Lembar Kedua

1.1K 229 40
                                    

Seharusnya musim dingin adalah musim yang paling (Y/n) tunggu. Karena di saat itulah ia bisa dengan bebas bermain salju ataupun melakukan ice skating di danau dekat rumahnya yang membeku ketika musim dingin tiba.

Ya, seharusnya.

Namun, setelah tiga minggu memasuki musim dingin, nyatanya (Y/n) tidak bisa melakukan hal yang ia sukai itu. Padahal sekolahnya tersisa satu minggu lagi sebelum libur musim dingin.

"Ohayou..." sapa (Y/n) pelan ketika ia tiba di ruang makan, di mana ibunya dan kakaknya telah berada di sana. Menunggu kedatangannya.

"Ohayou, (Y/n)," sahut ibunya dari dapur.

"Aku kira kau tak akan bangun," celetuk Keisuke. Lelaki itu sudah tampak rapi dalam balutan seragam sekolahnya.

"Aku belum mati," sahut (Y/n) datar. "Namun jika aku benar-benar mati, kau jangan bersedih ya, Keisuke Nii-chan."

"Hush! Jangan berkata yang tidak-tidak, (Y/n)," sela ibu mereka, menginterupsi adu mulut yang tengah dilakukan oleh (Y/n) dan kakaknya itu.

"Aku hanya bercanda, Kaa-san."

Seusai pertengkaran singkat yang biasa terjadi itu, (Y/n) pun duduk di hadapan ibunya. Sementara itu, Keisuke duduk di sebelahnya.

Ketika melihat menu sarapannya hari ini, rasa mual tiba-tiba menyeruak naik ke kerongkongannya. Membuat gadis itu sontak berlari dengan terburu-buru menuju kamar mandi. Lalu, memuntahkan isi perutnya yang berupa cairan berasa asam karena gadis itu belum memakan apapun sejak kemarin malam.

"(Y/n)! Kau baik-baik saja?"

Ibunya tiba-tiba datang. Raut wajahnya berubah khawatir disertai pikiran-pikiran yang paling buruk tentang anak perempuannya itu.

"Jangan pernah berpikir jika aku hamil, Kaa-san," sergah (Y/n) sebelum ibunya itu mengatakan isi pikirannya yang membuat (Y/n) memutar bola mata.

"Ada apa?"

Dari belakang ibunya, Keisuke tiba-tiba datang. Ia melirik sekilas ke arah (Y/n) yang tampak berantakan. Bahkan seragam yang dikenakan gadis itu pun tampak lecek di beberapa bagian.

(Y/n) menekan tombol flush yang berukuran lebih kecil di atas kloset duduk itu. Kemudian, air pun mengalir dari sana. Membawa pergi hasil muntah dari isi perutnya.

"Kau yakin akan pergi ke sekolah hari ini?" tanya ibunya, memastikan keadaan (Y/n). Wanita itu yakin jika saat ini kesehatan (Y/n) tidak baik-baik saja. Belakangan ini, gadis itu memang tampak lemas, namun ia pikir itu memang kebiasaan (Y/n). Tampak lemas dan tak bertenaga.

"Aku baik-baik saja, Kaa-san," sahut (Y/n), meyakinkan ibunya. Gadis itu pun melirik sekilas ke arah Keisuke yang sejak tadi tampak diam saja. "Ayo kita berangkat, Nii-chan."

Seusai mengatakan satu kalimat itu pada ibunya, (Y/n) pun berlalu ke halaman depan rumahnya. Ia menunggu Keisuke tiba lalu mereka pun pamit kepada sang ibu sebelum motor milik lelaki itu melaju dengan kecepatan penuh menuju sekolah.

***

Nyawa (Y/n) terasa seperti menghilang setengahnya. Ia bahkan tidak sadar jika dirinya sudah tiba di pelataran parkir sekolah. Seharusnya gadis itu baik-baik saja mengingat ini bukan kali pertama ia diantar ke sekolah oleh Keisuke.

"Lain kali, kendarai motormu lebih cepat, Nii-chan," ujar (Y/n) sarkas seraya melirik sinis ke arah kakaknya.

Yang dilirik hanya menyeringai puas. "Akan kulaksanakan dengan senang hati, (Y/n)."

Setelah menatap sebal kakaknya sekali lagi, (Y/n) pun melangkahkan kakinya ke kelas. Meninggalkan Keisuke yang mendengus sambil tersenyum tipis.

***

Jam istirahat merupakan saat-saat yang paling ditunggu oleh murid-murid di sekolah. Termasuk (Y/n). Tepat ketika (Y/n) menguap untuk yang kesekian kalinya, bel istirahat pun berdering. Seolah-olah ia tahu jika (Y/n) sedang membutuhkan bantuannya untuk segera mengakhiri mata pelajaran saat ini juga.

Dikarenakan kepalanya terasa pusing—padahal ia sudah sangat lapar—alhasil (Y/n) berbelok ke arah UKS. Hendak mengambil obat yang bisa meredakan pening di kepalanya itu.

Namun, sebelum (Y/n) sampai di ruang UKS, pandangannya justru mulai menghitam. Sekelilingnya terasa berputar dan berubah menjadi buram sehingga ia tak bisa melihat dengan jelas.

Tidak ingin pingsan di tengah koridor—meskipun koridor tampak sepi karena para murid dominan menghabiskan waktu mereka di kantin—(Y/n) tetap berusaha untuk membuka matanya. Ia tidak boleh pingsan saat ini. Setidaknya sampai ia tiba di ruang UKS nanti.

"Jangan lemah seperti ini, (Y/n)." Gadis itu berusaha menyemangati dirinya sendiri. Ia mengumpulkan kesadarannya yang mulai tercerai-berai.

Namun, usahanya itu pun gagal. Secara tiba-tiba namun pasti, (Y/n) sudah ambruk lebih dahulu ketika sepasang tangan menahan tubuhnya menyentuh permukaan lantai.

***

(Y/n) melenguh ketika sinar matahari menyinari wajahnya. Ia tersentak kala mendapati sebuah kompres yang hangat di dahinya. Tangannya menyentuh kompres itu. Membiarkan kehangatan ikut mengalir ke bawah telapak tangannya.

"Sudah bangun?"

Suara itu mengejutkan (Y/n) yang tengah terpejam. Gadis itu mendapati sosok kakak laki-lakinya dengan wajahnya yang penuh plester. Meskipun demikian, masih ada beberapa lukanya yang terlihat akibat tidak ia tutupi dengan plester.

"Mengapa Nii-chan bisa berada di sini?" tanya (Y/n) heran. Terlebih sekarang masih jam pelajaran.

"Aku melihatmu yang berjalan terhuyung-huyung di koridor. Aku hendak memanggil namamu, namun tidak sempat kulakukan karena kau sudah ambruk lebih dulu," terang Keisuke.

Setidaknya (Y/n) merasa bersyukur karena kakaknyalah yang ternyata menolong dirinya, bukan orang lain. Gadis itu tidak ingin kehidupan di sekolahnya sama seperti komik-komik romansa yang ia baca. Seperti seorang lelaki yang tak sengaja menolong si gadis pemeran utama dan membawa gadis itu ke UKS.

Ia mendecih. "Terlalu klise." Tanpa disadari, (Y/n) justru mengutarakan isi pikirannya.

"Apa?"

Sadar jika ia mengucapkannya secara langsung, (Y/n) pun menggeleng. "Bukan apa-apa."

"Kau tidak kembali ke kelas?" tanya (Y/n) setelah menyadari Keisuke berada di sana sejak tadi. Bahkan mungkin sebelum (Y/n) siuman.

"Tidak perlu. Ada yang lebih penting di depanku," sahutnya yang kontan membuat (Y/n) mengalihkan pandangan. Menghindari kontak mata dengan lelaki itu.

"Terima kasih sudah menolongku, Nii-chan."

***

END ━━ # . 'Hi, Brother! ✧ Baji KeisukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang