Pukul 06.45 pagi, Kenzie memasuki rumah Valeerie setelah berhasil membuka gembok yang terpasang di gerbang rumah cewek itu. Tenang saja, Kenzie memilili kunci cadangan rumah Valeerie karena terkadang, sahabatnya itu benar-benae teledor dan pelupa akut.
Ia membuka pintu utama dan berjalan santai menuju sofa ruang tamu. Memposisikan diri dengan nyaman sambil memainkan ponselnya.
"Aduh, pagi anak ganteng."
"Pagi, ma."
Amanda—Mama Valeerie—menatap berbinar ke arah Kenzie yang sudah duduk rapi di ruang tamu dengan setelan seragam sekolahnya. Lelaki itu tersenyum kotak, menatap ibu sahabatnya dengan polos.
"Mama masak?" tanya Kenzie.
Jangan ditanya kenapa ia memanggil Amanda dengan sebutan mama. Itu adalah keinginan Amanda sendiri, menganggap Kenzie sebagai anak laki-lakinya karena memang sedari kecil anak itu sudah bersahabat dan menjaga anak gadisnya.
"Mama nggak masak, sayang, habis gini mau nemenin papa luar kota selama seminggu," jelas Amanda setelah duduk di hadapan Kenzie. "Titip Valeerie, ya? Mama agak khawatir soalnya ini musim hujan."
Kenzie mengangguk. "Biar dia tidur di rumahku atau aku yang tidur sini sama Gabriel?" tanya lelaki itu.
"Terserah kamu, deh, tapi mama saranin kamu tidur sini aja. Kalo di rumah kamu nanti Rosa malah teriak-teriak liat Valeerie setiap hari."
Kenzie terkekeh, kedua orang tua beda usia satu tahun itu memang sering berselisih paham. Walau sudah berteman sejak keduanya masih muda dulu, nyatanya sekarang mereka tidak lebih seperti kucing dan tikus, ada saja permasalahannya.
Baik Valeerie maupun Kenzie, hanya bisa menggeleng jika ibu mereka terlibat perselisihan, entah di telfon atau bertemu. Anehnya ketika berjauhan, keduanya saling mencari.
"Nanti aku ajak Gabriel sekalian, biar nggak jadi omongan tetangga." jawab Kenzie.
Jeda sepuluh menit, Valeerie datang memakai seragam lengkap dan membawa kotak bekal yang berada di tangan kanannya. Ia melirik ke arah Kenzie yang mengernyit bingung.
"Bawa apa lo?"
"Nasi goreng, buat istirahat nanti." jawab Valeerie sekenanya. Ia menatap Kenzie yang tersenyum tipis, lelaki itu memilih bangkit dari duduknya dan berdiri di samping Valeerie yang sedang mengenakan sepatu.
"Tumben masak nasi goreng?"
Valeerie memandang datar sahabatnya. "Ada gembel kemarin minta makan, pake segala request nasi goreng buatan gue." jelas gadis itu.
Ada nada menyindir, sedikit menekankan beberapa kata dalam ucapannya. Kenzie makin terkekeh dan mengusak rambut sahabatnya yang di kuncir kuda. Ah, Valeerie tidak suka rambutnya terurai ketika di sekolah. Merasa gerah dan risih.
"Gembel ganteng, ya?"
"Najis!" sewot Valeerie. "Ayo berangkat, udah telat! Ma, aku sama Ken berangkat, ya."
Amanda mengangguk, mengucapkan beberapa kata yang mengharuskan Kenzie menjaga Valeerie selama orang tuanya di luar kota. Dibalas anggukan malas dari anak gadisnya, apalagi ysng bisa Valee lakukan selain pasrah ketika dirinya dititipkan pada sahabatnya—lagi.
Berjalan menuju motor sport di depan gerbang, Kenzie melepas jaket denim yang dipakainya, sedikit menundukkan tubuhnya agar dan dengan mudah melilitkan jaketnya bagian lengan pada pinggang Valeerie.
Gadis itu hanya diam, mengangkat tangannya sedikit lebih tinggi agar Kenzie bisa melakukannya. Setelahnya, lelaki itu memasangkan helm berwarna cream—yang memang khusus ia beli untuk Valee ketika mereka naik motor—bunyi klik terdengar dan Kenzie segera membantu Valeerie untuk naik.
Amanda hanya tersenyum singkat, hatinya menghangat melihat bagaimana cara Kenzie begitu menjaga dan memperhatikan anak semata wayangnya dari hal sekecil itu.
Selama ini, hanya Kenzie, anak dari sahabatnya yang memang selali di percaya untuk menjaga dan melindungi Valeerie. Tidak ada pemuda lain, bahkan, jika pun Valeerie mengenalkan beberapa teman lelaki padanya, ia akan bertanya lebih dulu pada Kenzie.
"Udah, Val?" tanya Kenzie sebelum menjalankan motornya.
Valeerie diam, sedikit membenarkan posisi duduknya dan menarik jaket Kenzie untuk lebih menutupi pahanya. Gadis itu melingkarkan tangan di pinggang sahabatnya dengan kepala bersandar di bahu Kenzie.
Kedua remaja itu melambaikan tangan, dibalas Amanda dengan lambaian tangan pula.
"Sahabat? Mana ada sahabat yang pelukan pas dibonceng naik motor?"
• • • • •
Uhuy, malam minggu.
Gimana kalo update dua kali?

KAMU SEDANG MEMBACA
Friend in Love
Fiksi Remaja"Prioritas gue, hal utama yang harus gue jaga. Semisal pun gue pergi atau menghilang, ujung-ujungnya juga balik lagi ke dia." -Kenzie A. Dante- • • "Dia itu dunia gue, bayangan gue, hidup dan mati. Apa pun yang gue alami dan rasain, dia selalu tahu...