwang, belum banyak aku tahu tentang dia. Yang aku tahu, dia cantik, kulit putih mulus, usia 34 tahun, punya suami tapi belum punya anak.
"Bang Vicky, kenalkan suamiku."
Mei Hwang memperkenalkan suaminya ketika kami diparkiran."Andi Mulyono" dia menyebut namanya dan kusebut namaku.
Sempat aku berfikir, namanya kok jawa ya?
Tapi apalah arti sebuah nama.
Andi berperawakan tinggi, tidak beda jauh dari aku, langsing dan lumayan tampan karena kulit putihnya. Bersih."Ok bu, Vicky pulang dulu."Kataku pamit dan berjalan menuju jalan raya.
Aku tidak tahu kalau si Uteb ada diparkiran. Dia membawa mobil Ayahnya, Om Zein.
Ketika mau menyeberang, Uteb mengejar ku dan memanggilku pelan.
Aku sedikit kaget."Lah...kok dimari?" kataku heran.
"Iya Vicik, aku malu kalau manggil kencang."
"Motormu dimana"
"Bawa mobil Ayah, Vick"
"Wah wah....gak percuma dong aku hadir di rumah kalian ya. Dah damai ini ceritanya" kataku.
"Kalau sama kamu, ayah ngasih Vick. Makanya kita kerumahku ya, biar Ayah percaya"
"Baru ngontrak, udah ditinggal tinggalin kontrakannya. Boleh dah. Tapi nanti antarin pulang ya"
"Loh kok pulang, nginaplah"
"Ada maunya nih si tamvan.."
Uteb hanya nyengir kuda aku bicara begitu.Uteb banyak cerita tentang Ayahnya yang sudah melunak dan bisa menerima penyimpangan anaknya.
Tapi Uteb belum tahu rencana kami terhadap dia.Sampai dirumah, malam sekitar pukul 8 an, kami agak sedikit merasa aneh, karena ada seorang perempuan bersama dengan Ayahnya Uteb.
"Malam Om. Ohh..ada tamu ini" kataku melirik perempuan di depannya.
Om Zein, memperkenalkan nya ke kami."Lilian" sebutnya. Uteb menarik tangan Ayahnya kekamar, karena rasa herannya.
Aku dan Lilian ngobrol. Ternyata dia seorang wanita bayaran. Aku disuruh diam supaya Uteb tidak tahu.
Salut melihat kerja keras dan usaha Om Zein untuk mengubah penyimpangan anaknya.
Aku sudah tau maksud Om Zein, maka aku tidak bertanya lagi, karena wanita didekatku sudah mengakuinya sendiri."Nak Vicky, Om keluar dulu ya beli makan. Silahkan kalian bertiga ngobrol" katanya main mata kepadaku.
Waktu Om zein tidak kelihatan lagi, aku permisi untuk mandi.
Kusuruh Uteb mengajak ngobrol Liliana, tapi malah masuk kamar."Bang Vicky, gak usah mandi bang. Itu tuh, kita kasih pelajaran aja dulu" Liliana memonyongkan bibirnya ke arah kamar Uteb.
"Masih letih li, gimana ini. Bisa gempor aku" bisikku.
Liliana mengajak aku santai dulu. Dan mengatur cara supaya bisa bermain bertiga.
Sesuatu yang aneh sebenarnya, tapi mau apalagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
PETUALANGAN HASRAT (BISEXEUAL)
Ficción GeneralGagal menikah membuatku malu. Merantau itu tujuanku mengilangkan rasa malu. Tidak pernah terlintas dibenakku akan menjadi seorang pemuas nafsu dengan imbalan. Perempuan dan Laki laki menjanjikan uang kepadakun Ditempat kerja dan diluar ada saja yan...