CHAPTER 2

174 33 3
                                    

DISCLAIMER

Hypnosismic © KING RECORD
STORY © Hatarakimono


Happy reading
••••••••
••••••
••••
•••
••

Saburo menelusuri lorong gedung SMA tempat salah satu kakaknya- Jiro Yamada bersekolah. Walau masih siswa SMP, Saburo tidaklah asing dengan SMA ini, karena mereka berada dalam kawasan elit pendidikan dimana sekolah yang luas ini memiliki gedung dengan berbagai tingkatan. SMP dan SMA bersebelahan dengan nama yang sama, walau agak jauh untuk di tempuh.

Bukan tanpa alasan, Saburo datang atas kepentingan masalah kelanjutan keputusan pendidikan di SMA, berhubung dia sudah duduk di bangku kelas tiga.

Walau rasanya dia enggan untuk berada dalam satu SMA dengan Jiro, namun tak bisa dipungkiri tempat ini sangat bergengsi menjadi tujuan siswa-siswa cerdas dan kaya.

Selekas seperninggalan guru pembimbingnya, Saburo memilih untuk lekas pulang. Namun perhatiannya teralih saat melewati lapangan olahraga yang ramai dipenuhi siswa yang melaksanakan rutinitas ekskul.

Dari kejauhan mata heterochomia hijau-biru menangkap kepala jabrik Jiro di tengah lapangan, menggiring bola di kaki melewati orang-orang dengan seragam olahraga yang sama namun dengan rompi yang berbeda. Saburo meluruskan tubuh menghadap lapangan, wajah bodoh dan menyebalkan Jiro terlihat serius, dan juga... sangat menikmati apa yang dia lakukan.

Karena hanya itu yang bisa dilakukan, hanya sepak bola yang terlihat dia seriuskan.

Saat dia berhasil mencetak gol dan kemenangan di tangan tim nya, dia tampak sangat bangga, berpelukan dengan senyum lebar terpatri dengan tulus, senyum tulus yang sudah lama Saburo tidak lihat, apalagi saat berada di rumah. Atau, senyum yang tak pernah lagi ditunjukan pada Saburo, Ichiro, apalagi pada ayah mereka.

Pandangan mereka bertemu, sama-sama terkejut.

Jiro melambaikan tangan tinggi-tinggi, mulutnya bertanya mengapa Saburo berada di situ dengan penuh harap, namun remaja 14 tahun itu mengabaikannya, memilih untuk beranjak, tanpa tau tampang apa dipasang oleh seorang kakak yang kini diacuhkan oleh adiknya sendiri.

" Dia tampak bersenang-senang. Konyol sekali, bukannya belajar."

Entah sejak kapan mereka berhenti berkelahi, juga berhenti berbicara jika tidak perlu.

°°°°°

Jam dinding berdetak mengisi keheningan di awal hari, Saburo mendongak kembali, jam dinding di ruang tengah menunjuk pukul satu lebih sedikit, terlalu pagi untuk bangun, apalagi saat melihat keluar lewat jendela, di luar benar-benar gelap, dia yakin sama pekatnya dengan langit.

Namun yang namanya lapar di tengah malam benar-benar tidak tertahan, benar-benar menyiksa lambung. Harusnya ia tidak keras kepala untuk menyelesaikan setumpuk buku tebal saking asik nya dan memilih ikut makan malam walau terlambat, ditambah dia memang belum makan apapun selain susu pisang sejak siang dan sandwich.

Tidak ingin mengambil resiko melewatkan absen sempurna nya selama ini dengan noda berupa keterangan sakit, mau tidak mau, Saburopun memacu langkah di tengah kegelapan kediaman Yamada, meninggalkan ternyaman di jam-jam ini.

Membuka kulkas, Saburo menemukan dua porsi lauk yang di buat rutin oleh asisten rumah tangga. Sedikit merasa aneh dengan dua porsi yang seharusnya hanya menyisakan untuknya, mengingat ayah dan kakak nya ada di rumah. Tentu saja dia tau walau tidak keluar dari kamar begitu pulang sekolah, karena dia sempat berpapasan dengan ayahnya, dan Ichiro lah yang memanggilnya langsung ke depan pintu kamar untuk mengajak Saburo makan malam, walau berakhir dengan penolakan.

Gomen WakaranaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang