Bugh
"Bangun!"
Bugh
"Kenzie, bangun!"
Bugh
"Kenzie!"
"Apa'an sih, Val?"
"Apa'an apanya! Lo tuh bangun dong, enak banget gue jadi guling?!"
Kenzie membuka mata, mengerjap polos dengan muka khas bangun tidur ala cowok itu. Di hadapannya ada Valeerie yang menatap galak sambil melotot tajam. Bukannya takut, Kenzie malah terkekeh dan tersenyum kotak.
"Iya, sorry." ujar Kenzie malas.
Valeerie mendengus malas, cewek itu melepas paksa pelukan tangan dan kaki Kenzie. Hidungnya sedikit mengerut saat aroma alkohol menusuk hidungnya.
Cowok ini pasti habis mabuk lagi sama kedua temannya, besok ia akan menyuruh Andreas dan Jordan untuk sedikit memberi jarak pada Kenzie. Sahabatnya sudah terkontaminasi dan itu sangatlah buruk!
"Minum terus! Mati baru tahu rasa, lo!"
"Gue mati, ya ngajak lo 'lah!"
"Ogah! Mati sana sendiri!"
"Jahat banget, katanya sahabat?"
Valeerie memutar bola matanya malas. "Sahabat-sehidup tak semati." jawabnya enteng.
Kenzie hanya membalas dengan tawa seadanya, cowok itu kembali menutup mata saat merasakan kepalanya pusing dan perutnya seperti diaduk-aduk. Sedikit benci fase sehabis mabuk, membuatnya tidak bisa bergerak da seperti orang sekarat.
Valeerie memilih cuek saja, berjalan ke arah kamar mandi. Cewek itu mencuci muka dan menggosok gigi, bisa didengar suara gumaman Valeerie yang membentuk sebuah nada entah dari lagu mana. Lalu ia keluar dengan baskom berwarna merah dan handuk kecil berwarna hitam.
Valeerie menarik satu tangan Kenzie, cowok itu bangun dan langsung mengambil posisi duduk. Menyamankan tubuhnya pada sandaran tempat tidur dan membiarkan Valeerie melakukan apa pun yang cewek itu mau lakukan.
Tenang, ini Hari Minggu, hari libur dan keduanya bisa bersantai.
"Gue heran ya, lo tuh suka banget mabuk. Kenapa sih?" tanya Valeerie. Cewek itu mulai membasahi handuk hitam yang dibawanya dengan air hangat di dalam baskom, memerasnya setengah kering dan mulai mengusap wajah Kenzie dengan lembut.
"Gue kemarin diajakin sama Andreas. Katanya ada party salah satu anak club dance, ya gue sama Jordan ikut 'lah. Mana gue tau kalo acaranya di club malam dan gue minum banyak?"
"Emang, ya! Temen lo nggak ada benernya sama sekali! Besok gue batasin waktu lo buat main sama mereka." tegas Valeerie.
"Apa sih, nggak gitu juga elah!"
"Pengaruh buruk."
Kenzie hanya diam, mendengar ocehan Valeerie yang terus saja mengingatkannya untuk sedikit membatasi pergaulan dengan Andreas dan Jordan yang sudah menjadi sahabatnya sejak duduk di bangku SMP. Persahabatan yang dimulai jauh lebih muda dari persahabatannya dengan Valeerie.
Walau kadang Valeerie itu tidak begitu suka dengan Andreas dan Jordan. Tapi, cewek itu tetap welcome dan sering bergabung saat mereka sedang nongkrong atau berkumpul bersama.
Jadi, iya-kan saja ucapan Valeerie. Toh, besok cewek itu juga lupa dan akan biasa saja saat bertemu dengan dua manusia laknat itu.
Kenzie menikmati air hangat yang membuatnya nyaman, juga sapuan lembut di bagian wajah lalu merambat menuju lehernya. Valeerie yang perhatian ketika ia mabuk adalah definisi dari pacar impian yang selalu Kenzie inginkan.
Ya, untuk saat ini belum ada yang bisa membuat Kenzie nyaman dan mengerti dirinya sama seperti Valeerie.
Kegiatan keduanya berlangsung dengan hening hingga—
Brak
—suara pintu kamar dibanting dengan tidak manusiawi membuat dua sahabat itu tekejut.
Satu cowok mirip Kenzie yang usianya jauh lebih muda dua tahun sedang berdiri di depan kamar. Menatap penuh goda pada kakak laki-lakinya dan menyipitkan mata ketika melihat Valeerie yang tidak meladeninya sama sekali.
"Kak! Gimana? Udah bikin, belum?" tanya Gabriel dengan tatapan jahil.
"Apanya?" tanya Kenzie bingung.
Valeerie diam, berusaha menulikan pendengarannya ketika Gabriel melangkah masuk dan duduk di sofa bagian pojok kamar Kenzie. Cewek itu bisa menebak apa yang akan adik sahabatnya itu ucapkan, hanya saja jiwa malasnya sedang kambuh. Ia hanya fokus membersihkan muka Kenzie hingga bagian terakhir, lalu berdiri dan tanpa melirik ke arah Gabriel, Valeerie berjalan lurus menuju kamar mandi.
Gabriel masih sama dengan sebelumnya, tatapannya menggoda sang kakak. Kini lebih jahil lagi ketika Valeerie sudah masuk kamar mandi dan seperti tidak mendengar ucapannya.
"Semalem mabuk, yakin nggak ngapa-ngapain?" tanya Gabriel antusias.
Kenzie sedikit bingung dengan pertanyaan adiknya, tatapannya penuh tanya dengan alis menukik dan kepala sedikit dimiringkan.
"Ngapa-ngapain apa, sih?" tanya Kenzie sedikit ngegas. "Ngomong yang jelas!"
Gabriel menghembuskan napas lelah. Susah memang kalau punya kakak yang pintar tapi kadang lemotnya mendarah daging. "Semalem lo pulang, katanya nggak mau diganggu, apalagi lo narik Kak Valee buat ke kamar lo," ujar Gabriel terputus. "Yakin lo nggak ngapa-ngapain? Kalo orang mabuk biasanya kan ma-"
"Gabriel setan! Keluar lo dari sini!" teriak Valeerie dari dalam kamar mandi.
Cewek itu bisa mendengar dengan jelas apa yang akan dikatakan Gabriel selanjutnya. Sedikit mengumpati Kenzie karena adiknya yang belum cukup umur itu sudah ternodai pikiran dan mulutnya karena cekokan dari kakaknya sendiri.
Sedangkan yang diteriaki langsung lari keluar dari kamar Kenzie. Tidak mau menambah masalah, bisa-bisa ia berakhir masuk rumah sakit kalau bertengkar dengan Valeerie.
Sahabat kakaknya itu tampangnya saja kalem dan cuek. Tapi kalau memukul lawan, belum apa-apa sudah tumbang duluan lawannya.
Cubitan cewek itu tidak main-main sakitnya. Bahkan Gabriel yang hanya dicubit sekali saja sudah ingin menangis, meninggalkan bekas warna biru keunguan yang susah hilang dalam beberapa hari.
Valeerie menyundulkan kepalanya dari kamar mandi. "Adek lo ya, ajarin yang bener! Jangan di cekokin bokep sama komik hentai mulu!"
Ya, Kenzie hanya bisa pasrah kalau Valeerie sudah marah-marah di Minggu pagi yang cerah.
• • • • •
Komen '💜💜💜' buat Kenzie!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend in Love
Fiksi Remaja"Prioritas gue, hal utama yang harus gue jaga. Semisal pun gue pergi atau menghilang, ujung-ujungnya juga balik lagi ke dia." -Kenzie A. Dante- • • "Dia itu dunia gue, bayangan gue, hidup dan mati. Apa pun yang gue alami dan rasain, dia selalu tahu...