Melawan Racun

328 45 0
                                    

Gulf merasakan seseorang kembali mengangkatnya mendekati sungai. Ia mencengkeram orang tersebut, menggapai dengan lemah lebih tepatnya.

"Jangan memandangku seperti itu. Salahkan saja nasib burukmu. Aku turut berduka. Kau sungguh masih sangat muda." Jawaban orang tersebut melihat tatapan tajam Gulf padanya.

Ia agak terkejut Gulf bisa menggerakkan tubuhnya meski lemah. Mungkin temannya terlalu sedikit memberikan tanaman itu. Atau penjual obat yang memberikan tanaman tersebut terlalu membual. Setetes saja bisa melumpuhkan seekor kuda selama lima hari katanya, cih, yang dilihatnya tadi bahkan lebih dari sekedar beberapa tetes.

Rasa sakit di pergelangan kaki Gulf menunjukkan bahwa batu yang diikatkan padanya cukup berat. Meski aliran sungai tidak terlalu deras tapi cukup dalam untuk bisa menenggelamkannya, terlebih dengan kondisinya yang saat ini sulit bergerak. Meski ia akhirnya mati, jenis racun yang diberikan padanya tidak akan terdeteksi. Ini buruk. Ia harus segera pulih.

"Dimana Rao? Kenapa Ia belum menemukanku? Kuharap sesuatu yang buruk tidak terjadi padanya juga." Pikir Gulf.

*

Rao memiliki perasaan buruk akan hal ini. Ia harus segera menemukan tuannya. Ia seketika beralih pada mode siaga. Rao kembali menemukan dan mengejar Gulf memasuki sebuah gang menjauh dari keramaian. "Tuan?" Panggil Rao. Tidak menunggu lama ia meraih topeng orang yang kini dalam jangkauannya, dan firasat buruknya benar, ia tidak menemukan tuannya dan kembali menemukan orang yang berbeda.

Tuannya, ia sangat mengenalinya meski melihatnya di berbagai sisi, tapi entah kenapa hari ini banyak yang memakai pakaian sama dengan tuannya, dengan postur yang tidak wajar sama juga seperti disengaja. Merasa janggal, ia memberikan pukulan pada orang yang ditemukannya saat ini hingga tidak sadarkan diri.

"Aku harus menyelidikimu setelah ini." Kemudian ia berlari pada arah sebaliknya ia datang tadi. Jika intuisinya benar, dan orang-orang ini entah siapa dan apa maksudnya menjauhkannya dari tuannya, ia akan menemukan tuannya pada arah sebaliknya dari kerumunan festival. "Tuan. Kau harus bertahan apapun yang terjadi."
.
.

Seketika setelah Rao pergi seseorang mengambil pemuda pingsan yang ditinggalkannya, dan menyerahkan pada rekannya. Kemudian orang tersebut dengan cepat menyusul Rao.

*

Gulf akhirnya kembali menemukan kontrol akan tubuhnya, sedikit demi sedikit tenaganya kembali. Tidak sia-sia siksaan yang diam-diam diberikan neneknya padanya.

(Long Flashback)
Nenek Gulf menerima dua surat di tangannya. Surat yang sudah lama ia perjuangkan salah satunya, dan satu lainnya yang tidak sangka akan ia dapat. Keduanya dari rumah sakit.

Membaca salah satunya, ia mengetahui dirinya sedang sakit dan usianya tidak lama lagi. Tapi diusianya sekarang ini ia tidak terlalu bersedih. Satu-satunya kekhawatirannya adalah cucunya dan bagaimana ia akan bertahan nanti.

"Aku akan membawanya ke istana, dan akan melindunginya semampuku." Ratu memberikan janjinya pada nenek Gulf. Ia tahu yang dikhawatirkannya. "Kau tahu aku menyayanginya seperti putraku sendiri. Dan.. kau benar.. dan tahu sekarang.. kalau di luar istana lebih berbahaya." Ia berusaha tetap tegar mengatakannya.

"Tetap saja, saat dihadapkan pilihan harus menyelamatkan putramu atau Gulf kau akan lebih memilih putramu." Jawab nenek tenang.

"Aku tidak akan membiarkan pilihan seperti itu ada. Nenek, kau Tahu Phana akan melindunginya juga. Meski Ia tidak pernah ikut menemui Gulf, Ia selalu menanyakannya tiap kali aku kembali, bagaimanapun juga Ia putranya, dari seseorang yang sangat dicintainya." Ratu menjelaskan berhati-hati.

"Kubilang jangan pernah menyebut namanya lagi dihadapanku!." Jawaban nenek kali ini dingin, tidak ingin mendengar nama orang yang sudah menghancurkan hidup putrinya satu-satunya. Ia kemudian menghela nafas dalam.

Prince GulfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang