Mengenal Tharn

293 41 2
                                    

Gulf kembali mulai kehilangan kontrol akan tubuhnya, tidak bisa menggerakannya. Air dengan cepat memasuki mulut dan hidungnya. Sebelum ia bisa kembali bergerak ia sudah akan mati tenggelam.

"Ahgrk! Kh..Kau!!" Tharn menusuk tepat pada leher pembunuh bayaran yang menyerang Gulf. Orang yang berbahaya. Ia harus segera membunuhnya. Lebih mudah menginterogasi bawahan terlebih kalau pemimpinnya sudah mati.

Rao tiba dan Tharn langsung melompat ke sungai untuk menyelamatkan Gulf. Berharap Gulf tidak terlalu jauh terbawa arus.

Tidak butuh waktu lama untuknya melumpuhkan kawanan yang ternyata lebih dari belasan orang. "Tuan?!" Teriak Rao. Tidak tahu kenapa Tharn masuk ke sungai. Jangan bilang orang-orang ini sudah melakukan sesuatu pada tuannya dan membuangya ke sungai untuk menghilangkan jejak.

Ia mendapati pakaian luar Gulf. Klang! Pisau berlumur darahnya jatuh pada bebatuan saat melihat Pengawal Putra Mahkota membopong tuannya.

"Gulf!" Teriaknya tidak sadar memanggil nama sahabatnya. "Apa yang kau..?!"

Ia hampir tersulut amarah saat Tharn melakukan hal tidak senonoh pada tuannya, dan menyadari kalau Tharn hanya memberi tuannya nafas buatan.

Rao meraih telapak tangan Gulf dan menggosoknya dengan miliknya. Kenapa sangat dingin?.

"Uhuk!" Setelah beberapa kali Tharn menekan dadanya, Gulf akhirnya bernafas dan memuntahkan banyak air. Gulf melihat Tharn kabur sebelum kembali tidak sadarkan diri. Tharn langsung membawanya di punggungnya berlari.

"Mau kemana kau?" Kejar Rao.

"Ia mungkin selamat dari tenggelam, tapi mereka memberikannya sesuatu, kita harus segera memeriksanya."

"Aku akan membawanya." Keduanya berdebat sambil berlari.

"Aku lebih cepat darimu!" Tegas Tharn.

"Setidaknya pakai ini!" Rao melepaskan baju luarnya untuk di selimutkannya pada Tuannya.

"Tuan sangat dingin, Apa tuan muda memiliki luka lainnya?" Tanya Rao memastikan.

"Untungnya tidak ada." Jawab Tharn.

Rao lega mendengarnya. Jika itu sesuatu yang dipaksakan untuk dikonsumsi tuannya, seperti yang sudah ia ketahui, tidak akan terlalu membahayakan nyawa tuannya. Ia juga sudah membawa barang yang ditemukannya dan mengetahui itu apa. Gulf selama ini mengajarkan hal-hal yang diajarkan neneknya padanya juga.

Sedikit banyak ia tahu meski tidak se ahli Gulf. Meski begitu ia ingat nenek Gulf yang memperingatkannya untuk menunjukkan kelebihannya hanya disaat mendesak saja.

Tharn langsung membawanya ke kediaman Putra Mahkota. Ia sudah mengabarkan lebih dulu tentang kemungkinan Gulf dalam bahaya, karenanya Max sudah menyambutnya di Gerbang. "Mereka bilang sudah memberinya sesuatu, aku melihatnya memaksanya meminum sesuatu." Jelas Tharn. Ia memberikan tanaman yang ditemukannya dan dilihatnya diminumkan pada Gulf tadi.

Tabib kemudian memeriksa Gulf. "Tidak ada tanda bahaya pada bagian vital, sedikit demam dan pangeran mungkin syok. Kita akan memeriksa tanaman yang diberikan pengawal Tharn lebih lanjut, jika dugaanku benar, kandungan tanaman ini tidak akan terdeteksi, tapi ini tidak akan terlalu membahayakan nyawanya."

"Kita harus segera mengganti pakaian pangeran ke3 agar demamnya tidak semakin parah. Setelahnya kita perlu memberikan perban pada pergelangan kakinya agar tidak infeksi, aku sudah mengoleskan obat untuk menghentikan pendarahan." Ujarnya kemudian.

"Aku sudah menyiapkannya saat melihat keadaannya tadi." Jawab Max yang memerintahkan pelayannya untuk membawa masuk pakaian ganti.

"Aku akan melakukannya." Rao meminta izin. "Bukannya aku tidak percaya dengan bawahan Yang Mulia. Aku hanya ingin melayani tuanku. Tuanku dari dulu bahkan tidak mengizinkan bawahannya di paviliunnya sendiri untuk melayaninya, Ia akan.. ehm.. sangat malu." Lanjutnya, segera menjelaskan agar tidak menyinggung Putra Mahkota.

Prince GulfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang