Perjodohan

401 46 2
                                    

Setelah seorang pangeran menikah, ia harus tinggal di luar istana.

Hidup di luar istana merupakan keinginannya sejak dulu, pikir Gulf, tapi apakah dengan cara segera menikah?

Mendengar kabar tentang selir agung mengajukan pada ratu tentang perjodohannya akan membuat Gulf tidak bisa tidur malam ini.

"Tuan, kamar sudah disiapkan untuk tuan beristirahat." Rao melihat tuannya melamun.

"Tuan." Tegurnya lagi.

"Ah. Rao. Bagaimana menurutmu?" Tanya Gulf akhirnya.

"Putranya sendiri bahkan belum menikah, kenapa ia terburu-buru ingin menikahkan tuan." Jawab Rao.

"Kudengar ratu belum menyetujuinya. Ratu pasti akan menanyakan pada tuan terlebih dulu sebelum memutuskan. Aku yakin Ratu akan menerima seandainya tuan menolak dan tidak ingin melanjutkan rencana ini." Rao menambahkan.

"Ehm." Angguk Gulf.

"Aku ingin hidup di luar istana suatu hari nanti, juga ingin menikah dan hidup bersama orang yang bisa aku percaya, dan aku cintai. Tapi untuk saat ini..." Gulf menghela nafas.

"Kalau aku setuju, berarti orang yang akan hidup bersamaku nanti akan dipilihkan oleh ibu selir juga ratu. Aku hanya takut, tidak bisa memberikan hatiku pada orang asing yang aku nikahi nanti."

"Aku tidak menyangka tuan sudah memikirkan hal sejauh ini." Komentar Rao.

"Tentu saja aku memikirkannya." Selorohnya pada Rao. "Andai aku bisa menikahimu saja." Gulf memandang Rao kemudian. Anak laki-laki yang menemaninya sejak sebelum memasuki istana. Nenek Gulf sering memberinya makan dan mengizinkan Rao menginap karena keluarganya yang abai. Beberapakali Rao datang dengan lebam di badannya.

Saat ratu membawanya ke istana ia mengizinkan Rao ikut agar Gulf memiliki orang yang dikenalnya di istana. Keluarga Rao dengan beberapa hadiah yang diberikan kerajaan dengan sukarela menyerahkan Rao. Disisi Gulf, Rao bukan hanya pelayannya, tapi juga penjaganya. Sekian lama mendapatkan penganiayaan fisik dari keluarganya sendiri, Rao senang begitu masuk istana ia diberikan pelatihan bela diri.

"Kalau saja bisa, akupun bersedia tuan." Jawab Rao serius.

"Hanya kau yang benar-benar aku miliki Rao, bagaimana kalau kau menikah nanti." Sedih Gulf.

"Aku tidak akan menikah kalau tuan tidak mengizinkannya, tidak masalah untukku."

"Ehm. Tentu saja. Aku tidak akan semudah itu mengizinkan pernikahanmu." Gulf menepuk bahu Rao.

"Aaah.. Aku akan menolaknya." Mantap Gulf kembali memikirkan rencana perjodohannya.

*

"Ibu. Aku belum siap untuk menikah." Gulf benar-benar dipanggil ke istana saat ini, menghadap ratu dan selir agung.

"Usiamu sudah cukup. Kau tidak percaya dengan kemampuan ibumu memilihkan pasangan untukmu? dan bukankah kau tidak sabar untuk hidup di luar istana?" Selir Agung memberinya tekanan.

"Ibu selir sudah salah paham, di istana tinggal ibu dan saudara yang kukasihi, bagaimana aku senang jika harus secepat ini hidup jauh dari mereka." Gulf mengelak dengan tenang dan lancar.

Ratu tersenyum mendengarnya. "Apa kau benar tidak akan memikirkannya dulu?"

"Sebenarnya, ibu, Gulf ingin meminta izin melanjutkan dan menyelesaikan pendidikan sebelum menikah nanti."

"Kau!" Selir agung tidak sadar memukul meja didepannya. "Kau tahu itu sangat tidak perlu. Atau kau ingin menunjukkan keinginanmu akan jabatan di istana?"

Prince GulfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang