CHAPTER 1

91 4 0
                                    

*****

"Yaaaa!!" "Hebaat!!" "Bagus!!"
Sorakan-sorakan penyemangat bagi tim basket SMA-ku. Saat ini aku dan juga teman-teman sedang mengikuti perlombaan basket tingkat provinsi. Jika kami menang dalam pertandingan kali ini, kami akan masuk ke babak final. Yap, kami sudah masuk babak semi final.

Beberapa menit lagi pertandingan akan selesai, dan tim kami masih memimpin jauh. Tinggal hitungan detik pertandingan akan selesai.

"Ayo! Ayo! Ayo!" Sorakan murid-murid yang datang untuk mendukung kami.
"5... 4... 3... 2... 1!!" Hitungan mundur siswa-siswi SMA kami pun selesai. 

Peluit berbunyi dan sorakan semakin riuh ketika peluit berhenti berbunyi, pertanda pertandingan telah usai. Semua siswa berlari ke tengah dan bersorak ria serta memberi selamat juga semangat untuk pertandingan selanjutnya.

"Kamu hebat Put! Strategi yang bagus!" Ucap Airin memelukku.
"Terima kasih Rin, permainan kamu juga hebat tadi!" Kataku memuji Airin kembali.
Suatu kebanggaan tersendiri bisa menjadi kapten tim basket yang bisa membawa timnya sampai ke final, apalagi jika bisa memenangkan pertandingan final dan membawa nama sekolah dengan usaha sendiri.

Namaku Putri, Putri Ratna Hartanto lengkapnya. Aku biasa dipanggil Putri. Aku bersekolah di salah satu SMA ternama Bandung. Aku aktif di bidang olahraga basket dan aku sangat senang karena ditunjuk sebagai kapten tim. Setelah mendapat libur 2 hari dari sekolah, aku kembali masuk. Saat ini aku menunggu seseorang di depan rumah. Aku selalu pulang dan berangkat bersamanya, dia adalah sahabat sejatiku. Aku dan dia sudah mengenal sejak duduk di bangku sekolah dasar.

Kulihat arlojiku, sudah jam 6 lebih 10 menit. Biasanya jam 6 sudah datang, tapi kenapa sekarang tidak kelihatan sama sekali? Batinku. Dan tak lama, dia datang juga.

"Lama banget sih? Suruh cepet-cepet sendirinya lama!" Ucapku.
"Udahlah, ayo naik."
"Ish, kamu itu selalu gitu. Kamu tau gak 2 hari yang lalu hari apa?" Tanyaku.
"Apa ya? Hari sabtu."
"Iih, 2 hari yang lalu itu pertandingan semi final aku!"
"Iya aku tau." Dia memberikan helm padaku.
"Kalau kamu tau, kenapa kamu gak dateng?" Tanyaku sembari mengenakan helm.
"Aku sibuk." Singkatnya.
"Kamu itu selalu gitu, gak pernah mau dateng di hari yang penting buatku." Ucapku.
"Oke, aku minta maaf. Udahlah, ayo cepet!" Dia menarik tanganku.
"Iya sabar." Aku pun naik. "Kamu gak tanya, kemarin menang atau kalah?" Tanyaku.
"Nanti aja, sepulang sekolah kamu ceritain." Ucapnya, datar sekali.

******

NOTEBOOK PENGUNGKAP RAHASIAWhere stories live. Discover now