(Masih Flashback)
Hari-hari Gulf setelahnya tidak semakin membaik. Entah kapan ia bisa kembali bermain seperti dulu.Neneknya benar kembali, dan berkala memberikannya minuman yang dibilangnya obat, dengan jumlah yang semakin banyak tiap kalinya.
Suatu hari neneknya memberikan dosis lebih kecil dan saat meminumnya Gulf mengenali rasa tidak nyamannya tapi tidak lagi sakit dulu. Tidak seperti saat pertama meminumnya. Hingga kelamaan jumlah banyak pun tidak terlalu mengganggunya. Antara tidak sakit sama sekali, atau sakit yang hanya sekejab dan segera menghilang beberapa saat setelahnya.
Ia pikir sakitnya sudah sembuh. "Nenek. Sku sudah sembuh kan? Tidak lagi sesakit dulu, hari ini aku bisa keluar bersama Rao." Ceria gulf. Seminggu ini ia baik-baik saja meski masih terus meminum obatnya dengan dosis yang terus meningkat.
Nenek Gulf hanya tersenyum kecut mendengarnya. Mungkin ia bisa melepaskan cucunya untuk bermain hari ini saja. Tapi ia sungguh tidak tahu sejauh mana Gulf bisa bertahan, bagaimana jika perhitungannya salah, dan ia pergi lebih cepat.
"Minum ini dulu." Nenek gulf memberikan gelas racunnya, yang sudah diramunya dengan herbal tertentu untuk menyelesaikan metode ini.
Gulf menerima dengan enteng. Deg. Saat hendak meminumnya ia mencium bau yang berbeda. Ragu-ragu Gulf tetap meminumnya. Jantungnya berdetak lebih cepat, tapi tidak terjadi apa-apa. Hanya pikirannya saja ternyata.
"Sudah.. aku akan keluar." Gulf tergesa mendengar langkah Rao yang baru datang. Tapi baru saja berdiri dan berjalan beberapa langkah Ia seketika ambruk tidak sadarkan diri.
"Gulf!" Rao yang baru saja masuk dan ingin menyapa Gulf dihadapannya terkaget melihat temannya tiba-tiba terjatuh.
"Kau pulang saja. Gulf butuh beristirahat mungkin sampai besok atau lusa." Jelas nenek Gulf.
Rao melihat Gulf digendong memasuki kamarnya. Ternyata butuh tiga hari hingga Gulf sadar, ia sudah berfikir akan kehilangan temannya melihat Gulf yang sangat lemah.
Rao tahu tentang obat yang berkala diberikan pada Gulf dan penasaran. Kemudian melihat nenek Gulf memasukkan herbal yang dikenalnya. Hanya mencelupkan sedikit sekali serbuk obat tersebut pada segelas minuman bisa membuat ayahnya tidak sadarkan diri seharian. Nenek Gulf memberikannya untuknya agar dapat digunakan saat ayahnya mulai mabuk agar tidak memukulinya.
Tapi nenek Gulf memasukkan sebanyak itu untuk Gulf? dan beberapa obat lain. "Kau melihatnya?" Nenek Gulf selesai membuat ramuannya. Rao menahannya saat akan pergi.
"Gulf baru saja bangun." Ucap Rao takut-takut. "Kenapa?" Tanyanya.
"Gulf salah apa?"
"Gulf tidak pernah memukul siapapun."
"Bahkan.. bahkan.. saat anak-anak nakal itu melempari Gulf.. Gulf hanya mengajakku segera pergi."
Rao memegang erat baju nenek Gulf, mencegahnya memasuki kamar Gulf.
"Aku akan meminumnya." Rengek Rao kemudian.
"Apa kau bilang?" Nenek Gulf mengangkat alis tidak percaya.
"Aku.. ak aku akan.. meminumnya untuk Gulf." Ucap Rao Kecil terbata.
Nenek Gulf menunduk mengusap kepalanya. "Kau anak baik. Aku sekarang percaya kau akan benar-benar melindungi Gulf nanti." Senyumnya kemudian melepaskan tangan kecil itu dari roknya.
"Gulf..aa.." Rao menangis diluar kamar Gulf.
Setelah meminum mangkok obat dengan gemetar Gulf kembali tidak sadarkan diri. Suara tangisan Rao perlahan terdengar menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince Gulf
FanfictionGulf merupakan pangeran termuda yang terlahir dari dayang biasa, ibunya meninggal saat melahirkannya. Kerajaan Ning memiliki tiga Pangeran dan dua Putri. Max Pangeran pertama sekaligus Putra Mahkota, kemudian lahir putri Fai keduanya dari Ibu Ratu s...