4. | Get to Know You

718 139 61
                                    

〈Hai. Kalau suka bab ini nanti, jangan lupa vote dan comment-nya, ya. Ditunggu!✨〉

Elvan | Esther❝Get to Know You❞︎

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Elvan | Esther
Get to Know You❞︎

◦•●◉✿

“Jadi, Bang. Aku di library kampus, ya. Masih ingat, kan?”

Selagi Morela Indrista—perempuan cantik di sampingnya—tengah asyik bercengkerama lewat gawai dengan seseorang, Esther tampak tak terganggu sama sekali. Ia menandaskan sisa air mineralnya, lalu kembali fokus terhadap laptop milik Morela. Selanjutnya, jari jemari Esther bergerak lincah dan berusaha teliti terhadap deretan kalimat yang tertera di layar.

“Sudah sepi, kok, ini. Aman aja kayaknya.”

Melihat Morela masih merespons penelepon—entah siapa, niat Esther untuk menanyakan sesuatu diurungkannya. Ia beralih mengambil ponsel miliknya, serta-merta membalas segenap pesan masuk yang belum sempat dibuka. Tak lama kemudian, Esther menoleh kala Morela terdengar mengucapkan kalimat perpisahan dan mengakhiri panggilan.

“Kita harus cepat, Es. Abang gue sudah di jalan.”

“Selesai, kok, ini tinggal kesimpulan,” ucap Esther sambil menegakkan punggungnya.

“Oke, lanjut, yuk.”

Seperti yang diperkirakan, sepasang perempuan itu bekerja sama dengan amat baik. Walaupun dibayang-bayangi akan singkatnya waktu yang diberikan dosen serta jadwal magang masing-masing, Esther dan Morela berhasil menyelesaikan tugas tanpa kesulitan berarti. Wajar saja, mengingat keduanya termasuk mahasiswi berprestasi di kampus.

Bersamaan Morela menyimpan laptopnya, Esther memasukkan barang-barangnya ke dalam tas. Ia juga merapikan rambutnya yang sedikit berantakan, lalu menyusul Morela bangkit setelah berjam-jam menempati salah satu kursi yang tersedia. Seketika Esther berdesis sembari meremas belikatnya yang terasa pegal.

Sesudah memastikan kursi yang digunakan kembali tertata rapi, Esther menyusul Morela dan keluar dari ruang penuh koleksi berbagai jenis buku itu. Biarpun tidak terlalu akrab selama berada di kelas yang sama, tetapi ia nyaman tiap kali satu kelompok atau sekadar mengobrol dengan Morela. Oleh karena itu, Esther tak canggung mengawali percakapan di antara mereka.

“Gue baru tahu kalau lo punya kakak.”

“Kayaknya memang nyaris enggak ada yang tahu, deh. Gue sama kakak gue, tuh, berasa backstreet bertahun-tahun.”

Esther kontan mengernyit bingung, hanya saja mulutnya tidak mampu terbuka. Ia sekadar mengangguk kecil, tidak berniat memberikan respons lebih lanjut. Esther bukanlah tipe orang yang hobi mengulik menyangkut privasi, terlebih sesuatu yang seperti dirahasiakan. 

She and Her Perfect IdolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang