CHAPTER 5

10.5K 141 22
                                    

Saat istirahat, dimana karyawan pada keluar makan siang, kucoba ingin menelpon Om Randy yang tamu bar kami yang merequest lagu dariku.
Tapi kuurungkan niatku, karena Boss ku Mei Hwang ada di mejanya. Maka aku permisi untuk makan dulu.

Telepon umum atau wartel, itu yang aku cari.
Ternyata agak jauh setelah aku bertanya tanya ke orang yang ku temui.

"Selamat siang, bisa bicara dengan pak Randy"

"Dari siapa ini" suara berat yang kudengar dari seberang sana.

"Saya Vicky pak, dari Hotel, Pub dan Bar....." sahutku.

"Ya saya Randy. Ini yang penyanyi di bar itu ya" dia mengingat aku.

"Iya pak Randy. Pak Randy kan suruh aku telpon jadi aku telpon pak. Ada apa ya pak" tanyaku ingin tau.

"Ohh...itu. Panggil Om aja ya Vicky. Biar akrab. Mau gak bertemu sama Om, Vick"

"Untuk apa om. Aku kayanya tidak senggang Om. Mulai Jumat aku ikut nyanyi di bar. Pagi sampai sore kerja" kataku.

"Kasih waktumu 1 jam hari ini, jam 15 sore. Om kesana. Bisa gak?"

"Bisa Om. Nanti aku permisi sebentar."

"Ok Om kesana ya. Tunggu di parkiran hotel"
Aku mengiyakan pertemuan nanti sore.
Kutinggalkan telepon umum dengan bertanya dalam hatiku.
Apa yang mau dibicarakan Om Randy nanti.

Kerja seperti biasa kulakukan.
Aku hanya berdoa dalam hatiku, mudah mudahan Mei Hwang tidak meminta aku melayani sore ini seperti biasanya dia lakukan terhadapku sebelum pulang.

"Vick, hari ini Ibu pulang lebih cepat, lain kali kau puaskan ibu" bisiknya sambil menyodorkan kerjaan kemejaku.
Tangannya memegang pahaku.

"Tidak apa apa boss" kataku berbisik. "
Dia meninggalkanku menuju mejanya beres beres. Ternyata dia pulang lebih cepat dari dugaan ku.

Pukul 15 kurang 10 aku menuju parkir hotel. Ternyata Om Randy sudah berada disana.

"Hai Om. Selamat sore" sapa ku.
Dia mengajak aku kedalam mobilnya untuk bicara.
Setelah cerita panjang lebar, ternyata dia naksir aku. Dia seorang Gay.

"Jadi itu Vick kenapa Om kasih nomor telepon rumah Om" katanya memegang tanganku.
"Om menyukaimu"

"Maaf Om aku bukan Gay. Om salah alamat kalau begitu" jawabku.

"Om sudah menduganya sejak awal Vicky. Kamu bukan seorang Gay. Tapi tidak salahkan kalau Om menyukaimu"

"Tidak ada yang bisa melarang Om, kalau Om ataupun orang lain menyukaimu. Hak yang suka sama akulah Om"

"Boleh aku menciummu, Vicky"
Aduhhhh....bisa bisa aku membalas ciumannya nih.

"Om maaf om. Belum pernah ciuman sama pria." kataku berdusta.

"Bagaimana agar aku bisa bersamamu Vick."

"Gak bisalah Om. Aku bukan Gay"

"Hanya untuk curhat saja masa tidak bisa Vick, please"

"Kalau curhat sih boleh saja Om. Tidak lebih."kataku.

"Ok Om tunggu sampai kamu pulang kerja. Om tidak akan pergi dari sini sampai kamu datang"

"Ok Om tunggu saja" kataku hendak pamit.

"Vicky....kamu mempesonaku. Boleh Om peluk ya"pintanya yang ku sanggupi.
Pelukannya yang gemes, membuat pipi kami bersentuhan. Dengan sedikit bergerak, dia mencoba menciumku. Kupasrahkan bibirku diciumnya tanpa reaksi dariku. Padahal aku menolaknya tadi.

PETUALANGAN HASRAT (BISEXEUAL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang