Lembar Terakhir

1K 200 57
                                    

Masa hukuman Keisuke telah berakhir hari ini. Tetapi, meskipun masa hukumannya telah selesai, hari ini adalah hari terakhir mereka ke sekolah sebelum libur musim dingin.

Sama seperti Keisuke, (Y/n) yang sudah merasa sehat pun kembali masuk ke sekolah. Meskipun hari terakhir, setidaknya ia ingin menikmatinya tanpa terkecuali.

(Y/n) memasukan buku Kimia-nya ke dalam tas. Ia berniat untuk mengerjakannya kemarin malam. Namun, pikirannya justru dipenuhi oleh tingkah laku Keisuke yang tampak aneh menurut kacamata (Y/n). Yang jelas sekali tampak berbeda dengan kebiasaan milik lelaki itu. Hingga pada akhirnya, (Y/n) pun tidak mengerjakan pekerjaan rumah Kimia-nya dan berakhir melamun perihal kakaknya yang aneh.

Biasanya, Keisuke pasti akan mengintrogasi (Y/n) setelah ia melihat pesan-pesan yang dikirim oleh orang tak dikenal itu. Namun, ternyata tidak. Justru ia hanya membiarkan (Y/n) bertindak sesuka hatinya. Apakah (Y/n) merasa ingin diperhatikan? Tidak juga. Ia justru merasa cukup senang dengan reaksi kakaknya meskipun dicampur dengan kebingungan.

Sebagai kakak, Keisuke bisa dianggap over protective terhadap (Y/n). Meskipun lelaki itu tampak tidak peduli, namun (Y/n) mengetahuinya. Wajar saja, mereka sudah menjadi kakak beradik hingga usia (Y/n) menginjak angka enam belas tahun di tahun ini. Dalam kurun waktu selama ini, sudah pasti ia mengenal sifat Keisuke dengan baik. Tanpa terkecuali.

"(Y/n), makan sarapanmu."

Lamunan (Y/n) buyar kala mendengar perkataan ibunya. Gadis itu mengangguk paham dan langsung memakan bagian sarapan untuk dirinya sendiri. Ia mencuri pandang ke arah Keisuke di sebelahnya. Kakaknya itu terlihat damai ketika ia tengah menyantap sarapannya.

Selesai sarapan dan mencuci piring, (Y/n) kembali ke kamarnya. Ia mengeluarkan sebuah kotak transparan yang selalu ia intip isinya setiap pagi. Memastikan jika tak ada satu pun yang hilang dari sana.

Kotak transparan itu dibawa olehnya menuju ruang tengah. (Y/n) memberikannya kepada Keisuke. Yang diberikan hanya menaikkan sebelah alisnya, tampak bingung.

"Untukmu, Nii-chan. Aku tidak ingin ada pencuri di rumahku sendiri," ucap (Y/n) seraya menyodorkan sekotak ikat rambut itu.

Keisuke menerimanya sambil mendengus. Kemudian ia menyeringai dan menepuk-nepuk pucuk kepala (Y/n). "Seharusnya kau melakukannya sejak dulu, Adikku yang Manis."

"Namaku (Y/n)! Bukan 'adikku yang manis'!" seru (Y/n) tak terima dengan wajah yang merah padam.

Melihat apa yang dilakukan oleh kedua anaknya, ibu mereka tertawa kecil. Tidak jarang mereka bertengkar, namun di setiap pertengkaran itu, pasti ada kehangatan yang terselip di antaranya.

***

Kali ini, (Y/n) tidak diantar oleh Keisuke ke sekolah. Tindakan itu justru mengundang pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab di dalam kepala (Y/n). Pemikirannya tentang Keisuke yang tampak berbeda pun semakin menguat ketika lelaki itu berkata tidak akan mengantar (Y/n) ke sekolah hari. Entah apa alasannya, ia tidak mengatakannya. Alhasil, gadis itu harus naik bus yang bisa mengantarnya ke sekolah.

Ia duduk menunggu di halte bus. Sesekali pandangannya ia edarkan ke sekitar, memastikan jika bus yang ia tunggu tidak terlewat di depan matanya sendiri.

Sebuah bus berhenti tepat di depan (Y/n). Gadis itu pun melangkah masuk ke dalam dan duduk di barisan dekat jendela. Selagi pandangannya tertuju ke luar, pikirannya masih dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai kakaknya, Keisuke.

***

Sekolah tampak belum terlalu ramai ketika Keisuke memarkirkan motornya di area parkir sekolah. Lelaki itu melepas helmnya kemudian bangkit dari jok motornya. Ia pun berjalan santai menuju loker di bagian dalam sekolah.

Setelah membuka lokernya, pandangan Keisuke tertuju pada belasan amplop yang memenuhi lokernya hingga ia kesulitan untuk mengambil sepatunya. Alhasil, lelaki itu mengeluarkan semua amplop itu dan membuangnya ke tempat sampah, tanpa membacanya lebih dulu.

Dengusan pun langsung keluar dari hidungnya. Kini Keisuke yakin jika ia telah berhasil menangkap tangkapan yang besar dengan umpan yang ia berikan.

***

Kotak bekal milik (Y/n) ditumpahkan begitu saja ke atas tanah. Gadis itu menatap nanar ke arah telur gulung yang dibuat sepenuh hati oleh ibunya yang kini menyatu dengan tanah yang ia pijak.

Pelakunya justru tertawa-tawa seperti orang tak berpendidikan. Atau setidaknya itu menurut (Y/n). Atau ia memang benar-benar tak berpendidikan. Entahlah. Namun, (Y/n) yakin kebenaran ada di salah satunya.

"Bukankah sudah kukatakan sebelumnya? Jauhi Baji-Senpai, Gadis Sialan."

(Y/n) diam sejenak. Ia menghela napas panjang untuk menenangkan dirinya sendiri agar tidak menampar wajah milik iblis di hadapannya itu.

"Sepertinya kau lupa, ya? Aku adalah adiknya, mengapa pula aku harus menjauhi kakakku sendiri hanya untuk menuruti perkataanmu?" balas (Y/n) kesal.

"Kau benar-benar..."

(Y/n) sudah memejamkan matanya siap menerima tamparan yang akan diberikan oleh Haku. Satu detik, dua detik, tiga detik. Namun, tidak ada rasa panas apapun yang menjalar di pipinya.

Ketika (Y/n) membuka matanya, seseorang yang sudah sangat (Y/n) kenal berada di depannya. Menahan tangan Haku dengan erat. Kejadian ini sudah sering (Y/n) lihat di komik romansa yang ia baca. Baginya, cerita seperti itu sudah terlalu klise sampai tak berasa maknanya. Namun, saat ini ia justru mengalaminya sendiri. Sepertinya (Y/n) harus mengurangi membaca komik romansa dan lebih baik ia membaca buku pelajarannya meskipun bisa membuatnya depresi seketika.

"B-Baji-Senpai..." cicit Haku. Ia tampak ketakutan.

"Apakah kau bodoh? Seharusnya kau jangan mengganggu adikku jika tak ingin terkena masalah," ujar Keisuke santai.

Haku melemparkan tatapan tajam sekilas ke arah (Y/n). Yang ditatap hanya diam. Sudah malas melakukan apapun. Ia menyerahkannya pada Keisuke.

"Jangan menganggu adikku lagi atau kupastikan kau tak akan melihat dunia di esok hari," bisik lelaki itu tepat di telinga Haku.

Bisa dipastikan, setelah mendengar kalimat itu, Haku langsung terkena mental.

***

"Jadi, Nii-chan hanya berakting?"

Pertanyaan itu dilontarkan oleh (Y/n) setelah ia mendengar penjelasan singkat dari Keisuke. Lelaki itu sengaja tidak mengantar (Y/n) ke sekolah hari ini. Karena ia pikir, pem-bully itu pasti akan memanfaatkan kesempatan ini untuk melakukan aksinya karena mereka pasti menganggap (Y/n) datang ke sekolah seorang diri. Jadi, tak ada siapapun yang bisa melindunginya.

Keisuke mengangguk. Ia menenggak air minum dari gelas di tangannya.

(Y/n) pun terkekeh. Ia memang bisa melindungi dirinya sendiri. Namun, bisa dipastikan kakaknya itu juga akan melakukan caranya sendiri untuk melindungi (Y/n).

***

END ━━ # . 'Hi, Brother! ✧ Baji KeisukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang