Lembar Ketiga

1K 204 18
                                    

Hari ini (Y/n) tidak masuk sekolah.

Demamnya semakin parah bahkan hingga membuat ibunya panik dan mengabari ayahnya yang masih berada di Indonesia. Menurut (Y/n), penyakit demamnya saat ini bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan secara berlebihan. Justru demam merupakan pertanda baik jika tubuh sedang menyerang virus yang berada di dalam sana.

Manik abu-abu milik gadis itu menatap butiran-butiran salju yang menempel di jendela kamarnya. Ia seketika teringat dengan apa yang telah ia lakukan empat hari yang lalu, ketika Haku mem-bully-nya lagi. Sepertinya siraman air di bawah hujan salju itulah yang membuatnya demam hari ini.

Jika ia boleh jujur, (Y/n) sudah merasa sangat bosan dan ingin bermain ke luar. Namun, ibunya melarangnya dengan dalih demam gadis itu bisa semakin parah.

Alih-alih menuruti perkataan ibunya, (Y/n) justru melanggarnya, bahkan lebih parah. Setelah pakaian yang cukup tebal berada di sekujur tubuhnya, gadis itu mengendap-endap keluar dari jendela kamarnya. Ia membuka jendela tersebut, lalu keluar dari sana dengan mudahnya. Yang ia butuhkan saat ini bukanlah obat-obatan dengan berbagai macam bentuk, melainkan sebuah refreshing.

Di balik jendela, Keisuke sudah menunggu sambil duduk di atas jok motornya. Lelaki itu dikenakan masa hukuman; yakni ia dirumahkan selama tiga hari karena tingkah laku berandalnya ketika ia berada di sekolah. Namun, (Y/n) justru bersyukur kakaknya terkena skors, meskipun gadis itu tahu hal ini sama sekali tidak bisa disyukuri. Tetapi, karena Keisuke berada di rumah saat ini, maka dari itu (Y/n) pun bisa memiliki partner in crime yang paling tepat untuk melanggar perintah ibunya.

Omelan ibunya? Tenang saja, ia akan mendengarkannya nanti setelah pulang bersenang-senang bersama Keisuke.

"Kau ingin ke mana hari ini?" tanya Keisuke ketika (Y/n) menghampirinya.

"Makan ramen."

"Itu pilihan yang bagus," sahut Keisuke setuju.

Secara perlahan, Keisuke mendorong motornya agar tidak terdengar suara bising dari belakang rumah. Di sebelahnya, (Y/n) mengikutinya. Mereka berjalan kaki hingga cukup jauh dari rumah sebelum Keisuke mulai tancap gas dengan kecepatan tinggi. Membelah jalan raya Tokyo siang ini.

***

Matahari telah tepat berada di atas kepala. Meskipun demikian, cuaca tidak terasa panas sama sekali. Justru bisa dikatakan sangat dingin hingga membuat orang-orang menggigil dan bergidik kedinginan.

Sebuah restoran ramen yang tidak terlalu ramai menjadi tujuan (Y/n) dan Keisuke. Setibanya mereka di sana, (Y/n) pun turun lebih dahulu. Disusul oleh Keisuke yang telah mematikan mesin motornya kemudian.

Tungkai kaki milik (Y/n) melangkah masuk ke dalam restoran. Selain untuk menghangatkan dirinya, ia juga sudah tak sabar ingin menyeruput ramen dari dalam mangkuk yang masih panas.

Setibanya di dalam, (Y/n) dan Keisuke duduk saling berhadapan. Gadis itu menyebutkan pesanannya dan pesanan kakaknya kemudian.

"Tumben Nii-chan ingin ikut denganku," ujar (Y/n) memulai percakapan.

"Sesekali tidak apa-apa."

"Kaa-san pasti sudah tahu tentang masa hukumanmu, 'kan?" tanya (Y/n).

Keisuke mengangguk. "Ya, beliau sudah mengetahuinya."

"Bagaimana reaksinya? Aku tak melihatnya tadi karena disuruh masuk ke dalam kamar." (Y/n) menuntut penjelasan lebih lanjut.

"Entahlah. Aku pun tak peduli." Keisuke menatap ke atas, ke arah langit-langit restoran itu yang dicat dengan warna cokelat.

"Tou-san... sudah tahu?" tanya (Y/n) lagi. Kali ini lebih pelan.

"Kurasa belum," sahutnya. Namun, sedetik kemudian lelaki itu tersadar tentang pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh adiknya. "Kau khawatir padaku 'kan?"

"Tidak! Untuk apa aku khawatir pada Nii-chan? Nii-chan selalu menyusahkanku, mengambil ikat rambutku namun tak mengembalikannya dan membuat aku di-bully di sekolah," ungkapnya. Namun, setelah (Y/n) mengucapkan satu kalimat terakhir, ia sadar mulutnya telah keceplosan. Ia menekap bibirnya dan menatap pada Keisuke kemudian.

"Siapa yang melakukannya padamu?"

"B-Bukan! Aku salah bicara! Anggap saja perkataanku tadi tidak pernah kukatakan ya?" bujuk (Y/n). Ia masih bisa mengatasi masalahnya sendiri. Awalnya ia yakin jika Keisuke tahu tentang hal itu, lelaki itu takkan peduli padanya. Namun, keadaan justru berbeda. Lelaki itu bahkan langsung menanyakan siapa pelakunya.

Percakapan itu terhenti kala seorang pelayan datang mengantarkan pesanan mereka. Setelah (Y/n) mengucapkan terima kasih, pelayan tadi pun pergi.

"Siapa. Pelakunya. (Y/n)?"

Kali ini Keisuke menekan setiap kata yang ia ucapkan. Memaksa (Y/n) untuk mengatakannya padanya.

Cengkeraman tangan (Y/n) pada sumpit di tangannya kian mengerat. Kepalanya menunduk semakin dalam. Tanda ia tidak ingin melanjutkan pembicaraan itu.

"Aku... aku tidak bisa memberitahunya padamu, Nii-chan."

***

Yo minna!

Selamat karena sekarang kalian sudah resmi menghalu bersama mayad—

Meskipun mayad, pesonamu tetap ada kok maz, iyes(*´︶'*)ฅ♡

Terima kasih banyak kepada kalian yang sudah membaca juga memberikan vomment. Aku, aku bener-bener terharu sekali atas dukungan kalian semuaaa♡(*´ω`*)/♡

I luv ya!
Wina🌻

END ━━ # . 'Hi, Brother! ✧ Baji KeisukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang