CHAPTER 16

35 2 0
                                    

****************

Teriakan semakin keras ketika pertandingan sudah dimulai. Tim lawan sangat hebat, kami tertinggal beberapa poin. Aku juga tidak fokus karena aku melihat ke sekitar. Aku sangat berharap kalau Afif datang untuk mendukungku. Di quarter pertama, kami tertinggal, 11-15. Pertandingan dilanjutkan, namun aku masih belum bisa fokus. Al Hasil, Tim kami kalah di pertandingan babak pertama. 19-23.

"Ayo Put! Kita harus semangat! Ini kesempatan kita untuk membawa nama sekolah!" Fitri menyemangatiku. Aku hanya mengangguk. Pertandingan babak kedua quarter ke tiga dimulai. Aku masih mencari sosok Afif di sekitar penonton. Saat aku tengah memegang bola. Aku melihat Afif. Dan dengan cepat musuh merebutnya dan memasukkannya ke ring.

"Put! Ada apa sama kamu? Kamu kelihatannya gak fokus!" Aku tidak memperdulikan Nina. Aku melihat ke arah Afif. Dia berdiri di antara banyaknya penonton. Dia mengangkat tangannya dan berkata "SEMANGAT" meski tidak terdengar.

Setelah itu, aku menjadi semangat. Aku sangat senang karena Afif datang. Dan akhirnya pun, pertandingan menjadi milik kami. Hingga akhir pertandingan. Timku selalu memegang bola. Dan akhirnya, kami menang. 33-30 poin akhir. Ketika aku melihat ke arah penonton. Aku tidak melihat Afif lagi. Aku lalu berlari ke arah penonton saat Afif berdiri. Aku bertanya kepada penonton memang benar ada seorang yang aku sebutkan ciri-cirinya, yaitu Afif. Namun dia pergi ketika pertandingan selesai.

Aku berlari keluar dan mencari Afif. Namun sudah tidak ada siapapun. Aku lalu masuk kembali dan mengambil tasku lalu berencana untuk pulang. Namun ketika aku mau pulang. Ardi memanggilku.
"Mau kemana Put? Ini ada titipan dari Afif." Dia memberikanku notebook coklat milik Afif. Aku lalu membuka tasku. Tidak ada notebooknya disana. Aku lalu membuka halaman setelah halaman terakhir yang terdapat tulisannya.

'Put, aku tau kamu pasti bisa menang. Aku senang bisa bertemu denganmu. Aku bahagia bisa mengenalmu. Kamu adalah satu-satunya orang yang bisa membuat aku tidak merasa kesepian meski aku hanya melihat wajahmu saja. Aku menaruh notebook ini saat kita ada di mobil kemarin, dan maaf tadi aku mengambil notebook ini secara diam-diam saat kamu sedang bertanding. Aku pindah ke Singapura karena pekerjaan ayahku, aku berharap kamu bisa berbahagia.'

"Singapura? Aku ingat saat Afif berkata 'Aku Cuma mau lebih lama aja sama kamu'." Ucapku. Air mataku menetes.
"Gak! Aku gak mau kamu pergi!" Teriakku. Semua siswa lalu menuju ke arahku. Terutama anggota tim basketku.
"Afif! Aku gak mau kamu pergi! Aku gak bisa kehilangan kamu!" Air mataku mengalir dengan derasnya. Airin memeluk dan mencoba menenangkanku. Namun itu sia-sia, hanya Afif yang bisa membuatku tenang sekarang. Aku benar-benar merasa bersalah karena aku tidak melihat Afif.

Kesalahan terbesarku adalah 'Aku tidak melihat ke belakang. Aku tidak melihat seseorang yang ada di belakangku. Aku hanya melihat orang yang ada di depanku. Dan ternyata kenyataannya adalah Ada seseorang yang lebih peduli padaku dari pada orang yang aku pedulikan....


**********END*********

NOTEBOOK PENGUNGKAP RAHASIAWhere stories live. Discover now