Selain belajar berucap, kita juga mesti belajar diam.
***
Sedari kecil, kita diajarkan untuk berucap. Sepatah kata "ta-ta-ta" yang keluar dari bibir kita yang masih bayi itu, membuat orang tua kita girang sekali.
Seiring waktu, kita tumbuh besar, kosakata kita semakin banyak, dan semakin mampu mengolah dan menyampaikan maksud kita melalui lisan maupun tulisan.
Ditambah lagi, sekarang kita hidup pada masa semua orang bebas mengutarakan pendapat dan mengekspresikan dirinya, terutama melalui media sosial. Mulai dari menuangkan gagasan di tulisan, curhat tentang pasangan, joget-joget di tengah jalan, hingga adu bacot mengenai bumi itu bulat, datar, trapesium, atau jajargenjang.
Terus, apa itu nggak boleh?
Boleh-boleh aja.
Namun, karena kita terbiasa dilatih untuk berucap, sebagian dari kita lupa untuk diam. Maka dari itu, diam sangat penting juga untuk dipelajari.
Ada hadis nabi Muhammad yang bunyinya begini, berbicaralah yang baik atau diam.
Kata seorang guru, "Jika saatnya tepat untuk bicara, bicaralah. Kalau momennya tepat untuk diam, diamlah. Bicara dan diam ini hanya masalah ketepatan waktu. Semakin runcingnya masalah seringkali terjadi karena kita terlalu terburu-buru bicara atau telat bicara."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelajaran Rahasia [TAMAT]
AléatoireSeri #16 Humaniorama Bagi sebagian orang, belajar itu tidak menarik. Hanya saja, apa yang ada dalam buku ini bukan pelajaran pada umumnya. Ini pelajaran rahasia yang mungkin akan menggelitik pola pikir pembaca. Penasaran?