[CAPITULUM III]

3.5K 470 2
                                    

 
}{ }{ }{


Mata remaja itu terbelalak saat melihat sosok itu menusuk dada ibunya lalu membanting ke lantai seperti seonggok sampah terlihat ayahnya yang berusaha bangkit setelah sebelumnya dikalahkan oleh sosok tersebut.

"Aldrick cepat pergi dari tempat ini" telepati ayah itu kepada anaknya yang sedari tadi hanya berdiri kaku tidak jauh darinya dengan ekspresi ketakutan

"Tap__"

"CEPAT PERGI ALDRICK!!" Teriak nya histeris lalu menerjang sosok itu dengan kekuatan nya.

"DAN BALASKAN DENDAM KI___AKHH!!"




Diantara rimbunnya pepohonan terlihat beberapa bayangan hitam melesat cepat menuju ke arah timur.

"Yang mulia, Ini?" Pemuda itu menutup mulutnya dengan tangan saat melihat bangunan didepannya

Tanpa menjawab pertanyaan dari tangan kanan nya pemuda yang dipanggil Yang mulia itu melangkah memasuki sebuah istana besar yang hancur dibeberapa bagian.

Setelah melewati gerbang yang hancur ia sampai disebuah aula yang terdapat banyak tulang belulang berserakan,

"Kalian bersihkan aula ini, aku ingin pergi atas" melangkah menuju tangga " Dan jangan ikuti diriku Dean"

Dean, tangan kanannya hanya mendengus lalu mulai membantu yang lain membersihkan tulang belulang .

Aldrick dengan kasar membuka sebuah ruangan setelah terbuka ia lalu memasukinya dengan ekspresi tidak tertebak.

Ruangan dimana kejadian seratus tahun lalu terjadi, ia melirik ke arah bingkai foto yang masih berdiri namun tertutup dengan debu,
Aldrick memandang sendu kearah foto yang ia usap tersebut.

"Maafkan aku yang baru pulang sekarang"lirihnya.

Dengan kekuatannya Aldrick membersihkan ruangan tersebut dan memperbaiki beberapa bagian yang telah hancur, tulang belulang orang tuanya tidak berada dikamar tersebut.

"Apakah ayah berhasil mengalahkan sosok itu?" Aldrick memejamkan matanya sebentar lalu membuka lagi

"Sosok itu membawa mereka"ujarnya geram.

Sedangkan disebuah hutan lain seorang anak kecil merengut kesal kepada pelayan yang ia anggap orang tuanya

"Aku kan sudah bilang jangan memanggilku nona"kesal nya karna selalu dipanggil nona Joanna dan selalu nona padahal mereka yang telah mengasuh dirinya hingga menjadi seperti sekarang.

"Dan aku hanya ingin bermain mengapa kalian selalu mengikuti ku?" Tanyanya jengkel

"Apakah menurut nona ada anak sekecil anda yang bermain dengan pedang?" Tanya kyra sembari ingin mengambil pedang yang berada ditangan Joanna.

"Tentu saja ada" balas Joanna lalu semakin memeluk erat pedangnya dan berjalan memasuki rumah, Kyra selalu saja melarang dirinya bermain padahal dibalik kata bermain ia ingin berlatih dan mencari tau apakah bakat nya saat menjadi Chloe masih ada atau tidak?

Sekarang diumurnya yang baru beranjak 7 tahun, ya tidak terasa ia sudah berada didalam dunia novel selama itu banyak hal yang telah terjadi namun dirinya masih menjadi manusia belum ada tanda-tanda seorang vampir dan ia bersyukur akan hal tersebut.

Menyeret pedang milik Edmund ksatria nya itu Joanna akan memasuki kamarnya namun di cegat oleh sang pemilik pedang

"Nona kecil ku seharusnya anda jangan bermain pedang" Edmund mengambil pedang nya "Nona mainkan ini saja" ujarnya

I Become a Princess?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang