Train to Bangkok - Part 01

633 47 1
                                    

Gun Atthaphan tersenyum lebar, ia menatap secarik kertas di genggaman nya dengan riang. Sesekali Gun juga membenarkan letak tas ransel yang ia pakai di bahu kirinya. Mata pria bertubuh mungil itu melihat ke arah atas dimana sebuah jam dinding berukuran besar terletak disana.

"25 menit lagi." Gumam Gun pelan tak sabaran.

Sekarang Gun tengah berada di sebuah stasiun Kereta, menunggu sang kereta api menjemputnya sebentar lagi. Sungguh, Gun benar-benar tidak sabar. Sebab sudah sekian lama ia ingin pergi berlibur ke Bangkok, namun hal kecil tersebut tak pernah terwujud karena kesibukan nya sebagai pekerja paruh waktu di kota terbesar kedua di Thailand, Chiang Mai.

Ciiitttt

Bunyi roda kereta api berhenti terdengar nyaring di stasiun tempat Gun berdiri kini. Tanpa menunggu apapun lagi, ia memasuki pintu gerbong terlebih dahulu agar tubuh mungil nya tak terhimpit oleh orang-orang yang berdesakan menaiki kereta tersebut.

Sekitar tiga menit Gun baru duduk di sebuah bangku kosong di gerbong nomor 11, bagi Gun itu adalah spot terbaik untuk bersantai sembari melihat pemandangan luar dari jendela kereta. Ia mengambil sebuah buku cukup tebal dari dalam tasnya, setelah selesai ia segera meletakkan tas nya pada ruang penyimpanan di bagian atas kereta.

Gun menyamankan posisi duduk nya. Ia bahkan tidak sungkan untuk menaikkan kedua kaki selonjoran di kursi depan yang kebetulan juga masih kosong. Setelah merasa nyaman, Gun membuka buku tadi lantas mulai membaca hingga ia larut dalam kalimat tanpa mempedulikan penumpang sekitarnya.

"Permis Khun, apa kami boleh duduk disini?"

Suara seorang pria menginterupsi kegiatan yang tengah dilakukan oleh Gun. Gun menengadahkan kepala, memandang ketiga pria di depannya satu persatu. Dan manik mata Gun terhenti pada salah satu pria tampan bermata sipit yang juga balas menatap nya dengan intim. Sesaat, Gun lupa caranya bernafas, hingga pada akhirnya Gun mengusap tengkuk lehernya untuk mengalihkan rasa gugup.

"Te-tentu."

Ahh sial, Gun merutuki kebodohan nya karena rasa gugup kini makin terlihat lebih jelas. Sungguh, Gun ingin bertanya siapa pria itu. Mengapa pria yang sekarang duduk disampingnya begitu mempesona dan menawan hati?

"Apa Khun pergi sendirian saja?" Tanya salah satu pria berparas manis.

Anggukan kecil dikeluarkan oleh pria mungil itu. "Gun. Panggil aku Gun." Ucap Gun merasa risih karena ketiga pria di depannya bersikap terlalu formal padahal jika dilihat sekilas, mereka masih seumuran.

"Ah baiklah, aku Krist." Balas pria berparas manis tadi, lalu ia menggenggam tangan seorang pria berkulit Tan yang mendudukkan diri di sampingnya, "Dia Singto, kekasihku dan pria disampingmu adalah sahabatku, Off." Lanjutnya memperkenalkan satu persatu pada Gun.

Gun mengangguk tanda mengerti, ia melirik sekilas sosok pria tampan disebelahnya bertepatan dengan pria itu juga melihat kearahnya. Membuat Gun semakin gugup. Gun segera mengalihkan perhatian nya pada pemandangan dari balik kaca jendela, menormalkan detak jantung nya yang seolah-olah kini ingin meloncat keluar.

Tanpa Gun sadari jika pria disebelahnya hanya menggelengkan kepala, merasa gemas dengan tingkah pria mungil itu.

⚡⚡⚡

"Sampai kapan kau akan tidur pria kecil?"

Suara seseorang menyapa indera pendengaran Gun, ia mengerjapkan mata agar terbiasa dengan cahaya yang masuk kedalam retina nya. Gun hampir saja berteriak kaget karena mendapati kepalanya kini tengah bersandar dengan nyaman di bahu pria yang sejak pertemuan pertama mereka berhasil membuat suasana hati Gun kacau balau. Gun segera membenarkan posisi untuk duduk dengan benar, merasa malu sebab dengan tidak sopan tidur di bahu orang asing.

☑️ Imagination [OFFGUN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang